Emilia Trias Ananda

“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”(Imam Al-Ghazali) Emilia Trias Ananda, lahir di Kota Payakumbuh...

Selengkapnya
Navigasi Web
IBRAH DAUN KELADI
Sumber : Flickr.com

IBRAH DAUN KELADI

#tantangan gurusiana hari ke-91

IBRAH DAUN KELADI

OLEH : EMILIA TRIAS ANANDA

Keladi atau bahasa latinnya caladium sedang naik daun. Pecinta bunga tentu tidak asing dengan tanaman ini. Caladium termasuk kedalam suku talas-talasan. Tanaman ini memang mudah tumbuh dimana saja sehingga kadang dianggap tanaman liar. Ada beberapa jenis keladi jenis talas yang bisa dimasak. Kalau di kampung saya batang keladi dijadikan campuran gulai daging. Rasanya enak sekali. Biasanya hidangan ini ditemukan pada acara baralek atau pesta. Justru sekarang tanaman keladi jadi tanaman hias yang memikat hati.

Berbicara tentang keladi atau talas saya teringat pelajaran bahasa Indonesia waktu SD. Sebuah peribahasa “ bagai air di daun talas” yang berarti orang yang tak punya ketetapan pendirian. Daun talas yang unik tidak basah bila terkena air atau bahasa kekiniannya water resistant. Air yang berada di daun talas itu akan bergerak ke sana kemari. Mungkin dari sini asal peribahasa di atas karena alam takambang jadi guru.

Pertanyaannya sekarang kenapa daun talas tidak basah terkena air? Setahu saya dipermukaan daun keladi ada sejenis zat lilin yang sangat tipis yang bersifat seperti minyak. Sehingga air tidak bisa menyatu ketika menyentuh permukaan daun talas.

Ada pelajaran menarik yang bisa kita ambil dari daun keladi yang water resistant ini. Ya, bagaimana kita mampu menjadikan hati kita seperti daun keladi. Menjadi pribadi yang tidak pendendam. Yang berlapang dada disetiap detak kehidupan. Maka apapun penilaian orang lain terhadap diri kita, seperti air di daun keladi yang tidak akan membekas di daun, seperti itu juga hendaknya kita melapisi dinding hati kita sehingga tidak mudah terbawa emosi.

Pada akhirnya kita akan merasa tenang karena semua perlakuan yang kita terima tidak akan pernah masuk ke dalam hati. Kita bisa dengan selow membuang apa saja yang akan membuat hati dan perasaan kita rusak. Sulit memang karena balasan dari sabar adalah surganya Allah.

Saat ini saya sendiri sedang belajar menata hati dengan melapisinya dengan zat lilin yang bernama sabar. Menjaga hati agar tetap bersih tanpa prasangka. Salam!

Payakumbuh, sore Sabtu di 12 September 2020

Senja Menatap Sendu Rindu Yang Pulang Kembali Menemukanmu .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bund. Mudah-mudahan kita selalu di jauhi oleh Allah dari prasangka. Salam sukses selalu.

12 Sep
Balas

Terima kasih Bu. Salam

20 Sep

Jagalah hati jangan kau nodai, jagalah hati lentera hidup ini. Sukses selalu

12 Sep
Balas

Terima kasih atas apresiasinya Bu. Salam

20 Sep

Super...artikelnya keren, Memaknai daun keladi dengan belajar menata hati dengan kesabaran. Sukses selalu.

12 Sep
Balas

Terima kasih banyak Bu. Salam.

20 Sep



search

New Post