Emiwati

Emiwati, S. Pd. adalah alumni Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rumah Adat
LITERASI BUDAYA NUSANTARA

Rumah Adat "Kajang Lako"

#Tantangan Gurusiana

#HariKeduapuluhlima

RUMAH ADAT “KAJANG LAKO”

Oleh Emiwati, S. Pd.

Rumah “Kajang Lako” adalah rumah adat Jambi. Oleh penduduk setempat lebih dikenal dengan istilah rumah panggung. Sebutan itu tentu karena bentuknya yang bertiang tinggi. Ada juga yang menyebutnya rumah lamo. Mungkin karena bangunan ini terlihat begitu alami. Atau karena bangunan ini tidak begitu populer di kalangan generasi muda. Yang mengerti, apa dan bagaimana Rumah Kajang Lako, sepertinya adalah kaum tua.

Kecendrungan belakangan ini, rangkaian acara adat pernikahan berlangsung di rumah warga, di gedung, atau di hotel. Ada juga yang menyelenggarakannya di taman wisata atau tempat lainnya. Kini saatnya penyelenggaraan acara adat dan budaya kita kembalikan ke rumah adat Kajang Lako. Dengan demikian, rumah Kajang Lako akan sering dikunjungi. Kajang Lako akan menjadi perhatian, termasuk oleh generasi muda kita. Kajang Lako akan menjadi bagian tak terpisahkah dengan aktivitas harian dan kehidupan sosial masyakat kita.

Rumah Kajang Lako perlu kita sosilisasikan terus menerus kepada generasi muda. Pembicaraan dan pembahasan tentang Kajang Lako harus diperbanyak. Literasi budaya untuk generasi muda, sepertinya sudah tak boleh kita tunda. Kegandrungan generasi muda kita menyukai/mengagumi budaya asing, eropa dan korea misalnya, perlu kita waspadai. Hal itulah yang mendorong saya untuk menjadikan “Rumah Adat Kajang Lako” sebagai bahasan hari ini.

Rumah Kajang Lako merupakan salah satu Ikon dan tempat musyawarah pemuka lembaga adat dalam menyelesaikan masalah adat. Secara umum, bubungan rumah Kajang Lako ini mirip dengan perahu. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu masyarakat Jambi membangun rumah adat lebih cendrung sebagai hunian. Sekarang, masyarakat membangaun rumah hunian dengan arsitek modern.

Sebagai wujud karya arsitektur yang memiliki nilai-nilai budaya, filosofi dan seni masyarakat Melayu, rumah ini mengadopsi arsitektur dari Marga Bathin. Mereka merupakan nenek moyang salah satu kelompok di Jambi. Hingga saat ini, masih terdapat perkampungan suku Bathin lengkap dengan rumah adat Kajang Lako-nya di Rantaupanjang, Bungo. Di dalam lingkup masyakat ini, rumah adat Jambi, Kajang Lako juga lazim dikenal dengan nama Rumah atau Rumah Panggung.

Umumnya bagian bawah Rumah Panggung dibiarkan kosong. Bangunan ini sangat alami. Sampai saat ini, rumah kajang adat ini dibangun dengan bahan utama kayu-kayu yang mempunyai daya tahn istimewa, yang terdapat di daerah Jambi. Konon katanya, kayu-kayu itu ada yang kekutannya mlebihi beton atau tembok. Contohnya kayu Ulin. Kayu yang satu ini, karena sangat kuat disebut kayu besi.

Setiap bagian dari bangunan Kajang Lako, menggunakan bahan yang berbeda. Umumnya, tiang rumah terbuat dari kayu bulian bagian teras berbentuk bulat. Dindingnya dari kayu meranti, tembesu, medang, bulian, balam, atau kayu plajo. Atap dari sirap, daun mangkuang yang dianyam, dan ijuk. Kasau, gelegar, rasuk terbuat dari kayu keras berupa bulian, plajo, meranti, merbau dan balam

Rumah Kejang Lako, oleh masyarakat Marga Bathin dibangun dengan tipologi rumah panggung berbentuk empat persegi panjang. Rata-rata bangunan dibuat dalam ukuran 9 m x 12 meter. Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, masyarakat Marga Bathin mengandalkan teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait, dan pengait menggunakan pasak.

Keunikan lain dari bangunan rumah panggung Kejang Lako terletak pada struktur konstruksi dan ukiran yang menghiasi bangunan. Konstruksi bangunan terdiri dari beberapa bagian, seperti:

1.Bubungan atap dibuat menyerupai perahu dengan ujung bubungan bagian atap melengkung ke atas. Masyarakat menyebutnya lipat kejang, atau potong jerambah.

2. Kasau Bentuk adalah atap bagian atas yang berfungsi untuk mencegah air hujan tidak masuk ke dalam rumah.

3 Penteh, bagian ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda yang jarang dipergunakan.

4. Tebar layar, bagian ini berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas yang menahan rembesan tempias air hujan.

5. Pelamban merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk ruang tunggu bagi tamu yang baru datang sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah.

6. Masinding dinding, terbuat dari papan berukir.

Pintu rumah panggung Kejang Lako ada tiga, yaitu: pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang. Rumah ini juga memiliki dua tangga, yaitu: tangga utama yang terdapat di sebelah kanan pelamban dan tangga penteh yang dipakai untuk naik ke penteh. Tiang rumah panggung Kejang Lako berjumlah 30 yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang pelamban.

Tiang utama panjangnya 4,25 m yang berfungsi sebagai tonggak untuk menopang kerangka bangunan. Di samping sebagai penopang, tiang tersebut juga berfungsi sebagai pemisah antara satu ruang dengan lain, menjadi 8 bagian.

Adapun nama-nama ruang tersebut adalah pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang balik melintang, ruang balik menalam, ruang atas penteh, dan ruang bawah bauman.

Bangunan rumah panggung Kejang Lako menjadi lebih indah dengan hiasan beraneka ragam motif ukiran khas masyarakat Jambi. Motif ukiran pada rumah panggung tersebut diinspirasi oleh aneka ragam flora dan fauna. Jambi.

Motif flora antara lain motif bungo tanjung (bunga tanjung), tampuk manggis, dan bungo jeruk (bunga jeruk). Motif bungo tanjung biasanya diukir pada masinding dinding bagian depan, sementara motif tampuk manggis biasanya diukir pada bagian atas pintu masuk. Untuk motif ukiran bungo jeruk, diukir pada bagian luar rasuk (belandar) rumah. Sementara itu, motif ukiran fauna hanya menggunakan satu motif ukiran saja, yaitu motif ikan. Motif ikan diukir pada bagian bendul (jendela) gaho dan pada pintu balik melintang.

Untuk melestarikan keberadaan Rumah Panggung Kejang Lako ini, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, menetapkan corak arsitektur bangunan kantor-kantor pemerintahan yang ada di Provinsi Jambi mengadopsi konstruksi dan arsitek bangunan Kejang Lako. Corak arsitektur ini sudah terdapat pada kantor gubernur, kantor-kantor dinas, kantor-kantor bupati, dan museum.

DEMIKIAN LITERASI BUDAYA KITA HARI INI

SALAM LITERASI

Muarabulian, 14 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Senang bisa tambah info buat Bapak,Salam kenal dari Jambi ...

14 Feb
Balas

Baru tahu namanya bu

14 Feb
Balas



search

New Post