Endang Handayaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Setangkai Kasih Putih (25)
Setangkai Kasih Putih (25)

Setangkai Kasih Putih (25)

Gurusiana menuju 180 (115 )

Setangkai Kasih Putih ( 25 )

Oleh :

Endang Handayaningsih

Pagi hari Cinta sudah bangun, minta keluar. Mengajak bundanya melihat indahnya pagi, menikmati segarnya udara pegunungan. Cinta kelihatan ceria tertawa tawa, di gendong di punggung ayahnya. Dengan gembira tangannya memukul punggung sang ayah, layaknya menaiki kuda. Ratih berlari kecil mengikuti dari belakang.

Lelah berlari lari, ketiganya istirahat.Menikmati indahnya mentari terbit di ufuk timur. Cahayanya indah merona keemasan, perlahan mentari muncul tersenyum. Menyinari seluruh bumi, memamerkan kegagahannya. Mata bulat Cinta berkedip selau, " Bunda... cilau !" Ucap Cinta lucu, belum jelas. Dia masih cedal. Tangan mungilnya menutup matanya,supaya terlindung dari cahaya matahari.

Mendengar celoteh Cinta yang lucu, Ratih meraih putrinya dalam peluan dan diciumnya. " Lucu banget kamu nak !" Cinta meronta dalam pelukan ibunya. Dewa memandang keduanya penuh rasa cinta, mereka miliknya yang sangat berharga. Istri dan anak yang sangat dicintainya,dia tak akan pernah bisa hidup tanpa keduanya.

Mentari semakin tinggi, hangat nya semakin terasa. " Yuk kita pulang !" Ajak Dewa kepada istri dan anaknya. Ratih berdiri, menggandeng putrinya. Dewa jongkok membelakangi Cinta, siap menggendongnya. Tetapi Cinta Cinta mundur menjauh, " Cinta mau jalan, ayah !" Dewa tertawa langsung berdiri, " Waow... beneran, Anak ayah mau jalan sendiri?"

Cinta mengangguk, menggandeng tangan ayah bundanya. Ratih dan Dewa tertawa, berjalan mengikuti Cinta. Yang berjalan dengan tumit diangkat, di antara ayah bundanya.

Sampai di telaga bertemu ayah dan ibu Ratih, bersama saudara lainnya.Melihat eyangnya,Cinta melepas kan tangan ayah bundanya dan memeluk eyang kakungnya. " Kung, Cinta mau naik kuda !" Eyangnya duduk sambil tertawa, " Eyang gak berani sayang... Naik sama ayah saja ya !"

Cinta berbalik pada ayahnya, " Ayah, Cinta mau naik kuda !" Dewa segera melambaikan tangannya,memanggil tukang kuda. Dewa dan Cinta berdua naik kuda, mengelilingi telaga. Ratih bersama ayah,ibu dan saudara yang lain, menunggu sambil makan sate kelinci. Yang katanya sate khasnya Telaga Sarangan.

Usai naik kuda, " Ayah... Cinta mau naik pelau !"( perahu maksudnya) dia belum bisa mengucapkan huruf r dengan manja merengek, memeluk kaki ayahnya. Akhirnya semuanya naik perahu. Mengikuti keinginan Cinta.

* * * * * * ( Bersambung )

Semeru Indah, 09 September '20

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Woww serasa ikutan piknik. Keren Yunda...udah di follow bailk.

10 Sep
Balas

wow..Cinta,senangnya piknik sgn ayah bundanya di Sarangan..juga naik kuda..pasti jd memori yg indah..lanjut bu

10 Sep
Balas

Waw... Cinta udah bisa bicara.. gemesin... bahagianya Ratih dan Dewa punya anak cantik dan lucu... keren ceritanya bun say... ditunggu lanjutannya... salam sukses selalu

10 Sep
Balas

Lengkap kebahagiaan Ratih ya bunsay..

10 Sep
Balas



search

New Post