BETULKAH MEMBERI THR PADA ANAK-ANAK MENIMBULKAN MENTAL PENGEMIS?
Tantangan menulips hari ke-121
Bagi anak-anak, menerima uang THR dari para orang tua atau dari sanak saudara merupakan sesuatu yang paling ditunggu-tunggu dan sangat membahagiakan. Uang tersebut biasanya ditabung, atau sekadar dibelikan jajanan pada saat itu bersama teman-teman. Memang sepeertinya sudah menjadi tradisi di hampir seluruh dunia, di saat Idulfiri, para orang tua yang memiliki rezeki lebih selalu menyisihkan sebagian uangnya untuk dibagikan kepada sanak saudara dan anak-anak tetangga. Jangankan kepada anak, atau tetangga, kepada para pekerja di kantor pun, biasanya selali diberi, dan itu tanpa diminta. Sepertinya sebuah keikhlasan yang diberikan. Uang salam tempel tersebut biasanya diberikan untuk mengapresiasi kepada anak dan handai taulan yang dapat menjalankan ibadah puasa hingga tuntas.
Yang dikhawatirkan, ada pendapat yang menyatakan bahwa memberi uang THR kepada anak-anak bisa membangun mental pengemis. Yang saya yakini, tradisi bagi-bagi uang THR tersebut justru adalah sebagai bentuk penyemangat kita sebagai orang tua kepada anak-anak yang rajin menjalankan ibadah puasa agar tahun berikutnya bisa melaksanakan dengan lebih baik lagi. Istilahnya, memberikan pancingan kepada anak agar berbuat sesuatu terlebih dahulu.
Lagi pula, tidak ada paksaan untuk memberikan uang tersebut. Bahkan, mengajarkan kepada anak cucu agar selalu menyisihkan uang untuk diberikan kepada orang lain yang dianggap berhak untuk menerimanya. Sehingga dengan demikian, anak diajarkan untuk selalu berbagi, dan ingat kepada orang lain. Dengan kata lain, kita memberikan teladan yang baik untuk ditiru. Semangat berbagi itu dilakukan pada saat silaturahmi kumpul bersama keluarga. Sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan selain di hari raya mengingat biasanya satu sama lain terkadang rumahnya saling berjauhan. Beda lagi dengan ketika membagi-bagikan amplop kepada anak-anak tetangga yang sudah terbiasa kita bagi. Mereka pun dating karena biasanya kita undang terlebih dahulu. Jadi benar-benar, yang memberi itu adalah orang yang mampu dan ikhlas untuk berbagi. Sesungguhnya melihat orang lain Bahagia karena uluran tangan kita adalah sesuatu hal yang lebih membahagiakan bagi orang yang mampu untuk berbagi.
Yang perlu digarisbawahi dari pendapat bahwa memberi anak uang THR akan membangun jiwa pengemis adalah tidak tepat. Memberi sesuatu kepada orang lain tanpa paksaan adalah perbuatan yang bagus dan sangat disarankan. Yang membangun mental untuk menjadi pengemis justru orang tua yang menyuruh anak meminta-minta, atau orang dewasa yang meminta secara langsung walau dengan nada bercanda, itu yang aan membangun mental menjadi peminta-minta. Menyuruh meminta-minta tidak hanya pada momen Lebaran saja apalagi, itu yang akan menjadikan anak terbiasa untuk tidak berusaha mendapatkan yang dia mau. Namun sebetulnya hal tersebut pun dilakukan para orang tua karena sebuah keterpaksaan dengan keadaan. Kita berpikir positif saja, mereka para orang tua yang menyuruh anaknya untuk meminta kepada orang dewasa karena mereka pun ingin melihat anaknya berbahagia dengan menerima sesuatu yang tidak bisa mereka berikan.
Bagi-bagi uang di hari fitri tidak akan mengakibatkan anak-anak menjadi pengemis atau bermental pengemis, kalau pun pernah mendengar, melihat bahkan mengalami sendiri disuruh atau diajarkan melakukan minta uang di hari lebaran oleh orang tua di waktu kecil, kepada kakek, nenek, paman, bibi saya rasa itu hanya sekedar ungkapan kegembiraan, di tengah jalinan silaturahmi keluarga, diungkapkan dengan kalimat guyon bukan serius seperti layaknya pengemis meminta-minta dengan menadahkan tangan.
Mari rayakan idul fitri dengan mengapresiasi tradisi yang baik, jauhkan prasangka, janganlah gampang sekali membangun narasi dengan sudut pandang pribadi yang ujungnya membuat kesimpulan salah, ngawur dan menimbulkan ketersinggungan bagi yang telah menjalankan tradisi.
Penulis adalah guru SMKN 1 Cianjur.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
hatur nuhun neng geulis ulasanna, lebaran kali ini sdg belajar menahan berbagi THR, dan diganti dgn benda lain yg lbh bermanfaat walopun yg menerima olohok (naha dikasih ieu ceunah) bari neuteup ka abdi
Setuju Bu Erni. Kalau saya selalu wanti2 ke anak saya, jangan sekali-kali berharap pada saudara untuk mendapatkan THR, apalagi sampai meminta. Tapi jika ada saudara yang memberi, terimalah dengan rasa syukur.
Betul, Pak. Alhamdulillah.