ERNY AMBARNIBGRUM

Nama : Erny Ambarningrum Alama: Jln. Kyai Haji Abdul Manan no. 39 Semarang Pekerjaan : Guru di SMKN 8 Semarang HP : 081326152197 Motto : Menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hari ke 20 # tantangan gurusiana.id
Kebersamaan yang manis ...

Hari ke 20 # tantangan gurusiana.id

LIKA-LIKU MENGAJAR DI PANTURA

Menjadi guru, satu tantangan yang harus dihadapi. Kita harus berhadapan dengan anak didik kita yang besar dan tingginya melebihi kita.Hal ini aku rasakan jadi guru di suatu SMA Swasta di kotaku. Aku guru bantu yang ditempatkan di sebuah SMA di pinggir kotaku, tepatnya di jalur pantura.

“Oh,” ternyata aku di tempatkan di sebuah sekolah Yayasan Islam di kotaku. Aku memasuki halaman sebuah masjid besar dan berhalaman luas, dikelilingi gedung-gedung sekolah. Satu komplek terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Taman Kanak-kanak dan Pondok Pesantren jadi satu komplek. Satu lagi yaitu makam wali yang dikeramatkan di kotaku. Melihat luasnya halaman dan gedung sekolah berjajar dikanan kiri mengelilingi masjid besar kuno menambah takjub diriku ini semakin kecil adanya.

“Selamat siang Pak?” Sapaku pada guru yang ada di dalam kantor itu. Kuulurkan anganku sebagai tanda perkenalan dengan guru itu.

“Siang Bu?” Mari masuk, nama saya biasa di panggil Pak Darto. Sambil menyambut uluran tanganku. Pada akhirnya aku tahu, kalo itu kepala sekolah di sekolah itu.

“Maaf BU, mulai besok kalo mengajar mengenakan pakaian panjang dan berhijab. Kita kan Yayasan Islam jadi semua guru putri berkerudung bu,”kata Pak Darto memperingatkan aku.

“Mak deg,!” jantungku hampir copot, aku baru menyadari kalo aku masuk dalam wilayah muslim.

“Trimakasih Pak?” Mulai besok saya akan mengenakan pakaian yang sesuai dengan adat dan kebiasaan sekolah ini, maafkan saya Pak, yang belum tahu ini.

Mulai besok aku sudah mengenakan hijab, Insyaallah selamanya. Terbukti sampai sekarang aku masih mengenakan hijab kemanapun aku pergi, sudah terbiasa. “Oh...Iya?, sekolahku masuk sekolahnya siang hari pukul satu siang, karena kelas-kelasnya kalo pagi hari untuk sekolah SMP.

Mengajar di sebuah sekolah dekat pantai harus tebal semuanya, dari tebal telinga dan tebal muka sudah biasa. Anak-anak nelayan yang sekolah di tempatku badannya besar-besar dan suaranya keras-keras. Aku tanyakan pada mereka, setelah kenal beberapa waktu. Suara keras mereka karena rumah mereka dekat pantai, jadi suara mereka harus keras mengalahkan suara ombak. Kenapa badan mereka besar-besar? Karena kalo malam mereka ikut kapal nelayan untuk mencari ikan di tengah laut. Muridku yang ikut kapal pencari ikan aku tanya dan bercerita. Jadi murid-muridku itu sehabis sekolah waktu Magrib menunggu Ishak trus ikut kapal pencari ikan. Setiap kelompok terdiri dari duapuluh orang dan selepas Isyak sudah berangkat ke tengah lautan. Setelah sampai di tengah lautan kira-kira tengah malam mereka mulai bekerja. Sepuluh orang pertama di bagi tugasnya empat atau delapan orang masuk ke lautan membawa jaring, masing-masing memegang pojok jaring dan byur...masuk kedalam air bersamaan. Di atas kapal ada dua orang yang menata tali dan derek. Setelah cukup lama berada di dalam air, mereka naik ke kapal. Derek mulai di gulung dan ditarik menuju kapal. Ikan-ikan yang tertangkap dalam jaring langsung masuk dalam gudang kapal yang terletak di bawah. Tarikan kedua juga sama, ikan langsung dimasukkan gudang kapal, sampai penuh.

Menjelang pagi hari kapal mereka sudah sampai di pelabuhan dan ikan langsung di bawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ikan segar mereka panggul bersama-sama dari dalam kapal menuju ke tempat pelelangan ikan. Ikan digudang kapal sudah habis, waktunya mereka mendapat upah kerja mereka semalam, lalu pulang dan tidur. Bangun tidur jam sebelas siang, mandi dan berangkat sekolah dengan membawa buku tulis satu dan bolpoin satu. Badan masih capek, setelah semalaman kerja tapi tetap belajar karena keinginan mereka untuk mendapatkan ilmu. Sekolah kami memang sebagian besar siswa putranya membantu pekerjaan orang tua yaitu mencari ikan.

Solusi agar mereka bisa sekolah dan bekerja, maka sekolah kami masuknya siang dan pulang sore hari. Suara mereka lantang dan badan mereka kekar-kekar. Walaupun mereka kelihatan sangar-sangar, namun mereka masih punya rasa sopan pada guru, apalagi didalam lingkungan masjid. Solat Ashar kami selalu berjamaah di masjid besar itu. Setiap hari jumat banyak pesiarah yang datang ke makam waliallah itu. Banyak pesiarah yang datang ke makam itu, apalagi malam Jumat Kliwon. Makam itu penuh dengan pesiarah yng datang dari luar kota itu mala Jumat Kliwon.

Aneh, unik, tapi nyata inilah yang terjadi di sekolahku. Kami dewan guru tetap memberikan pelajaran yang maxsimal pada mereka, apapun kondisiya, dan polah tingkahnya. Guru masih diangap bisa menyelesaikan persoalan, terbukti jika orang kampung bermasalah , pasti salah satu guru kami diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut. Muridku masih punya tawaduk dengan guru.

Setiap peringatan hari-hari besar Islam pasti masjid kami ramai dari pengunjung yang datang dari luar kota dan dalam kota. Masjid sekolah itu sekaligus Masjid tertua di kotaku dan ada makam Waliallah di belakang Masjid. Tiap tahun ada Haul, di makam tersebut, belum lagi Khataman Quran . Semua kegiatan tersebut bisa berjalan semua dengan baik tanpa menganggu proses belajar mengajar. Semua kegiatan berjalan harmonis, keseimbangan dunia akhirat tampak jelas dalam Yayasan tersebut. Aku semakin mengerti hadirnya Allah dalam kehidupanku yang sebenarnya. Ya... Allah bimbinglah aku mengapai ridho_Mu, doaku di dalam Masjid Besar.

Muridku laki-laki badannya besar- besar, kelihatan sangar, namun ternyata baik hati dan masih memiliki rasa tawadhuk dengan guru. Di mana tempat kami bertemu, muridku selalu panggil-panggil nama sekolah, jadi kita tahu itu murid kita. Keramahan dan keakraban guru dengan siswa terjalin baik, Jika musim ikan tongkol, murid ke sekolah bawa ikan tongkol yang sudah di panggang satu ember diberikan bapak ibu yang mau. Tentu saja semua guru mau, apalagi ikan tongkolnya besar, tak ketinggalan jika musim kerang, Bawa ke sekolah satu plastik besar kerang yang sudah di masak dengan bumbu, bapak ibu guru tinggal menikmatinya. Namun, jika musim angin barat, dimana gelombang dan curah hujan tidak menentu dan cuaca tidak bersahabat, mereka tidak pergi ke laut. Orang tua mereka mulai kehabisan uang untuk kebutuhan sehari-hari, mereka rela mengadaikan sepeda motor mereka pada bapak dan ibu guru. Katanya untuk menyambung hidup sampai musim angin barat berlalu.

Jika musim hujan sekolahku juga kebanjiran, sehingga anak-anak libur. Siang hari aku mengajar, tiba-tiba datang awan hitam dan hujan deras sekali tanpa henti-henti. Banjir sekolah kami, air masuk ruang kelas, murid di pindahkan ke lantai dua semua. Hujan dua jam tidak berhenti selama dua jam dan lebat sekali, akhirnya siswa di pulangkan agak awal. Kami semua guru belum pulang karena banjir besar, satu meter ketinggian air, semuanya sudah naik ke lantai dua, kami tidak berani pulang sampai malam karena air belum surut. Pulang malam karena kebanjiran satu kota banjir semua.

Begitulah lika-likuku jadi guru di daerah pantai yang kebannyakan mereka berprofesi sebagai nelayan turun temurun. Aku mengajar dengan keiklasan dan berada di lingkungan Masjid Besar menjadikan aku dan teman-teman merasa nyaman dalam mengajar, walaupun dalam kondisi apapun

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post