Aku Tahu, Diriku Tak Kan Pernah Tahu # Tantangan Menulis Hari ke-22 # Tantangan Gurusiana
Hari ini semua media sibuk memberitakan meninggalnya seorang artis ternama yaitu Ashraf Sinclair, masih muda, terkenal, kaya. Apa yang tidak akan bisa didapatkannya dengan materi berlimpah. Suami dari seorang artis dan penyayi terkenal juga keturunan Minang yaitu Bunga Citra Lestari yang akrab dipanggil BCL, sejenak memori duka datang menyeruak direlung hatiku, masih muda dalam ingatanku betapa tiba-tiba seorang kakak (Sepupu) yang lebih rasanya dari seorang kakak kandung, beliau juga berfungsi bagiku layaknya seorang orang tua bijak tempatku meminta nasehat dan petunjuk, ketika tiba-tiba siang itu 16 Januari 2020, berita duka singgah ditelingaku kalau beliau dibawa ke Rumah Sakit, karena gula darahnya tinggi. Namun beberapa saat berikutnya berita lebih mengejutkan lagi adalah beliau telah berpulang ke Rahmatullah. Begitu cepatnya berita beruntun itu datang seolah tidak mau memberikan waktu buatku untuk sekedar berkemas, mempersiapkan keberangkatanku dari Padang ke Bukittinggi tempat beliau di rawat.
Memori duka yang selalu datang tatkala berita kepulangan seorang Insan menghadap Sang KhalikNya adalah ingatan akan kepergian sosok Sang Ayah yang tiba-tiba, karena kecelakaan. Luar biasa rasa kehilangan itu, dua bulan bukan waktu yang singkat betapa diriku yang selalu setiap hari pulang dan pergi menuju tempat tugas mengajar harus menghindari tatapan dari tempat kejadian beliau terkapar tak berdaya karena kecelakaan tersebut. Selama dua bulan pula diam-diam aku selalu menyeka air mata yang selalu bergulir setiap melewati jalan tersebut. Sampai saat inipun jika ada orang sedang berbicara tentang kecelakaan aku akan langsung beranjak pergi, tidak akan ada satu patah katapun akan aku munculkan untuk sekedar ikut beerkomentar tentang yang namanya kecelakaan.
Kematian adalah jalan panjang untuk kembali menuju Sang Pencipta. Berkaca dari meninggalnya Ayah dan kakakku ini, betapa begitu rahasianya sebuah kata “kematian” tersebut, semua kita tahu bahwa kita tak akan pernah tahu kapan yang namanya kematian akan datang menghampiri, dengan cara apa pula dia akan datang kepada kita. Terkadang kita sering lalai mengkaji berapa persiapan yang telah kita lakukan untuk sebuah perjalanan panjang tersebut. Jujur aku masih belum mampu untuk berbuat yang terbaik untuk diriku sendiri. Rutinitas pekerjaan dan semua tetek bengek kehidupan, sering menghimpit kesadaran kita tentang kuantitas dan kualitas persiapan kita tersebut.
Yang jelas dalam ingatanku disaat-saat terakhir Ayahanda tercinta, ketika darah begitu deras mengalir dari kepala beliau akibat kecelakaan itu, mulut beliau tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata Allah, Allah, Allah,dst. Padahal secara kasat mata, tak kan mungkin seseorang dengan mata terpejam tanpa satupun gerak dari anggota tubuh dan detak jantung yang tidak normal akan memunculkan kesadaran untuk mengingat sesuatu. Pembelajaran luar biasa yang ditinggalkan oleh ayahanda tercinta ini adalah betapa ketika kita masih hidup, selalu rajin mengingatNya, lidah yang selalu menyebut nama Allah, menghindari segala macam perkataan yang akan menimbulkan mudharat bagi orang lain..
اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
Aku tahu, aku tak kan pernah tahu kapan dia datang.
Aku tahu, aku tak kan pernah tahu sudah berapa bekal yang telah kukumpulkan untuk sebuah perjalanan panjang menghadapNya kembali.
Aku tahu, aku tak kan pernah tahu bekal yang mana yang dapat ku bawa nanti untuk menghadapNya, Sang Maha Pencipta Alam Semesta.
Aku tahu, aku tak kan pernah tahu dengan cara apa aku akan kembali menghadapNya.
Aku tahu, aku tak kan pernah tahu dimanakah tempat perjalanan terakhirku, sebagai awal perjalanan panjangku mengahadapNya.
Padang, 19 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya buk wit, mari kita sama2 mengingatkan diri kita bersiap2 utk suatu masa yg kita tidak akan pernah tahu entah kapan?
Semua kita pasti akan mati,tapi kita tidak akan pernah tau kapan kematian itu datang, dan dengan cara apa Allah mengambil nyawa ini,,,,,,,,Apakah kita sdh siap menghadapinya...Al Fatihah ya buk yet...untuk kakak tercinta...semoga beliau ditempatkan disurganya Allah...aamiin....
Amiin Terimakasih buk Yuli
Innalillahi wainnailaihi rojiun, semoga arwah beliau ditempatkan di sisinya, kata demi kata u membuatku ikut merasakan kesedihan u, sobat, yang sabar ya? Entah kapan kita akan ke sana