“ horeee... gurunya tidak masuk kelas.. kita bebass....” terdengar sorakan para murid di kelas sebelah ketika sang Guru A berhalangan hadir di kelas. Deg.. jantungku berdebar, hatiku pun bertanya “apakah ketika aku tak masuk kelas siswa-siswa ku juga seperti itu..? apa jadi nya aku ketika menjadi guru yang tak dirindukan siswa..”

Pernahkah sebagai guru mengalami hal yang sama di sekolah..? dimana siswa tak menginginkan kehadiran sang guru untuk hadir membersamai mereka dalam belajar, menutup pintu kelas agar sang guru tak dapat masuk ke ruang kelas, atau siswa merasa jenuh ketika sang guru mulai memberikan materi..? atau siswa merasa apa yang guru sampaikan terasa membosankan sehingga mereka lebih memilih tertidur atau ngobrol sesama teman mereka dibanding harus mendengarkan materi atau mengerjakan tugas yang sang guru berikan pada saat kegiatan belajar mengajar, atau kita pernah mendengar siswa yang mencela guru saat sedang memberikan pembelajaran. Tak jarang kita menemukan tingkah para siswa yang membuat emosi para guru tinggi, lalu apakah marah dan memberi hukuman menjadi solusi untuk sang guru agar dapat dicintai..? tentu jawaban kita sebagai guru beragam ya..

Sejatinya sebagai seorang guru tentu tahu problematika yang di hadapi oleh siswa-siswa kita ketika belajar, apa yang membuat senang atau membosankan ketika belajar, atau bisa jadi masalah tersebut bersumber dari kesalahan yang tak kita sadari ketika mengajar di kelas, sering kali kita merasa menjadi sosok paling benar ketika berhadapan dengan siswa, sehingga tak jarang kita merasa tak ingin disalahkan dan sulit menerima masukan disaat siswa protes atau tak memahami kehendak sang guru.

Lalu apa yang harus kita lakukan agar di rindukan oleh siswa...? atau paling tidak mereka tidak menolak kehadiran kita di kelas. Sekecil apapun kesalahan yang guru lakukan khususnya dalam pembelajaran tentu akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik.

Sebagai guru sekaligus sebagai pendidik hendak nya harus mampu mengendalikan diri dan memahami kondisi agar kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam mengajar yang nantinya berdampak fatal, meskipun kita menyadari sebagai seorang guru kita hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kelemahan dan kesalahan ketika berada didepan siswa-siswa kita, namun bukan berarti kita membiarkan kesalahan tersebut terus dilakukan. Yakinlah bahwa Setiap guru memiliki potensi diri dalam menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran, keberhasilan tersebut dapat dilihat dari keberhasilan para siswa kita dalam mengikuti proses dan tujuan pembelajaran. Hal yang paling utama adalah bagaimana kita memahami kesalahan kita dalam mengajar dan tindakan apa yang akan kita lakukan dalam memperbaiki pembelajaran yang kita berikan kepada siswa-siswa kita, berikanlah yang terbaik untuk mereka.

Mari kita untuk introspeksi diri, jadikan siswa-siwa kita adalah sahabat-sahabat kita diruang kelas, tetaplah menebar kebaikan karena sekecil apapun kebaikan yang kita berikan mereka akan merasakkan kebaikan tersebut.