Ketika Mimi Menikah. 10
Positif Thingking... Husnuzhon
***
“ Jadi...maksudnya...kalo gak enak, Mamak bilang enak...gitu..?” Aku dan Mas Aryan saling berpandangan. “ Jadi...Mamak di suruh bohong..?!!” Lanjut Mamak dengan nada sedikit tinggi.
“ Bbbukan gitu Mak,” jawabku tergagap. Aku gak menduga reaksi mamak akan seperti itu. “ Mmmaksud Izza...”
“ Maksud Izza, mamak makan dulu, baru kasih komentar. Tapi Iyan yakin kok Mak, masakan Izza pasti enak.” Sela Mas Aryan cepat menyelamatkanku.
“ Hhmmh... “ dehem Mamak pelan. Suasana canggung melingkupi ruang makan rumah Mas Aryan.
“ Mamak kan sakit, kok mau aja di bohongi Miranda, sampe datang kemari. Bukannya istirahat di rumah, supaya cepat sembuh.” Omel Mas Aryan pada mamaknya.
“ Jadi.., ko gak suka mamak datang kemari..?”
“ Bukan gak suka Mak. Aku ya malah seneng Mamak disini. Cuma... mamak kan sedang sakit...”
“ Mamak mana yang tenang hatinya, denger anaknya kecelakaan Mas, Iya kan Mak..?” ucapku nimbrung pembicaraan mereka.
“ Tuh... Izza aja ngerti.”
“ Tapi...” Mas Aryan berusaha membantah.
“ Udah, gak usah dibahas Mas. Yang penting, Mamak kan dah disini.” Aku melihat Mas Aryan dengan mata memohon.
“ Mmm...emangnya Mamak sakit apa..? Dah berobat ke dokter Mak..?” Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“ Sakit rindu. Mas mu ini, kalo mamak gak sakit, mana mau pulang..” Ku lirik Mas Aryan, meminta jawaban.
“ Mamak aja yang kolokan. Mosok aku harus pulang setiap pekan..”
“ Setiap pekan..!!? Ko itu udah gak pulang tiga bulan Yan..!?”
“ Masak sih, tiga bulan Mak... Bukannya ...?”
“ Mas ini... kebangetan. Benar- benar ya Mas... Pantas aja Mamak sampe ngaku sakit.”
“ Tapi Za..?”
“ Mas... seorang emak, selalu ingin tahu bagaimana keadaan anak-anaknya. Bagi kami, anak itu adalah nyawa kami. Kami gak kan merasa tenang, kalo gak tahu apa-apa tentang anak kami. Iya kan Mak...?” Mamak hanya mengangguk, melanjutkan makannya.
“ Jadi Mas, yang terbaik ngaku salah aja. Terus janji, gak melakukan lagi.”
“ Ya dehhh... Mamak sayang... Iyan ngaku salah. Ma’afkan Iyan ya...? Ngomong-ngomong, masakan Izza enak kan Mak...?’
“ Enak.. pas ama selera Mamak. Ntar, lain kali Mamak minta dimasakkan kari ya..?”
“ Mamak suka kari...? Tanyaku. Mamak menganggukkan kepalanya.
“ Kalo roti jala...? Tanyaku lagi.
“ Roti jala...?”
“ Iya Mak. Izza biasa masak kari, makannya pake roti jala dan acar...”
“ Izza bisa buatnya..?”
“ Izza bukan bisa lagi Mak. Dia pakarnya. Bahkan kawan-kawannya nempah ama dia.” Jawab Mas Aryan.
Mamak memandangku bertanya. Aku hanya tersenyum, tertunduk malu. “ Mas Iyan berlebihan Mak. Aku bukan pakar, hanya bisa buat aja kok Mak. Kebetulan cocok di lidah kawan-kawan.”
“ Mamak jadi pengen...”
“ Ya udah, kalo Mamak pengen, ntar siap makan Izza buat ya Mak.”
“ Gak harus hari ini kok Za... lagian, ada yang mo Mamak tanyakan pada kalian berdua. Ini yang lebih penting.” Aku dan Mas Aryan berpandangan.
“ Tentang apa Mak..?” Tanya Mas Aryan.
“ Izza gak pa-pa kan...?” Tanya Mamak padaku.
“ Mmmaksud Mamak..?” Gugupku.
“ Gak usah gugup sayang... Mamak hanya mau kejelasan aja.”
“ Kejelasan...? Tentang apa Mak..?” Tanya Mas Aryan lagi.
“ Huss.. Ko diam aja. Mamak mo nanya sama Izza. Gak pa – pa kan Za..?”
“ Iya Mak, Gak pa- pa. Kalo Izza bisa jawab, Izza jawab.” Kataku pelan.
Kami menyelesaikan makan dalam diam. Selesai makan, aku segera membereskan peralatan makan dan makanan yang masih tersisa. Kuminta Mas Aryan untuk memakan obatnya, sebelum menunaikan sholat Dzuhur.
Selesai sholat, Mamak Mas Aryan mengajakku untuk duduk di halamn belakang rumah. Di atas sebuah bale, yang diteduhi dengan pohon Markisa yang merambat di atasnya sebagai atap. Angin berhembus semilir, membuat suasana semakin nyaman. Kuperhatikan, halaman belakang rumah Mas Aryan, lebih terlihat seperti kebun. Dengan kandang ayam mepet di dinding bagian belakang, berpagar batang ubi, memisahkannya dengan bagian lain halaman. Ada pohon cabe, tomat cheri, terong dan berbagai tanaman lainnya. Sehingga Mas Aryan gak harus belanja untuk memenuhi kebutuhan dapur hariannya. Persis seperti yang kuinginkan.
“ Iyan rajin kan...?” Suara Mamak memutus perhatianku.
“ A..apa Mak..?”
“ Sejak kecil, Iyan suka membantu Mamak, merapikan halaman. Tangannya dingin, jadi nanam apa aja pun tumbuh. Dia juga trampil memperbaiki peralatan, apa aja... Padahal dia sekolahnya di sekolah agama, tapi dia bisa memperbaiki mesin. Kadang Mamak sendiri ngerasa heran, darimana dia memepelajari itu semua.” Aku diam mendengar pembicaraan Mamak. Terdengar dengan jelas, nada bangga dalam suaranya.
“ Hanya saja.., rumah tangganya, tidak berjalan dengan mulus. Mamak gak tahu persis, apa yang menyebabkan Iyan berpisah dengan istrinya. Tapi... Mamak gak mau, kejadian yang sama terulang lagi.” Lanjut Mamak. “ Iyan bukan tipe lelaki yang mudah berhubungan dengan perempuan. Sejauh yang Mamak tahu, selain Mamak, perempuan yang dekat dengannya, hanya Miranda dan mantan istrinya.” Aku masih diam, mendengarkan cerita Mamak.
“ Izzaa...”
“ Ya Mak..?”
“ Iyan sudah cerita sama Mamak tentang kalian. Apa yang membuatmu belum bisa menerimanya Za..?”
Bersambung.
***
#TantanganGurusiana#harike-103
#Menuju365
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut bu
Alhamdulillah... Terimakasih Bunda...
Seperti nyata saking bagusnya cerita ini. Mantap, Bun!
Alhamdulillah... Terima kasih Bunda... Salam kenal...
Sudah saya follow bu, salam kenal
Alhamdulillah... Terimakasih Kak...
IZZA parti punya alasan kuat..lanjutkan critanya bu
Alhamdulillah Pak... Senengnya dikomentari Penulis populer MGI... Salam Kenal Bapak...
Mantap bun. Di tunggu kelanjutan nya bun.
Alhamdulillah... Mohon krisannya Bunda
Lanjut Bu. Jadi penesaran.
In Syaa Allah Bunda.... Terimakasih... Mohon Krisannya
Mantul...
Terimakasih Bunda... Salam kenal...
Menanti akhir ceritanya dan kami lihat bahwa itu nyata.
Ya Allah... Alhamdulillah... Terima kasih Bunda
Ditunggu kelanjutannyaa bundaa.. Keren
Alhamdulillah,... Terimakasih Bunda... Salam kenal