Kurikulum 2013 memberi sejuta tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Mulai dari kreativitas guru merancang perangkat pembelajaran, sampai pelaksanaan evaluasi hasil belajar. Dalam implementasinya seringkali guru kesulitan. Terutama dalam menetukan metode dan strategi pembelajaran. Sehingga lagi-lagi guru kembali pada kebiasaan lama. Ceramah bahkan menceramahi peserta didik.

Untuk menjawab tantangan itu, guru memang dituntut kreatif dalam membelajarkan peserta didik. Memilih metode dan model pembelajaran yang tepat dengan sesuai topik. Tentu saja, guru harus bisa berdamai dengan teknologi, alias menguasainya. Karena teknologi selalu berlari cepat. Teknologi takkan pernah menunggu guru siap menghadapi perubahan zaman. Guru harus bisa menyamakan langkah. Maka berlarilah mengejarnya.

Bahkan peserta didik pun harus sama kreatifnya, agar pembelajaran bermakna dan tidak monoton. Bagaimana caranya? Hakikinya peserta didik adalah anak-anak, yang jiwanya masih ingin bermain. Maka, hadirkanlah permainan dalam pembelajaran. Tapi bukan berarti tanpa konsep. Disitulah dituntut kreatifitas guru. Mengkolaborasikan antara pelajaran, permainan dan kreatifitas. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diolah. Guru hanya perlu memahami langkah-langkahnya. Merancang dan melaksanakan dalam pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya, guru juga harus menyatu dengan peserta didik. Mengambil peran dan tidak bersikap kaku. beri mereka ruang untuk berimajinasi. Sehingga pembelajaran jadi menyenangkan. Dinding pemisah antara guru dan peserta didik akan semakin tipis. Chemistry guru dan peserta didik akan terjalin. Tentu saja, hasil akhir yang diharapkan guru akan lebih memuaskan.

Inilah tantangan abad 21 yang harus sama-sama kita perhatikan. Semoga peserta didik kita bisa menjadi penerus bangsa dan mambangkik batang tarandam (baca: mengembalikan kejayaan bangsa dimasa lampau). Dengan menggali kreatifitas peserta didik, guru telah memberi amunisi untuk masa depan mereka. Menciptakan pribadi yang mampu menjawab tantangan zaman.