Tegakkan konsistensi tak hanya menanyakan masalah hati, tetapi raga juga harus senantiasa siap beraksi menyanggah kekuatan diri.

Dikala irama stamina menari di titik nadir, badan terasa menggigil dan duduk pun terasa tak stabil. Saat itulah kondisi mengajak berpikir dengan getir.

Yang mana? Lanjut atau pasrah? Itulah kata hati yang bernyanyi dengan nada menghentak mendesak lahirnya suatu keputusan pasti.

Tetap bertahan sekalipun tertatih-tatih merupakan pilihan hati. Masih pilihan hati.

Selagi jemari bisa menari walau dengan irama yang meringkih, selagi kepala dapat tegak dan diajak beropini walau hanya untuk nyatakan lemahnya diri, selagi hati punya energi untuk bulatkan tekad menjunjung keputusan untuk tetap berkonsistensi....

Inilah lukisan kondisi diri yang tak mau menyerah pasrah, tak kuasa untuk terjun bebas ke jurang terjal yang menganga dihadapan pada detik-detik akhir kesempatan tersisa.

Aku tak mau kabur karena tersungkur, tak ingin terjun sia-sia ke lembah pasrah.

Menulis “Apa Adanya” mudahan itulah dewi fortuna

Batusangkar, 26 Februari 2020

#tantanganmenulisgurusiana (Hari ke-41)