Malam minggu ini, rencananya aku akan jalan dengan temanku. Yah, layaknya anak muda keliling Jakarta berduaan di atas motor. Tidak sengaja lewat jalan Arteri. Salah satu wilayah di Jakarta Barat. Mencari beberapa tempat makan, karena cacing di perut mulai meminta jatahnya.

*

Awalnya ingin makan mie Aceh bang Iwan di Palmerah. Mie aceh ini terbilang enak untuk ukuran mie Aceh di Jakarta. Setelah menempuh jalan cukup jauh dengan menggunakan aplikasi waze, sialnya tempatnya tutup. Dengan penuh kecewa, akhirnya berencana mencari tempat lain.

*

Berjalan cukup jauh sekitar 8 km lagi dari Mie Aceh Bang Iwan, ada Mie Aceh Nyak Lin. Sebenarnya di Nyak Lin juga enak. Tapi belum sampai di mie Aceh Nyak Lin, mataku malah tertuju pada warung nasi goreng Arteri. Aku langsung berteriak histeris ke temanku. Meminta dia untuk melupakan mie aceh dan makan nasi goreng seafood atau nasi goreng lainnya di warung itu

*

Jadi sebenarnya warung nasi goreng arteri itu menyimpan kenangan dengan mantan. Nasi goreng ini sering dibelikan oleh mantan dulu pada zaman pacaran. Karena makan nasi goreng ini hampir setiap malam di atas jam 7, berat badanku pun drastis naik mencapai 70 kilogram. Wajar saja, selain enak, porsinya banyak. Jadi gak menolak walau makan itu setiap malam.

*

Jadilah kami makan di warung nasi goreng itu saja. Rasanya tidak berubah walau sudah 3 tahun tidak makan di tempat itu lagi. Aku juga masih selahap dulu makannya. Ternyata nasi goreng saja bisa mengembalikan kita pada kenangan. Setiap kenangan indah akan lama digantikan kenangan lainnya bahkan oleh waktu. Jika Bapak dan Ibu penasaran dengan rasanya, silakan mampir di Nasi Goreng Arteri

***

Jakarta, 15 Agustus 2020

EP