SENDIRI
Sepi. Sebuah kondisi yang kerap digambarkan secara tidak menyenangkan bin menjemukan. banyak orang-orang yang menolak kondisi ini, sekalipun terkadang Ia tidak mampu mengelak. Entah sekedar kebiasaan atau sudah menjadi naluri, setiap perasaan sepi itu mampir, maka keadaan ‘Sendiri’ lah yang dikambing hitamkan.
Saya pribadi telah berusaha memandang hal ini secara kontradiktif. Ketika perasaan sesak karena sendiri menghampiri, saya akan membayangkan bukankah banyak episode kehidupan ini dilalui seorang diri. Contohnya saja sewaktu di dalam rahim Ibu, karena tidak terlahir sebagai anak kembar tentunya saya menghabiskan kurang dari 40 minggu di dalamnya dengan kesendirian, hanya saja karena terlalu senang telah dilahirkan ke dunia ingatan ini keburu melupakan bagaimana rasanya sendirian pada saat itu.
Di episode lain misalnya sewaktu menghadapi ujian di bangku sekolah. Sedekat-dekatnya sahabat, tetap tidak ada yang sudi duduk satu bangku sama saya walaupun beralibi pada pengawas sekedar mencegah kesendirian, yang ada keburu diusir atau dicatat dalam berita acara sebagai tindak pembangkangan peserta ujian.
Sejak genap berusia 24 tahun, cara pandang lingkungan dan pergaulan terhadap ‘Sendiri’ itu ternyata telah berubah menjadi sebuah momok yang menakutkan terutama pada perempuan. Hal ini membuat Saya jadi sungkan ikut mudik ke kampung Ibu, karena masih ‘Sendiri’ takut balik-balik sudah dapat gelar ‘Sudah terlalu lama sendiri’ atau kata lainnya ‘perawan (menuju) tua’.Naudzubillahimindzalik.
Padahal menjadi ‘sendiri’ tidaklah terlalu buruk. Saya bahkan punya segudang waktu untuk melakukan lebih banyak kegiatan pengembangan diri. Hari ini belajar tahsin sampai sore, hayuuk. Besok sorenya latihan memanah, bisa. Lusa jogging dirangkap main basket, No Problem. Nongkrong sama teman sampe pagi, nah yang ini jangan takutnya pulang ke rumah baju Saya udah dikardusin sama orang tua, disuruh tidur di emperan toko.
Jadi, apapun kondisi yang kita alami entah sendiri, berdua, beramai-ramai sekalipun. Tetap mindset kitalah yang paling berperan. Karena apa yang tampak tidaklah menjanjikan sebagaimana yang dirasakan.
Penulis adalah peserta Workshop SAGU SABU Pangkalan Bun
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Terima kasih pak eko
keren banget tulisannya. Saya suka banget membacanya. Dahsyat
Terima kasih pak
"Padahal menjadi ‘sendiri’ tidaklah terlalu buruk." Saya sepakat bu. Saya juga auka sendiri kalau menulis.
Betul pak, sbagian penulis merasa wajib sendirian saat menulis
Betul, sendiri tak selalu sepi. Luar biasa ulasannya Bu.
Terima kasih bu
Jadi, apapun kondisi yang kita alami entah sendiri, berdua, beramai-ramai sekalipun. Tetap mindset kitalah yang paling berperan....setuju banget bu...
Siap bu