PERJALANAN MANUSIA
Sebelum berbicara mengenai bagaimana konsep dasar pendidikan sesuai dengan ajaran Islam, terlebih dahulu perlu ditelusuri bagaiamana garis perjalanan hidup manusia seperti diinformasikan oleh Alloh sang Pencipta manusia itu sendiri. Hal ini sangat penting agar konsep dasar pendidikan yang kita bangun benar-benar sesuai dengan kebutuhan manusia dalam menapaki kehidupannya di dunia. Melalaui konsep dasar tentang perjalanan hidup manusia, kita dapat menentukan dengan tepat bagaimana hakikat pendidikan, untuk apa pendidikan dan bagaimana pendidikan harus berjalan.
Islam menginformasikan bahwa manusia diciptakan sebagai mahluk Alloh yang unik, yang sangat berbeda dengan mahluk Alloh lainya baik dalam bentuk, peran maupun karakteristiknya. Manusia adalah satu-satunya mahluk Alloh yang mendapat peran terhormat sebagai khalifah Alloh di muka bumi. Manusia merupakan satu-satunya mahluk Alloh yang diberi kebebasan memilih, yang dengan kebebasan itu juga hanya manusia yang memiliki kemungkinan menjadi mahluk yang paling celaka.
Dari berbagai informasi yang bertebaran dalam Al-Quran, penulis melihat beberapa hal pokok yang merupakan konsep mendasar mengenai perjalanan manusia. Uraian berikut akan mencoba membahas konsep dasar mengenai perjalanan manusia yang penulis sarikan dari berbagai ayat quran dan hadits.
Secara visual, perjalanan hidup manusia nampak pada gambar berikut:
Sebelum manusia lahir, Alloh membuat perjanjian imani bahwa Alloh adalah Tuhan manusia, dan manusia bersaksi mengakui bahwa Alloh lah Tuhan kita[1]. Hal ini merupakan informasi yang sangat penting untuk dijadikan landasan dalam mengkaji perjalanan hidup manusia. Dengan informasi ini kita dapat mengatakan bahwa pada asalnya semua manusia beriman akan keesaan Alloh sebagai Tuhan Pencipta. Inilah salah satu fitrah (prototype) manusia.
Dengan bahasa lain, manusia lahir kedunia dibekali dengan kecerdasan spirtual. Jauh di lubuk keasadaran manusia tertanam kesadaran akan Alloh sebagai Tuhannya (dalam isitilah Ary Ginajar disebut God Spot)[2]. Alloh sengaja mengadakan perjanjian ini agar kelak manusia tidak dapat mengelak saat imannya diminta pertanggung jawaban. Hal ini akan memunculkan pertanyaan; jika memang fitrah manusia itu beriman kepada Alloh, mengapa realitasnya banyak sekali manusia yang ingkar? Inilah pertanyaan yang menuntun kita untuk memikirkan bagaimana perjnalanan manusia dalam hidupnya di dunia ini.
Manusia lahir sebagai paduan tubuh dan spiritual[3], sebagai satu kesatuan nafsio-fisik[4]. Secara biologis manusia lahir mengikuti proses hereditas. Alloh menciptakan manusia secara bilogis melalui proses keturunan[5]. Manusia lahir dalam keadaan nol, tidak mengetahui apapun, namun, kecerdasan berfikir (IQ) dan merasa (SQ) juga dilengkapi potensi inderawi[6], dilengkapi dengan potensi ruhaniah yang berasal dari ruh Alloh[7]. Dengan demikian manusia lahir membawa bekal perjanjian imani (kecerdasan spritual), kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi.
Disamping itu, kedalam diri manusia, Alloh menanamkan dua potensi yang saling berhadapan yaitu potensi untuk jahat (fujur) dan potensi untuk taqwa[8]. Secara ekspternal, masing-masing potensi tersebut tersedia kekuatan yang membantu perkembangan masing-masing. Untuk potensi taqwa disediakan petunjuk (ad-din)[9]. Sedangkan untuk potensi fujur tersedia syetan yang selalu membawa manusia ke-arah kejahatan[10].
Dengan potensi fujur dan taqwa, manusia menjadi sangat berbeda dengan mahluk lain. Dua potensi tersebut sekaligus merupakan kebebasan memilih yang dipersilahkan Tuhan untuk dipilih manusia. Manusia memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang mana. Tuhan menyediakan pula dua jalan[11] yang masing-masing akan ditempuh oleh ketaqwaan atau kejahatan. Dengan demikian manusia memiliki dua pilihan, apakah dia akan mengembangkan potensi taqwa atau mengembangkan potensi fujur. Dengan informasi ini perjalanan manusia memiliki probablitas berkembang ke dua arah, arah jahat atau arah taqwa.
Di satu pihak manusia memiliki peluang untuk berkembang ke arah jahat dan ke arah taqwa, dipihak lain Alloh memberi tugas agar manusia beribadah kepada Alloh (taqwa)[12] dan menjadi khalifah Alloh dimuka bumi[13]. Disamping itu manusia ditantang untuk mampu mencapai tujuan hidup yang hakiki yakni mencapai surga dalam keridoan Alloh[14]. Dengan potensi yang dimiliki serta probabilitas pengembangan potensi tersebut manusia akan berkembang ke dua arah.
Manusia akan beruntung mendapat surga dalam keridoan Alloh jika ia membersihkan dirinya (tazkiyatun-nafs) dari sifat fujur dengan mengembangkan sifat taqwa. Sebaliknya manusia akan rugi dan mendapatkan neraka dalam murka Alloh jika ia mengotori dirinya (dassiyatun-nafs) dengan sifat fujur[15].
Demikian secara ringkas, bagaimana perjalanan manusia sampai kehidupan kekal di akhirat kelak. Kehidupan akhirat seorang manusia ditentukan oleh perjalanan hidup dirinya di dunia. Manusia yang mampu membersihkan dirinya dari potensi fujur, dia akan kembali mengingat perjanjian dengan Tuhanya dan ia akan kembali kepada ridlo Tuhannya. Manusia yang malah mengotori dirinya dengan sifat fujur, dia tidak akan berhasil mengingat kembali perjanjian dengan Tuhanya dan dia akan rugi dan menuju neraka atas murka Tuhannya.
[1] Quran surat 7 : 172
[2] Ary Ginanjar, 2003:133
[3] Ibid :96
[4] Sukanto, 1985:40
[5] Quran surat 25:12-14
[6] Quran surat 16:78
[7] Quran surat 15:29
[8] Quran surat 91:7-8
[9] Quran surat 2 : 3
[10] Quran surat 43:37; 35:5
[11] Quran surat 90:10
[12] Quran surat 51:56
[13] Quran surat 2 : 30
[15] Quran surat 91: 9-10
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar