Elpida yanti

Kita hanya bisa mengetahui kompetensi dengan mencoba. Mulailah dengan Bismillah...

Selengkapnya
Navigasi Web
VIRUS ITU BERNAMA MENULIS

VIRUS ITU BERNAMA MENULIS

Dahulu, saat saya berstatus pelajar, saya sangat tergila-gila pada perpustakaan. Setiap hari selalu berkunjung kesana. Buku-buku adalah teman baik saya, karena mereka tak pernah mengejek. Bahkan dengan senang hati mereka selalu menjadi teman setia.

Melangkah dari situlah akhirnya timbul keinginan untuk menuangkan isi hati dalam bentuk tulisan. Diam-diam saya membeli buku diary hanya untuk mengungkapkan isi hati. Maklum, namanya juga remaja. Mengalirlah bait-bait puisi ataupun catatan harian yang tak terhitung jumlahnya. Sayangnya sekarang entah dimana keberadaannya.

Saat memasuki masa perkuliahan, bercerita diatas kertas mulai berkurang. Entah karena apa. Mungkin terkena sejenis sindrom tekanan bangku kuliah. Terkadang ada keinginan untuk kembali menuangkan isi hati di lembaran putih itu, tapi selalu saja ada penghalangnya.

Memasuki fase dunia kerja, berkutat dengan buku pelajaran. Bergaul dengan para ABG (baca: anak baru gede), karena mengajar sebagai honorer di sebuah MTs Swasta. Tetapi keinginan menulis semakin hilang. Hingga bertahun-tahun lamanya. Dan tak pernah pula terfikir untuk kembali menggoreskan pena.

Beberapa tahun kemudian, saya menikah dan mulailah sibuk menjalani hari-hari sebagai istri. Akhirnya menjadi seorang ibu. Bahkan membaca pun tak lagi punya waktu. Dengan alasan klise sibuk mengajar dan mengasuh anak, buku semakin jauh dari jangkauan.

Melewati hampir dua dekade sebagai pendidik, hati saya mulai digelitik oleh kemunculan sebuah cover buku seorang teman di media facebook. Saya mulai resah. Saya juga ingin punya buku sama seperti teman itu. Mulailah saya bertanya-tanya, mencari informasi bagaimana caranya.

Akhirnya, kesempatan itu datang juga. Belum genap setahun lalu saya mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan menulis. Saya bertemu guru-guru hebat disana. Bahkan ada yang sudah memiliki banyak buku. Luar biasa!

Di situlah saya dan teman-teman dibimbing seorang narasumber yang mengaku menjengkelkan tapi ngangenin, Mas Eko Prasetyo. Semakin penasaran, saya coba mengikuti alurnya. Saya sempat ditolak tiga kali oleh Mas Eko, maksudnya judul buku saya. Bayangkan!

Marah, sedih, benci dan hampir putus asa. Itu yang saya rasakan. Peluh sebesar biji jagung mengalir dipunggung saya, takut tak mampu melahirkan buku yang dituntut. Dengan dukungan dari teman-teman, akhirnya saya berhasil. Menjadi penulis amatiran. Tapi bahagianya luar biasa.

Minggu lalu dengan harapan dapat semangat dari penulis hebat, saya kembali mengikuti pelatihan menulis. Saya tak bisa berhenti. Saya bahkan ingin berlari. Virus menulis itu telah menggerogoti kepala, hati, pikiran dan perasaan saya. Dan harapan saya semakin besar, bahwa saya harus bisa memperbaiki diri. Berjuang demi masa depan generasi muda. Berharap bisa berbuat lebih dari sekadar sebagai guru. Yaitu dengan menulis. Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Virus yang positif tentunya. Selamat!

02 Apr
Balas

Terima kasih pak....sangat positif. Semoga saya bisa menjadi salah satu penggiat literasi

02 Apr

Selalu semangat ya uni

04 Apr
Balas

Makasih ika...

09 Apr



search

New Post