Perjalanan mengikuti pendidikan guru penggerak hampir memasuki garis finish. Lebih dari separuh perjalanan sudah kami lalui. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus selalu mendorong seluruh warga sekolah untuk mengembangkan kompetensi dirinya dan memiliki pola pikir bertumbuh serta keberpihakan pada murid. Hal ini bisa kita lakukan apabila seorang pemimpin pembelajaran memiliki paradigma berpikir yang memberdayakan, dan keterampilan coaching adalah salah satu yang bisa kita terapkan untuk pengembangan diri dan rekan sejawat. Bagi mereka yang memiliki basic keilmuan psikologi seperti guru BK mungkin hal ini tidaklah sulit. tapi Bagaimana dengan kita guru kelas dengan beberapa tugas tambahan lainnya? Mungkinkah? Mampukah melaksanakan kegiatan coaching seperti yang sudah sering kita dengar, kita saksikan dalam berbagai kesempatan tentang sosok seorang coach yang begitu luar biasa membangun kepercayaan para coacheenya.

Perlahan namun pasti kita kuliti satu persatu apa itu Coaching. Meskipun selama ini sedikit banyak kita sebenarnya sudah menerapkan kegiatan coaching dalam keseharian kita, baik dalam interaksinya dengan murid maupun dengan rekan sejawat. Hanya saja, mungkin dalam praktiknya kita masih belum sepenuhnya menerapakan paradigma berpikir coaching yang sesungguhnya. Selama ini kita masih cenderung mempengaruhi cara berpikir coache atau justru memberikan solusi alternatif dari apa yang menjadi permasalahan si coache. Akhirnya kita terjebak pada posisi seorang konselor, trainer, mentor atau fasilitator.

Setelah mempelajari,mencoba memahami apa itu kegiatan coaching, akhirnya mulai tertanam dalam hati untuk mengemban amanah pamong yang kita emban sebaik mungkin. Coaching ternyata adalah kegiatan membangun kemitraan antara seorang Coach dan Coachee. Melalui kegiatan ini, Coach belajar mengenali kekuatan dirinya juga mengenali coacheenya secara mendalam. Coach hanya mengarahkan dan memberikan ruang sepenuhnya untuk coachee mengembangkan potensinya dan memberikan ide-ide besarnya dalam mengambil keputusan sendiri. Ketika kebersamaan kita dilakukan sepenuhnya, aktif mendengarkan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot menggunakan alur TIRTA maka dengan sendirinya, Coaache akan melambungkan imajinasi untuk dirinya keluar dari persoalan yang tengah membelenggunya. Tentunya hal ini tidaklah mudah. Perlu keberanian untuk selalu mencoba dan mencoba, Perlu ketekunan dalam berlatih untuk semakin menggali kompetensi diri sehingga mampu mengolah komunikasi yang baik dan santun dalam menghasilkan pertanyaan-pertanyaan berbobot yang dapat merangsang coacheee menelorkan ide-ide briliantnya.

Dalam kegiatan ini pun, tersedia ruang kolaborasi dan kegiatan demontrasi konstektual untuk kami berkolaborasi antar CGP dan mengasah keterampilan kami menjadi seorang Coach, coache juga seorang Observair. Sebuah pengalaman yang luar biasa kami rasakan. Ini akan menjadi bekal untuk kami mempraktikkannya dalam lingkup keseharian kami baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Namun apalah arti ilmu yang kita peroleh, jikalau tanpa aksi nyata yang membingkai setelahnya. Sebagaimana sebuah kutipan "Buah dari ilmu itu bukanlah pengetahuan, tapi buah dari ilmu itu adalah tindakan". Teruslah semangat untuk tergerak, bergerak dan menggerakkkan