ERNY AMBARNIBGRUM

Nama : Erny Ambarningrum Alama: Jln. Kyai Haji Abdul Manan no. 39 Semarang Pekerjaan : Guru di SMKN 8 Semarang HP : 081326152197 Motto : Menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hari ke 23 # tantangan gurusiana.id

Hari ke 23 # tantangan gurusiana.id

BIDUK PERNIKAHANKU

Perkenalanku dengan Mas Arif begitu cepat untuk melangsungkan pernikahan. Kata orang tidak baik, menunda perkawinan. Perkawinan itu harus segera di laksanakan, perintah ibuku. Aku menurut kata-kata ibuku.

Cinta, itu nomor dua kali, soalnya aku juga belum tumbuh cinta dihatiku. Dalam diriku masih bertanya-tanya, orang ini apa betul-betul senang denganku. Aku setiap hari ditanyakan, di sms, apakah begini orang senang, kejar-kejar aku trus.

“Gusti... ini ada orang senang kok seperti ini.”

Mengenal lebih jauh saudara-saudaranya aku belum, hanya yang kutahu, Mas Arif sudah tidak punya ibu dan jumlah saudara-saudaranya sama dengan keluargaku, Aku sudah tidak punya bapak, sedangkan Mas Arif sudah tidak punya ibu. Jadi aku punya ibu dan bapak mertua. Mengenal laki-laki haruslah hati-hati, aku tanamkan dalam hati sepeti itu. Allah menunjukkan padaku seorang laki-laki yang usianya lebih tua dariku dua tahun. Orangnya tinggi besar dan berhidung mancung, apa keturunan oarang arab?. Aku tak tahu, yang jelas perbedaan sangat mencolok jika aku bersanding di sisinya. Aku gadis mungil nan kecil kulitku kecoklatan dan tidak pesek hidungku. “Ah....,”aku tak bisa berpkir jernih, rasanya.

Pernikahan itu berlangsung dengan meriah, aku undang kawan dan handaitolan serta kerabat dekat. Semoga pernikahanku yang pertama sampai terakhir, doaku. Tamu undangan berdatangan di pesta pernikahanku. Murid-muridku juga berdatangan meraimakan pesta perkawinanku dengan Mas Arif. Aku lihat ibuku merasa senang dan puas atas pernikahanku ini. Ada rasa plong di dadan ibuku, karena aku sudah menikah. Tugas ibu sudah selesai katanya, jadi anakny sudah menikah semua dan ibu tidak pikiran lagi tentang aku. Perkawinanku di meriahkan murid-muridku yang menyumbang lagu bersama bapak ibu guru. Tak ketinggalan, ibukupun menyumbangkan sebuah lagu untuk aku dan Mas Arif. Seharian kami melangsungkan resepsi perkawinanku. Dari pagi acara ijab kabul dan sungkeman pada bapak ibu, Aku di wakili oleh adikku laki-laki sebagi pengganti bapakku. Berlangsung lancar ijab kabul pernikahanku. Dilanjutkan acara makan dan ajang silahturahmi saudara-saudara baik dari desa atau dari kota sekitar. Ramah tamah berlangsung sampai sore hari.

Hari-hari setelah pernikahan itu aku pindah ke rumah bapak mertuaku. Hidup dengan mertua laki-laki dan Mas Arif yang sekarang jadi suamiku.

“Gusti,aku mohon padamu, semoga pernikahanku langgeng, “pintaku pada Allah. Ternyata suamiku seorang ustad yang memberikan penangajian pada masyarakat umum yang membutuhkan pengajian.Rezeki tak seberapa suamiku sudah senang dengan dunia dakwahnya.Suamiku lulusan pndok pesantren di kota gudeg. Di Pondok Pesantren itu belajar selama enam tahun.Tahu sendiri kehidupan di pondok pesantren tradisional jaman dahulu. Hidup di pondok itu prihatin, makan seadanya dan apabila kiriman orang tua terlambat, makan ikut temannya dulu, nanti kalo sudah datang kiriman baru ganti ajak makan. Terong itu kesukaan anak pondok, selain gampang pengolahannya dan murah harganya. Terong tinggal di bakar dalam bara api dan di tekan-tekan di cobek sambaj yang sudah ada cabainya. “Wuih... enak rasanya melebihi daging,”kata suamiku mengingat-ingat masa lalu di pondok. Dulu Pondok Pesantren lebih sederhana dan tidak ada keistimewaan, semuanya sama rata hidup sederhana. Sekarang Pondok Pesantren ada yang modern dengan asrama yang nyaman untuk tidur.

Pernikahanku dengan Mas Arif telah berlangsung beberapa tahun. Suamiku dengan setia mengatarkan aku jika aku ada kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Kami berdua sama-sama membutuhkan, apa ini jodoh ya?, aku tak tahu. Kenyataan kami menikah ada cinta atau tanpa cinta ,kami bisa hidup bersama. Hanya karena kuasa Allah saja yang tahu. Begitu gampangnya jodoh datang padaku itu juga karna Allah.

Rumah tanggaku sampai saat ini belum di karunia seorang putra. Banyak orang menanyakan “Kok belum punya anak, kapan hamilnya dan sebagainya.” Aku balas dengan senyum, senyum yang kecut yang berarti sakit hatiku, mendengar sindiran dan ucapan seperti itu.

“Gusti....”cobaan apa lagi dalam kehidupanku. Pintaku setiap aku sholat. Kami memang belum di karuniai anak, kamipun berusaha secara medis. Aku minum obat-obat penyubur akibatnya berat badanku naik. Setelah aku di beri penyubur kenyataannya aku subur. Ternyata suamiku, dia aku periksakan ke dokter ahli kelamin. Kenyataannya aku harus menerima hasil dari pemeriksaan, dinyatakan suamiku harus dioperasi. Dari hasil operasi itu nantinya bisa punya anak. Selama ini suamiku sehat-sehat saja, jadi tidak merasakan sakit apapun. Kami berdua merasa sehat semua ternyata suamiku mengidap verikokel. Apa itu verikokel? Penyakit apa? Sejuta pertanyaan menghantui pikiranku dan membuat cemas hatiku. “Oh Tuhan tolonglah hambamu ini, pintaku dalam doa." Selalu di setiap shalatku aku bermunajad pada Allah, agar diberi buah hatiku.Aamiin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post