Takut Melakukan Kesalahan
Tantangan hari ke 25
Beberapa waktu yang lalu saya melihat video yang menayangkan tentang polisi yang sedang melaksanakan tugas. Entah siapa yang mengirimkan video itu, tiba-tiba saja saya sudah menyaksikan dan beberapa saat terpana menonton tayangannya. Dalam video itu, polisi sedang melakukan razia. Dua anak di bawah umur tertangkap dalam razia. Mereka berboncengan tanpa menggunakan helm. Saat akan dipanggil orangtua mereka, salah satu anak menangis keras. Melolong-lolong minta agar tim tidak menghubungi orangtuanya. Terlihat bahwa anak ini sangat ketakutan. Sepertinya lebih takut bertemu dengan orangtuanya dari pada mendapat hukuman dari polisi.
Ada beberapa hal yang menggelitik melihat tayangan video tersebut. Si anak diliputi rasa takut yang berlebihan. Ia membayangkan dirinya akan diusir dari rumah untuk kesalahan yang dia lakukan. Rasanya tidak masuk akal ya. Maksud saya tidak sebanding antara kesalahan dan hukuman kalau hal itu benar.
Pertanyaannya mengapa si anak sampai merasa takut sedemikian rupa? Seperti apa aturan yang diberlakukan dalam keluarganya sehingga ia menyimpulkan bahwa ia akan mendapatkan hukuman yang sangat berat untuk kesalahan yang ia lakukan?
Kebanyakan orang tua menerapkan aturan yang sangat berat bagi anak-anak. Anak-anak tidak boleh melakukan kesalahan. Kalau mereka melakukan kesalahan maka mereka harus menerima hukuman yang berat untuk kesalahan itu. Sebagaimana layaknya, hukuman memang diperlukan untuk memberi “tanda merah” tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Tetapi “mengharamkan” kesalahan pada anak-anak sangatlah tidak mungkin. Bukankah setiap orang pasti akan melakukan kesalahan. Lagi pula bukankah kesalahan akan membuat mereka menemukan kebenaran.
Penting bagi anak-anak mengetahui hal-hal salah yang harus mereka hindari. Hal itu sama pentingnya bagi mereka untuk mengetahui hal-hal benar yang harus mereka lakukan. Kepada mereka juga harus disampaikan cara memperbaiki kesalahan dengan cara yang benar. Sepantasnya, orang tua menunjukkan kepada anak-anak tentang konsekwensi yang harus mereka terima kalau mereka melakukan kesalahan.
Seperti kasus dalam video tersebut. Anak-anak mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm adalah sebuah kekeliruan. Anak-anak diharapkan memahami mengapa mereka harus menggunakan helm. Seyogyanya mereka paham bahwa menggunakan helm bukan untuk menghindari tilang tetapi untuk menjaga keselamatan mereka. Kalau pemahaman awal helm dipakai untuk menghindari tilang, maka mereka akan berdalih bahwa yang penting kan tidak kena tilang. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menghindari polisi.
Ada kesalahan yang terpaksa dilakukan. Bukan karena tidak tahu bahwa itu kesalahan tetapi karena tidak bisa menghindari kesalahan. Misalnya kepemilikan SIM bagi remaja. SIM baru bisa dimiliki setelah usia anak-anak 17 tahun. Anak SMA kelas X rata-rata usianya 15 tahun. Berdasarkan aturan, mereka tidak boleh mengendarai sepeda sendiri karena belum memiliki SIM. Tetapi hampir tidak mungkin mereka tidak mengendarai sepeda motor. Bagi mereka sepeda motor adalah sarana transportasi untuk menjalani aktifitas mereka. Akan sangat merepotkan bila ke sana ke mari mereka harus diantar. Naik angkot juga terbatas untuk wilayah-wilayah tertentu.
Maka bagi mereka, perlu dipahamkan juga bahwa mereka melakukan kesalahan. Resikonya, suatu ketika mungkin mereka akan ditilang. Apa yang harus mereka lakukan? Ya nyerah saja. Itu adalah resiko. Yang harus mereka ingat adalah bahwa mereka harus berusaha mematuhi aturan lalu lintas, seperti rambu-rambu lalu lintas, pemakaian helm, menyalakan lampu sein atau head lamp, atribut sepeda motor dan lain sebagainya.
Bagaimanapun kesalahan adalah kesalahan. Kalau bisa hindari melakukan kesalahan, jangan malah sengaja dilakukan. Kalaupun terlanjur melakukan kesalahan, ajarkan kepada anak-anak untuk memperbaiki kesalahannya. Anak-anak harus diajari bersikap legawa, artinya mereka rela hati mengakui kesalahannya. Pada umumnya anak-anak belajar dari para orang tua. Kalau mereka melihat banyak orangtua disekitarnya selalu berdalih menutupi kesalahan mereka, anak-anak akan menirunya.
#TantanganGurusianaHarike25
#TantanganGurusiana
#TantanganGuru
#TantanganMenulis
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar