Endang Sri Wahyuni

Guru SD Negeri 4 Kalibaru Wetan, Banyuwangi. Lahir di Kediri, SMADA Pare terakhir aku menuntut ilmu di Kediri. Diploma 2 PGSD di IKIP Negeri Malang, Sarja...

Selengkapnya
Navigasi Web
Drama Kontemporer Ande Ande Lumut (part 1)
sophiabanksphoto.com

Drama Kontemporer Ande Ande Lumut (part 1)

Drama Kontemporer “Ande Ande Lumut” (part 1)

oleh: Endang Sri Wahyuni

Karya seni sastra “drama” menjadi sesuatu hal yang membuka memori saya semasa SMP. Di SMP pernah kucoba ikut ekstra kurikuler seni teater namun tak berujung karena saya lebih banyak menghabiskan waktu saya di bidang kepemimpinan dan organisasi. Namun pengalaman yang sedikit ini ternyata menjadi motivasi saya ketika menjadi pendidik.

Tahun 2006 merupakan tahun ke-9 saya mengemban amanah mendidik anak-anak negeri di kota Gandrung ini. Pada tahun ini gesekan, komunikasi, dan pendalaman karakteristik anak benar-benar kucoba gali. Luar biasa di antara mereka anak kelas 5 yang atraktif dalam perannya. Potensi sebagai seorang aktor drama mulai kutemukan.

Malam pelepasan siswa kelas VI tahun pelajaran 2005/2006 di SD Negeri 4 Kalibaru Wetan dikemas dalam panggung kreasi seni. Panggung kreasi seni inilah sebagai puncak acting mereka.

Pada tahun ini saya menyajikan karya sastra seni drama bersama anak-anak kelas 5. Drama ini saya masukkan ke dalam drama kontemporer karena cerita yang dipentaskan merupakan cerita rakyat atau dikenal dengan dongeng dari mulut ke mulut sedangkan pendukungnya menggunakan musik tradisional dan musik modern.

Musik tradisional yang digunakan antara lain ketipung, thethe, kendang mini, rebana, dan double drum mini ala kentrung versi siswa kami. Musik modern yang digunakan dengan menggunakan VCD musik modern lirik lagu Prau Layar. Penabuh musik tradisioanal dari 3 siswa keren saya berkolaborasi dengan partner seni saya pak Santoso. Tiga siswa tersebut Farauq Hasyimi Wafi penabuh ketipung, Hendra Agus Daryanto penabuh rebana, Ade Akbar Efendi penabuh thethe, dan drumernya Pak Santoso.

Drama konteporer ini oleh anak-anak lebih cenderung dinamai Kentrung Ande Ande Lumut. Kentrung Ande Ande Lumut terdiri atas 4 babak. Babak I situasi keluarga yang ditumpangi Kleting Kuning. Babak II menceritakan keluarga Mbok Rondo Ndadapan. Babak III menceritakan proses unggah-unggahi Ande Ande Lumut. Babak IV menceritakan diterimanya Kleting Kuning dan menolak kleting lainnya. Siapa tokohnya... yuk ikuti part 2...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inggih Bu..kenangan tak boleh dilupakan.. masukan....kata "pelepasan" unt perpisahan dianjurkan tdk dipakai lagi...sejak tahun 2008. Pelepasan itu unt istilah di IPA .. pelepasan pada kata perpisahan diganti dgn kata "lepas pisah "....mohon maaf...

02 Oct
Balas

Alhamdulillah.. Nuwun Bunda atas saran dan ilmu barunya....varokalloh...

03 Oct



search

New Post