Kalau Supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden RI yang pertama pada tahun 1966 merupakan surat perintah, namun Supersemar yang keluar hari ini dari Presiden Republik Gurusiana bukanlah surat perintah melainkan surat peringatan.

Dua peristiwa ini tak ada hubungan kejadiannya sama sekali dan tak ada pula kemiripan motifnya. ‘Tanggal 1 Maret’ yang menginspirasi saya untuk menuliskan ide ini.

Supersemar yang dikeluarkan oleh pak CEO adalah dalam rangka mengkritik sekaligus membina para penduduk Gurusiana yang masih menyenangi jurus kepepet ala SKS (Sistem Kebut Semalam).

Begitu jeli Sang CEO mengamati kondisi-kondisi yang membahayakan penduduknya. Hasil pantauan beliaulah yang mendesak keluarnya surat peringatan ini.

Lebih jauh, sang CEO berusaha membasmi virus-virus yang membahayakan umat di pelataran Gurusiana ini. Virus tersebut antara lain; ntar dulu..., nanti aja deh..., sabarlah bro..., Belanda masih jauh..., dan santuy...

CEO mensinyalir bahwa virus inilah yang sering menggerogoti penduduk gurusiana. Beliau merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan para korban yang terjangkit.

Mengantisipasi merebaknya akibat virus ini, pak CEO meminta para penduduk Gurusiana untuk waspada dan hati-hati agar tak jatuh korban berikutnya, seperti yang tertera di dalam peringatan.

Kemudian, dalam konteks seperti ini Sang CEO dengan tegas menyatakan bahwa jurus ‘The Power of Kepepet’ berbahaya untuk digunakan.

Semoga banyak yang belajar dari Supersemar ini, terutama saya yang menulis...

Terima kasih Kumendan.

Batusangkar, 11 Maret 2020

#tantanganmenulisgurusiana (Hari ke-55)