Enge Rika Lilyana

Menuangkan ide dalam bentuk tulisan adalah mimpi awal bagi saya. Menghasilkan karya dalam bentuk buku adalah salah satu mimpi yang harus diwujudkan. Salah satu ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Romantisme Pengantin Senja #Tantangan Gurusiana ke-22#
Kerokan manjah

Romantisme Pengantin Senja #Tantangan Gurusiana ke-22#

Romantisme Pengantin Senja #Tantangan Gurusiana ke-22#

Entah bagaimana aku bisa mengatakan bahwa sore ini adalah begitu romantic. Setidaknya untuk beban yang aku rasakan berkurang sekian ,sekian koma sekian persen. Bermula ketika ku bangun tidur siang ini. Ada perasaan tak nyaman. Keringat dingin melingkupi seluruh tubuhku. Kalau begini enaknya mandi dulu pakai air dingin. Ternyata rasanya semakin tak enak. Wah, ini pasti masuk angin. Semua orang pasti merasakan gimana gak enaknya rasa ini. Mau pakai jaket gerah, gak pakai jaket badan seperti ada di dalam lemari es.

Tepatnya pukul tujuh belas, suami kembali dari kantor. Seperti biasa aku menyambut dengan rasa gak enak. Bukan marah atau cemberut, gak enak maksudnya greges gitu. Nanti aja aku nunggu saat yang tepat. Penasaran bukan? Pasti pikirannya ke mana-mana! Suamiku mungkin belum paham isyarat bahwa ada sesuatu yang kuminta. Paling hanya bilang, aku makan dulu ya. Aku hanya mengangguk tanda menyetujui. Tidak lama kemudian, terdengar suara adzan berarti siap-siap menuju mesjid. Kegiatan positif untuk menjeda perasaan greges Semua akan terasa indah meskipun gregesnya tambah kencang. Aku sudah berencana sepulang dari masjid, aku mau minta tolong suamiku untuk mmbantuku mengurangi rasa gak nyamanku.

Saat yang dinanti-nanti telah tiba, aku utarakan maksudku pada lelaki yang telah hampir tiga windu bersamaku. Aku minta suamiku untuk mengerok badanku agar terasa hangat. Meringankan bebanku. Suamiku meskipun tidak paham kesehatan dengan ara totok atau bekam ya minimal sudah memberikan pertolongan pertama pada ketidaknyamanan..hi…hi…hi…sebut saja P3K. Dengan tangan sigap aku menyerahnya uang logam seribu rupiah dan minyak telon. Diusapnya ke leher dan sekitar tengkuk. Mulailah si kepeng berjalan dengan mesra di kulit leherku. Suamiku memang jago melukis di kulit tubuhku. Bukan tattoo lho! Hasil kerokannya sudah sesuai dengan takaran, pokoknya standar. Tidak terlalu sakit. Wih, coba lihat tukang urut atau pijat, sehabis mijit dilanjutkan ke kerokan. Gambar garis melintang warna merah semacam perjalanan penyakit yang ditekan dengan kekuatan superhero. Yang jelas itu sangat sakit, aku gak tahan dengan rasa sakit. Beda dengan ibuku, kalau belum merah kehitaman lukisan kerokannya, katanya belum sah. Aduh ampun dah, aku angkat tangan.

Setelah rata kerokan di tengkuk, suamiku langsung bilang dah cukup. Yah, gitu sudah cukup. Rasa hangat menjalari seluruh tubuh. Ini acara obat yang paling mujarab saat masuk angin menyerang. Selain beban rasa sakit hilang, romantisme sebagai pasangan suami istri bertambah sekian-sekian persen. Percayalah. Tidak promo, sekadar berbagi tips bagaimana keluarga bisa samawa sampai puluhan tahun. Salah satunya adalah dengan kerokan manjah. Dulu saat masih baru menikah, suami saya anti kalau saya minta kerokan. Alasan paling utama kulit nanti bisa iritasi. Aku yang sejak kecil biasa kerokan merasa manusia ciptaan Tuhan yang satu ini tak paham bagaimana konsep kerokan yang hakiki. Mungkin suatu saat akan ada masanya dia ketagihan rasa enaknya kerokan.

Mungkin perjalanan dua atau tiga tahun menikah baru tahu apa kebiasaan pasangannya. Ternyata ada kejadian suamiku lupa menutup jendela saat tidur siang. Angin mengganggu ketahanan fisiknya. Dia tanya apa kerokan itu enak? Yah, yang ditanya aku pasti aku jawab enak. Sakit yang diderita bisa sembuh jika dikerok. Akhirnya suamiku minta dikerok. Pelan-pelan aku mencoba mulai aksiku. Uang kepengan dan minyak telon senjata untuk mulai kerokan. Aku pilih gambar yang paling bagus. Hi..hi…Tebal-tipisnya warna disesuaikan dengan kadar sakit yang diderita. Aku tidak paham bagaimana nenek moyang bisa memilki pemikiran mengurangi rasa masuk angin dengan cara dikerok. Benar atau tidak menurut ilmu kedokteran yang penting rasanya jadi ringan.

Mungkin ini semacam teori ala-ala bahwa dengan kerokan sudah bisa merekatkan kasih sayang suami istri, selebihnya adalah penyempurna. Ini hanya menurutku, kalau yang alergi dengan kerokan mungkin opiniku semacam nonsen saja….Semoga satu hal yang sederhana ini bisa menjadi alternative di saat dibutuhkan. Salam sehat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Haha...Romantis banget ini

05 Feb
Balas

Keren tulisannya. Salam kenal ibu.

05 Feb
Balas

Iya bu say hasil perenungan..hi..hi

05 Feb
Balas

Bu Widayanti Rose semoga yang romantis2 jadi langgeng

14 Feb
Balas

Bu Widawati salam kenal juga

14 Feb
Balas

Bu Eni Meiniar...seni melukis kulit

14 Feb
Balas

Keren hasil kerokannya, hehehe ....

05 Feb
Balas



search

New Post