KEPAHITAN BERBUAH MANIS
KEPAHITAN BERBUAH MANIS
Oleh: Elmiza
Aku berasal dari keluarga yang sederhana, kedua orangtua ku adalah petani. Aku mempunyai seorang kakak perempuan yang jarak umurnya tiga tahun lebih tua dariku. Sewaktu kakakku menamatkan SMA ia tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi. Kakakku tidak ingin membebani orangtua kami sehingga ia memutuskan untuk bekerja. Tidak lama kemudian kakakku memutuskan untuk berumah tangga dan ikut suaminya merantau.
Aku sendiri telah menamatkan sekolah menengah atas. Ku utarakan niat ku untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada orangtuaku. Orangtuaku mendengarkan keinginanku dan menyerahkannya kepadaku. Beberapa hari sebelum tes secara tidak sengaja aku mendengar ibuku sedang berdo’a setelah shalat magrib. Dalam do’anya ibuku meminta kepada Allah agar aku tidak lulus tes, karena ibuku merasa tidak mampu untuk membiayai kuliahku nanti seandainya aku lulus. Mendengar itu aku merasa sedih, apa aku harus lanjut atau berhenti untuk mengikuti tes tersebut. Tapi malam itu ku mantapkan hatiku untuk tetap mengikuti tes. Lulus atau tidak semuanya kuserahkan kepada Allah, pasti Allah akan memberi jalan terbaik buatku.
Tibalah waktunya pengumuman hasil tes yang telah aku ikuti, pagi-pagi sekali orangtuaku menyuruhku membeli koran. Mungkin mereka juga tidak sabar menunggu hasil tersebut termasuk aku sendiri. Setibanya dikios penjual koran aku membaca satu persatu nama yang ada disana. Cukup lama aku menemukan namaku, hingga aku menemukan namaku dengan keterangan lulus. Aku begitu bahagia, namun tidak lama kemudian terngiang ditelingaku do’a ibuku pada malam itu. Apa yang harus aku sampaikan nanti, itu yang terfikir olehku. Karena takut orangtua menunggu lama aku bergegas pulang sambil membawa koran tadi. Apapun jawaban orangtua nanti mengenai hasil tes ini aku harus siap.
Rupanya ibu telah menunggu di teras rumah kami, terlihat sekali wajah penasaran ibuku. Kuberikan koran yang dibeli tadi, karena tulisannya kecil-kecil ibu tidak dapat membacanya. Ibu bertanya apa aku lulus atau tidak. Sambil tertunduk aku mengatakan bahwa aku lulus. Ibu tersenyum mungkin beliau ingin menghilangkan kegundahan hatinya. Beliau berkata nanti kita bicarakan dengan bapak bagaimana kelanjutannya. Hanya itu yang keluar dari mulut ibu pada pagi itu. Malamnya kami duduk di meja makan untuk mendiskusikan tentang kelulusan itu. Bapak dan ibu mendukungku untuk melanjutkan hasil tes itu, aku diijinkan untuk kuliah. Langsung ku peluk kedua orangtuaku didalam hati aku berdo’a agar Allah memudahkan jalan dan rezki kami.
Tahun pertama kuliah alhamdulillah aku mendapat kemudahan, semeter pertama dan kedua aku mendapat IP diatas tiga. Semester ke tiga lagi-lagi aku diberi jalan oleh Allah melalui Beasiswa PPA, dengan beasiswa ini aku dapat membayar uang kuliah dan membantu belanja bulananku. Berkat usaha dan do’a kedua orangtua akhirnya aku menyelesaikah kuliahku. Tantangan selanjutnya bagiku adalah bagaimana aku mengamalkan ilmu yang telah aku dapatkan. Aku tidak mau perjuangan orangtua untuk mendukung pendidikan ku terbuang sia-sia. Bagaimana kelanjutan perjuanganku selanjutnya tunggu ya...
Penulis adalah peserta Workshop Penulis Bahan Literasi Bagi GTK PAUD dan Dikmas
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat bu. Saya dukung melanjutkan menulisnya. Ditunggu tulisan berikutnya ya.
Luar biasa..ditunggu kelanjutannya ya bu
jadi malu...makasih ya buk.
Sangat Inspiratif
makasih pak arif
makasih pak.baru belajar...jdi malu...