Eneng rahmayanti

Guru IPA di SMPN 1 Jatinangor, memiliki hobi menulis. Buku karya perdana bejudul "Seribu Tanya, Sejuta Jalan", menjadi salah satu penulis pada antologi fabel ka...

Selengkapnya
Navigasi Web
SAAT TUMIT BERTAJI (Tantangan hari ke-18#TantanganGurusiana)

SAAT TUMIT BERTAJI (Tantangan hari ke-18#TantanganGurusiana)

Setahun yang lalu saat mengikuti workshop inovasi pembelajaran di jogya, saya diajak oleh salah satu teman untuk berkunjung ke rumah sahabatnya. Awalnya merasa sungkan. Tapi karena Teteh (panggilan akrab pada sahabat teman saya) sangat baik, akhirnya kami pun akrab. Teteh juga yang mengantar kami berjalan-jalan mengunjungi berbagai objek wisata sebelum kami kembali ke Bandung.

Layaknya seorang guide handal, Teteh mengawal dan menjelaskan sejarah tempat yang kami kunjungi.

“Santai saja ya jalannya. Kaki saya sakit”. Kata Teteh.

“Kenapa Teh?” Tanya saya heran.

Sepertinya teteh baik-baik saja. Gayanya yang ceria, modis, dengan postur tubuh ideal tak menunjukkan kalau beliau sedang sakit.

“Kaki teteh bertaji” ungkapnya.

Rupanya teteh ini termasuk orang yang pobia gemuk. Kekhawatiran mengalami kegemukan, membuatnya menjadi gymholic. Perharinya Teteh bisa menghabiskan waktu 5 sampai 6 jam untuk berolah raga di fitness centre. Suami yang sibuk bekerja, dan anak-anak yang sudah punya kesibukan sendiri membuat teteh lebih senang menghabiskan waktu untuk berolah raga. Daripada ngerumpi atau hanya tiduran di rumah, lebih baik olah raga untuk kesehatan. Itu cerita yang saya dengar dari beliau.

Tapi ternyata olahraga yang berlebih juga tidak baik, itu menyalahi Standar Operasional Prosedur (SOP) tubuh kita. Karena kaki terlalu letih menumpu berat badan, akhirnya tumit mengalami pengapuran sehingga nampak seperti bertaji. Dan ini menimbulkan rasa sakit bila berjalan. Dokter menyarankan untuk operasi, tapi beliau masih belum siap. Jadi dibiarkan saja, dan mulai terbiasa dengan rasa sakit yang ada.

Beberapa minggu ke belakang, salah satu teman di sekolah juga mengeluhkan sakit di bagian tumit. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyatakan tumitnya bertaji. Bobot tubuh yang berlebih dan kebiasaan menggunakan high heels membuat tumit mengalami penegangan secara berlebihan yang akhirnya terjadi pengapuran. Dokter menyarankan untuk melakukan operasi, tapi beliau belum siap.

Melakukan program diet dan tak lagi menggunakan sepatu hak tinggi menjadi alternatif yang dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan menghindari kondisi yang lebih buruk.

Dari apa yang terjadi dengan kedua teman saya ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Olah raga itu baik, tapi jika berlebih malah menjadi tidak baik. Gemuk itu tidak jelek, tapi jika terlalu gemuk maka akibatnya buruk bagi kesehatan. Memakai sepatu hak tinggi itu membuat postur tubuh terlihat lebih ramping, tapi jika terlalu sering ternyata tidak bagus untuk tumit. Tulang kekurangan zat kapur bisa keropos, tapi jika terjadi pengapuran pada tulang jadinya sakit.

Artinya kita harus tahu SOP tubuh, agar tak menyalahi aturan sehingga berakibat buruk bagi kesehatan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post