Hari ini saya mengantarkan seorang sahabat ke rumah terakhirnya. Tempat tinggal dengan ukuran panjang 2.5 m dan lebar 1.5 m. Rumah masa depan bagi setiap orang. Hanya tinggal menunggu waktu kapan akan dipanggil pulang.

Saya termangu melihat suasana di pemakaman. Ternyata tidak ada lagi tanah yang tersisa. Padat sekali. Jadi jika ada yang meninggal, maka akan ditumpangkan. Dalam satu lubang kubur, bisa 4 orang. Contohnya sahabat saya. Ayah, ibu, dan adiknya juga dikubur di lubang yang sama.

Suasana pemakaman yang ramai tidak ada kesan seram. Memang seperti ini kuburan di kota. Berbeda dengan di desa.

Saat saya tiba di lokasi, jenazah belum datang. Akhirnya saya mengobrol dengan pembersih dan perawat makam. Jaman yang serba sulit, jumlah mereka bertambah banyak. Bisa dipastikan, jika kuburannya rapi, berarti ahli waris rajin membayar biaya perawatan. Sebaliknya jika ahli waris tidak peduli atau tidak ada, maka makamnya terbengkalai.

Selain perawat, ada juga penggali kubur dan pembaca doa. Masing-masing bekerja sesuai dengan tugasnya. Saling berkaitan dan kolaborasi. Dalam waktu yang tidak lama prosesi penguburan selesai.

Saya perhatikan dengan seksama. Ketika jenazah datang, mereka langsung menempati posisinya. Penggali kubur bekerja dengan cekatan. Pembaca doa mengiringi dengan bacaan-bacaan tahlil.

Demikianlah sekilas peristiwa yang tidak sengaja saya amati.

##

Pondok Bambu, 3 Januari 2021