Emelda

Try my best for the best I might not be the best But surely.... I can do thing well...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rindu yang Tak Terbendung
Kisah Bait terindah

Rindu yang Tak Terbendung

Hari ini tahun lalu, di ruangan ICU Rumah Sakit Umum Padang Panjang, aku mendampingimu berjuang untuk kesembuhan. Ruangan itu dipenuhi suara mesin-mesin medis yang berdenging, memantau setiap detak jantung dan tarikan napasmu. Bau antiseptik menyelimuti udara, menciptakan suasana yang kaku dan penuh ketidakpastian. Setiap kali aku mengintip melalui jendela kaca, hatiku bergetar melihat tubuhmu yang lemah terbaring di atas ranjang, dikelilingi oleh peralatan medis yang mengilap.

Meski aku hanya diperbolehkan menunggu di luar ruangan, aku tidak pernah jauh darimu. Kursi tunggu menjadi tempatku bertahan, dengan doa-doa tak henti mengalir dari bibirku. Setiap detik yang berlalu terasa seperti satu abad. Ketika perawat akhirnya mengizinkanku masuk untuk sesaat, jantungku berdegup kencang antara harapan dan kecemasan.

Saat aku memasuki ruangan ICU, aku melihat wajahmu yang pucat tapi masih memancarkan kekuatan. "Apa kabar hari ini, sayang?" tanyaku setiap kali mendekat, mencoba menyembunyikan getar suaraku. Dengan hati-hati, aku menyuapimu sedikit makanan, tangan kita bersentuhan, dan aku merasakan kehangatan yang mengalir di antara jemari kita.

Kadang-kadang, kau memanggil namaku dengan suara serak dan lemah, dan aku akan segera mendekat, memberikan senyuman dan kata-kata penghiburan. Mata kita bertemu, dan meski kata-kata sulit diucapkan, cinta kita berbicara lebih kuat dari segalanya. Para perawat yang memperhatikan kita sering tersenyum kecil, menyaksikan cinta yang tak pudar di tengah-tengah cobaan.

Suatu hari, seorang perawat muda dengan senyum ramah berkata, "Ibu dan bapak masih romantis walau sudah tua." Mendengar itu, kau tersenyum lemah namun penuh makna, senyuman yang berkata bahwa cinta kita tidak akan pernah luntur meski waktu dan sakit berusaha memisahkan. Aku membalas senyumanmu dengan penuh cinta, berharap kehangatan itu bisa memberikanmu kekuatan yang lebih.

Hari-hari berlalu dengan kecepatan yang aneh, seolah-olah waktu bergerak dalam dimensi yang berbeda di dalam tembok-tembok rumah sakit itu. Meski rutinitasnya sederhana—menunggu di kursi plastik yang tidak nyaman, sesekali mengintip melalui jendela, dan momen singkat di dalam ruangan ICU—setiap hari terasa seperti ujian ketahanan emosional. Setiap langkah kecil yang kau buat menuju pemulihan membawa secercah harapan, namun setiap kemunduran mengirimkan gelombang kekhawatiran yang menggetarkan jiwa.

Kemudian, takdir menunjukkan wajahnya yang kejam. Tanpa firasat atau tanda-tanda yang jelas, beberapa hari kemudian kau pergi untuk selamanya. Hari itu, ketika monitor di sisi tempat tidurmu berhenti berbunyi dengan irama yang kita kenal, dunia seakan berhenti berputar. Air mata perawat yang ikut menyaksikan perjuangan kita turut membasahi lantai, dan aku merasa seluruh kekuatanku runtuh.

Kepergianmu membawa kesunyian yang menghantui setiap sudut rumah. Kehadiranmu yang dulu memenuhi ruang kini hanya tersisa dalam bentuk kenangan yang berputar dalam ingatanku. Rutinitas sehari-hari menjadi hampa tanpa suaramu, tanpa tawa kita bersama. Tempat tidur yang dulu terasa sempit untuk kita berdua kini terasa luas dan dingin.

Hari ini, saat menghadiri pemakaman seorang teman, luka lama itu kembali menganga. Suara orang-orang yang berduka, aroma bunga yang mengiringi prosesi, dan doa-doa yang dipanjatkan mengingatkanku pada hari aku kehilanganmu. Setiap detail pemakaman, dari suara tangis hingga lantunan doa, membawa aku kembali ke momen ketika tanah menutupi jasadmu, dan aku harus menerima kenyataan pahit bahwa kau tak akan pernah kembali.

Rinduku padamu semakin dalam, sayang. Kenangan saat kita bersama di ruangan ICU itu kembali berputar di pikiranku, membuat air mata tak tertahankan lagi. Setiap sudut rumah ini masih menyimpan jejakmu. Meja makan tempat kita berbagi cerita, kursi favoritmu di teras tempat kita menikmati senja, bahkan bantal di sisi tempat tidur yang kini terasa begitu kosong. Kehilanganmu adalah luka yang tak akan pernah sembuh, namun kenangan tentangmu adalah kekuatan yang terus menguatkanku.

Dalam setiap doa yang kupanjatkan, dalam setiap langkah yang kuambil, aku tahu kau selalu ada di sana, menemani. Meski raga kita terpisah, cinta kita akan selalu abadi, seperti senyuman yang kau berikan di ruangan ICU itu, yang terus melekat dalam ingatanku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post