Tempe Alakatak Sebuah Warisan Kuliner Masa Lampau ( Tantangan hari ke - 36 )
Indonesia negeri tercinta ini, kaya akan warisan budaya masa lampau. Salah satunya adalah warisan kuliner. Setiap daerah memiliki kuliner khas yang hanya dapat ditemukan di tempat tersebut.Pagi ini sangat syahdu, gerimis lembut masih setia, sisa hujan semalam. Karena panggilan negara, tugas mengajar harus tetap dilaksanakan.
Setelah menempuh 10 menit perjalanan, Alhamdulilah tiba di sekolah dalam keadaan kedinginan. Tiba-tiba terdengar suara merdu sahabatku Bu Harsih, " monggo sinten sing ngersakne sarapan alakatak?" ( Silahkan siapa yang menginginkan sarapan alakatak?). "Alakatak... Apaan tuh?" Tanyaku sambil menoleh. Kuambil satu pincuk. Kuperhatikan bungkusnya yang hijau royo-royo, dari daun jati yang masih muda. bungkusnya segera kubuka dan taraaaaa...
Bungkusan terdiri dari campuran tempe dan alakatak. Tempenya sendiri bukan tempe seperti kebanyakan, yang terbuat dari kacang kedelai. Tetapi berasal dari kacang koro dan kacang benguk (semacam koro juga), direbus dan digiling, lalu dibentuk. Kemudian dibumbui dengan kelapa & kunyit, sehingga terciptalah tempe yang aduhai.
Lalu alakatak, adalah mie bertekstur lembut berwarna putih, persis seperti mie gepeng tapi kelihatan lebih bening. Mie ini terbuat dari tepung tapioka atau tepung kanji. Cara membuatnya sama seperti membuat mie, tapi bahannya bukan dari tepung gandum atau terigu melainkan tepung tapioka.
Kucoba mencicipi mie alakataknya, rasanya...hmmmm perpaduan antara gurih dan kenyal, kugigit tempenya sedikit, dan kukunyah pelan-pelan, bercampur dengan mie alakatak yang telah terlebih dahulu. Masya Allah serasi sekali perjodohan antara tempe dan mie alakatak ini pikirku, pokok e singkatnya maknyus deh. Anda penasaran? Silahkan datang ke pasar-pasar tradisional berikut ini: Pasar Cakruk di Karangtengah, Pasar Watukelir, Pasar Tawang, semuanya di Kecamatan Weru, dan Pasar Tawangsari Sukoharjo, Jawa Tengah. Juga tersedia di Pasar Candi, Semin, Gunung Kidul, Jogjakarta. Selamat bernostalgia sambil memanjakan lidah menikmati dan mengenal kuliner masa lampau!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap bu Erwin
Tapi hambar karena gak bisa kirim gambarnya jeng
He...he...
Rasanya sama ga Bu kayak tempe kedelai?
Masakan bisa ditulis panjang seperti itu. Hebat
Hehehe beri kritikan dong
Hehehe beri kritikan dong
Hehehe beri kritikan dong
Jadi pengen nyoba tempenya bu
Monggo pinarak jeng