Erni Mirnawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KEEKSOTISAN BAHASA MELAYU DALAM BAHASA INDONESIA
Pembelajar sampaiajal, InsyaAllah

KEEKSOTISAN BAHASA MELAYU DALAM BAHASA INDONESIA

Bahasa Melayu termasuk bahasa yang memiliki daya tarik khas di nusantara. Daya tarik tersebut disebabkan oleh persebarannya sangat luas di Asia, khususnya di Asia Tenggara, sehingga menjadi satu dari lima bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak di dunia. Bahasa Melayu telah lama dikenal dan memainkan peran istimewanya sebagai bahasa perhubungan luas di nusantara. Bahkan, bahasa Melayu juga telah menjadi bahasa internasional seperti diakui oleh para pakar bahasa, khususnya para pakar berkebangsaan asing (Mees 1957, 16; van Ophuijsen 1910; dan Collins 2011, xvii).

Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa alamiah (bahasa linguistik) di antara 5.000-an bahasa alamiah yang ada di dunia ini. Sejak kapan bahasa Melayu dikenal dan digunakan belum ada yang memastikan. Meskipun demikian, dari sumber prasejarah, diyakini bahwa bahasa Melayu telah digunakan oleh bangsa Melayu sejak 4.000 tahun silam.

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Zaman dahulu dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca). Tumbuh dan berkembang bukan hanya di kepulauan Nusantara melainkan juga di Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai digunakan di Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit tahun 683 M (Palembang), Talang Tuo tahun 684 M (Palembang), kota kapur 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan pranagari bahasa Melayu Kuno.

Di Jawa Tengah (Gandasuli), juga ditemukan prasasti tahun 832 M dan di Bogor tahun 942 yang juga menggunakan bahasa Melayu kuno. Pada era ini, bahasa Melayu tidak hanya digunakan sebagai bahasa kebudayaan, melainkan digunakan juga sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan. Menurut seorang ahli sejarah Cina I-Tsing, di Sriwijaya terdapat bahasa Koen-Louen (I-Tsing:159), Kou-Luen (I-Tsing: 183), K'ouen-Louen (ferrand:1999) Kw'enlun (Alisjahbana 1971:1089), Kun'lun (parnikel 1977:91), K'unlun (Prantice, 1078:19) yang berdampingan dengan Sanskerta. Koen-luen berarti bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Tidak hanya sampai di situ, keunggulan bahasa Melayu di nusantara. Hal lain membuktikan bahasa Melayu telah digunakan sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan di nusantara, sebagai bahasa agama dan sains mencapai puncaknya sampai awal abad ke-20, berpusat di Kesultanan Riau-Lingga. Keunggulan bahasa Melayu dalam bidang-bidang itu tidak dapat dipisahkan dengan sikap dan kebijakan para penguasa nusantara kala itu yang mengutamakan penggunaan bahasa Melayu untuk semua jenis komunikasi di kawasan ini.

Menurut Ensiklopedia Bahasa Utama Dunia (1998:56), ulama Gujarat seperti Nuruddin al-Raniri berkarya dan berdakwah dengan menggunakan bahasa Melayu. Begitu pula Francis Xavier yang menyampaikan summon dalam bahasa Melayu ketika beliau berada di Kepulauan Maluku. Masuknya Islam ke Dunia Melayu semakin meningkatkan peran bahasa Melayu sebagai bahasa internasional dalam Dunia Islam dan menjadi bahasa kedua terbesar setelah bahasa Arab (Malik 2013b).

Jejak-jejak sejarah di atas menandakan betapa bahasa Melayu memiliki peran penting. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa Melayu juga sebagai alat pengembangan ilmu antarbidang. Maka, berbahagialah bagi yang tinggal di daerah Melayu, khususnya Kepulauan Riau. Di dalam provinsi ini, terdapat satu daerah bernama pulau Penyengat yang melahirkan seorang bapak bahasa Indonesia, yaitu Raja Ali Haji.

Raja Ali Haji adalah seorang yang berasal dari keturunan Bugis di kerajaan Melayu. Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat pada awal tahun 1808 atau akhir 1807 M dengan nama kecilnya Ali. Nama lengkapnya adalah Raja Ali al- Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah, atau Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau, atau Tengku Haji Ali bin Tengku Haji Ahmad bin Raja Haji as-Syahidu Fisabilillah Upu Daeng Celak. Wafat pada tahun 1873 M. Orang tuanya adalah Raja Ahmad bin Raja Haji Fisabilillah dan Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor.

Raja Ali Haji terkenal lewat karya sastranya Gurindam Dua Belas yang lahir pada tahun 1846. Selain itu, Raja Ali Haji juga membuat sebuah pedoman yang menjadi standar bahasa Melayu dan merupakan cikal bakal lahirnya Bahasa Indonesia. Karyanya yang menjadi acuan bahasa Melayu adalah Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga. Buku ini merupakan kamus satu bahasa pertama yang ada di Indonesia saat itu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Azhar bahwa Kitab Pengetahuan Bahasa disusun bersamaan dengan pekerjaannya menghitung kalimat-kalimat dan makna yang terkandung di dalamnya untuk projek kamus Melayu Belanda Von de Wall. Pada masa berikutnya, kitab ini pernah dicetak oleh Mathba’ah al-Ahmadiyah pada tahun 1927 M / 1345 H.

Kitab Pengetahuan Bahasa merupakan sebuah kitab yang mencatat makna kalimat dan selalu digunakan oleh orang Melayu dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, kitab ini merupakan ensiklopedia Melayu atau kamus umum bahasa Melayu karena mengandung kurang lebih dua ribu kalimat yang dijelaskan secara rinci. Dengan cara itu Raja Ali Haji berusaha agar pembaca terutama orang Melayu tidak salah paham dalam memaknai kandungan kalimat. Cara yang demikian memberi kesempatan untuk memberi makna tentang moral, amaran terhadap beberapa kebiasaan dan prilaku yang merusak agama dan tradisi Melayu, bayangan sejarah dan kesusastraan.

Selain berfungsi sebagai ensiklopedia, Kitab Pengetahuan Bahasa juga membahas permasalahan yang menjadi wacana kaum sufisme, misalnya ketika membahas huruf Alif yang ada pada kalimat Allah. Term Allah kemudian diuraikan dengan menyebut sifat-sifatnya. Oleh karena itu, menyerupai pembahasan ilmu ushuluddin. Contoh kutipannya adalah, ”Allah yaitu isim al-zat yakni nama zat Tuhan kita yang maha besar dan maha mulia dan ialah Tuhan kita yang wajib alwujud yakni wajib adanya mustahil tiadanya. Dan keadaannya tiada berkarena dari sesuatu.”

Banyak sekali makna kata-kata yang ditulis oleh Raja Ali Haji dalam Kitab Pengetahuan Bahasa tersebut. Jika dihitung dapat dikatakan lebih dari dua ribu kata beserta arti dan contoh-contohnya di setiap kata yang dibahasnya. Semua kata dijelaskan secara rinci beserta maknanya.

Kitab Pengetahuan Bahasa pada awalnya diterbitkan dan dicetak oleh Mathba’ah alAhmadiyah, jalan Sultan Singapura, tahun 1928. Pencetakan dilakukan dalam dua bentuk yakni bentuk satu buku dengan tebal 466 dan yang kedua bentuk berpisah-pisah terdiri dari sembilan buku. Mengenai kandungan isi keduanya tidak memiliki perbedaan. Buku ini sendiri ditetapkan sebagai pedoman Bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Berkat maha karya Raja Ali Haji, beliau dijuluki sebagai Bapak Bahasa Indonesia. Bahasa yang menyatukan bangsa Indonesia lahir karena kiprah seorang Raja Ali Haji.

Di Indonesia ada tokoh yang mengusulkan mustahaknya suatu bahasa persatuan bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan dan setelah merdeka. Usul itu berasal dari R.M. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) dalam makalah beliau yang disampaikan pada 28 Agustus 1916 dalam Kongres Pengajaran Kolonial di Den Haag, Belanda. Usul beliau, bahasa Melayu yang harus dijadikan bahasa persatuan dengan melihat perkembangan pesat bahasa Melayu pada masa itu (Malik 2013c).

Setelah itu, pada Kongres I Pemuda Indonesia muncul dua pendapat untuk nama bahasa nasional Indonesia. Muh. Yamin mengusulkan nama bahasa Melayu, sebagaimana nama asalnya, sedangkan M. Tabrani mengusulkan nama baru untuk bahasa itu yaitu bahasa Indonesia. Alhasil, Kongres I Pemuda Indonesia pada 2 Mei 1926 menyetujui nama bahasa Indonesia seperti yang diusulkan M. Tabrani (Kridalaksana 2010, 13—18). Pada Kongres II Pemuda Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober 1928 bahasa Melayu yang secara politik diberi nama baru bahasa Indonesia.

Bahasa Melayu sejak abad ke-7 telah menjadi bahasa yang terpenting di nusantara, bahkan di dunia. Bahasa Melayu telah memainkan perannya yang sangat penting dalam bidang perdagangan, pemerintahan, agama, ilmu-pengetahun, dan sosial-budaya umumnya. Oleh sebab itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca, yang pada gilirannya menjadi bahasa internasional kala itu. Pada masa jayanya bahasa Melayu telah diakui sebagai bahasa internasional karena keunggulannya sebagai alat komunikasi utama dalam pelbagai bidang kehidupan di nusantara, termasuk yang melibatkan bangsa asing. Ketegasan sikap para pemimpin dan rakyat nusantara kala itu memungkinkan bahasa Melayu mendapat tempat terhormat, tak terkecuali dalam pandangan bangsa asing. Oleh sebab itu, bahasa melayu merupakan asal muasal terciptanya bahasa persatuan bahasa Indonesia yang ditetapkan dalam Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan tercantum dalam teks sumpah pemuda yang ketiga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi

12 Feb
Balas

salam, Mbak.. terima kasih sudah mampir.

12 Feb

salam, Mbak.. terima kasih sudah mampir.

12 Feb

Keren sekali buk erni

15 Mar
Balas

Mantap sekali. Ini tulisan yang menang itu kan?

16 Mar
Balas

Hehehehe... Belum, Paaak.. Konsepnya 10 besar, juga. Sama seperti kemarin

17 Mar

Hehehehe... Belum, Paaak.. Konsepnya 10 besar, juga. Sama seperti kemarin

17 Mar



search

New Post