Ermila Khairissyanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Seribu Tahun Takkan Cukup Bagi ...

Seribu Tahun Takkan Cukup Bagi ...

Berfikir Positif... Baik Sangka

***

Malam, setelah mendapat suatu pencerahan, kita terniat untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik dari hari ini pada esok harinya. Bukankah orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin?

Waktu subuh pun tiba, namun karena terlalu lelah, menyebabkan kesulitan untuk bangun sehingga ketiduran, sholat subuh pun terlewatkan begitu saja. Lalu pasang niat untuk memperbaiki di waktu dhuha. Detik berganti menit, jam pun terus berputar, tidak ada kesempatan untuk mengerjakan sholat dhuha. Terbetik penyesalan di hati, namun apa daya waktu telah berlalu. Jangankan dzikir di waktu pagi, bahkan sedekah pagi pun lepas. 

Saat istirahat siang, waktu yang ada hanya cukup untuk makan,  paksakan diri melaksanakan sholat Dzuhur, walaupun hanya sebatas yang wajib saja. Jadilah, daripada tidak sama sekali. 

Pulang bekerja, bersosialisasi dengan teman sejawat, menikmati waktu sore. Sholat Ashar pun berlalu tanpa disadari. Maghrib menjelang, diri sedang sibuk bebenah, waktu yang teramat singkat, menghilangkan kesempatan untuk melaksanakan sholat Maghrib. 

Selesai makan malam, beristirahat di ruang tengah. Menonton televisi dan berselancar di sosial media sambil rebahan, sholat Isya pun larut di alam mimpi. 

Berencana membaca Al Qur'an, namun hanya menjadi rencana. Ingin menambah hafalan surah satu ayat setiap hari, hanya sebatas angan. Waktu terus berlalu, seperti jarum jam yang terus berputar. Tak pernah menunggu, siap atau tidak. 

Usia pun terus bertambah, 30, 40, 50 tahun sampai usia 60 tahun. Tibalah masa pensiun. Merenungi kehidupan yang telah lalu. Mengingat amal ibadah yang telah dilakukan. Ternyata, diri terlalu abai selama ini. Siapkah untuk menghadap Sang Khalik? Bermohon kepada Allah, untuk dipanjangkan umur, agar dapat beribadah dengan sungguh-sungguh, namun tetap tidak bisa dilakukan, karena tubuh telah rapuh, tidak bisa berdiri kokoh.. Gigi sudah gugur, pelafalan pun menjadi baur. 

Seribu tahun takkan cukup bagi kita yang terlena. Mengejar masa depan, sehingga masa kini terabaikan. Sibuk memperbaiki masa depan, lupa menikmati masa kini. Masa kini, masa yang sedang dijalani, dalam waktu seketika akan menjadi masa lalu dan ia tak kan pernah kembali. 

Ikhtiar lah, seakan-akan hidup selamanya. Beribadah lah seakan-akan mati esok harinya. Keduanya mendapat porsi waktu yang seimbang. Bukan hanya sekedar meluangkan waktu untuk ibadah, tapi menyiapkan waktu untuk ibadah.

Semoga kita menjadi orang yang beruntung.

***

#Tagurday172thn22

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

21 Jun
Balas



search

New Post