Upin dan Ipinnya Bunda (Tantangan Menulis Hari ke-84)
Siang ini abi sibuk memperbaiki mesin cukur di teras rumah. Di sampingnya ada adik yang setia menemani.
“Sudah selasai, Bi?” tanya adik, entah pertanyaan yang keberapa saking seringnya.
“Belum..” jawab abi dengan pandangan masih fokus pada mesin yang sedang diperbaikinya.
Mendengar jawaban abi, adik pun kembali bersenandung, melafalkan sholawat kepada Rosulullah. Dengan wajah polosnya, dia begitu menghayati setiap syair yang diucapkannya.
“Sudah selesai, Bi?” tanya adik lagi.
“Belum.. cerewet amat anak abi ini!” jawab abi gemas.
Adik hanya tersenyum, memperlihatkan gigi serinya yang ompong.
“Memang Adik mau apa?” tanya abi penasaran.
“Adik mau dicukur. Mau dibotakin,” jawab adik dengan lantangnya.
Abi tersenyum. Dia jadi semakin semangat menyelesaikan pekerjaannya.
“Sabar, sebentar lagi juga selesai. Ini mau dites dulu.”
Kemudian abi menyalakan mesin cukur yang baru diperbaikinya. Terdengar suara mesin sudah halus.
“Alhamdulillah, sudah bisa!” seru abi senang.
“Yeeey.. adik mau dicukur sekarang!”
Dengan semangat adik langsung pasang sikap siap di depan abi. Melihat semangat adik yang berkobar, abi tidak bisa menolak permintaan putra bungsunya itu. Setelah menyiapkan beberapa perlengkapan, adik pun mulai dicukur. Tapi..
“Kok kakinya lepas terus ini?” tanya abi heran. Bagian yang menyerupai sisir pada mesin cukurnya ternyata sudah agak longgar. Bila digunakan untuk mencukur beberapa kali terlepas. Tapi dengan kegigihan abi, rambut adik yang sebelah kiri sudah sukses dicukur rapi. Giliran rambut di sebelah kanan.
“Yaaa, lepas terus nih, Dik. Bagaimana dong?”
“Udah aja, Bi,” jawab adik mulai merasa cemas.
“Nggak apa-apa, ini tinggal sebelah lagi,” jawab abi menyemangati.
Berulang kali kaki cukurnya terlepas. Semangat abi pun sudah mulai kendor. Dipasang lagi, dicoba lagi, lepas lagi, begitu berulang-ulang. Suara mesin cukur pun terdengar terputus-putus.
Akhirnya abi menyerah.
“Kita ke tukang cukur aja ya,” ajak abi.
Adik langsung mengiyakan. Kemudian mereka pun langsung mengendarai motor untuk pergi ke tukang cukur. Bunda hanya tersenyum geli melihat adik botak sebelah.
Tiga puluh menit kemudian, terdengar seseorang mengucapkan salam dari arah depan rumah.
“Assalamualaikum!”
Bunda membuka pintu sambil menjawab salam. Terlihat dua lelaki botak di balik pintu yang kini sudah terbuka. Bunda pun tersenyum, dua jagoannya sudah kembali.
“Eh, Upin dan Ipinnya bunda sudah pulang. Gantengnya..” kata bunda.
Abi dan adik pun tersenyum bahagia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Haha..lucunya..
Hihiks.. makasih bunda..
Wah, lucunya. Sukses selalu dan barakallahu fiik
aamin.. terima kasih bunda..
Pada dibotakin kah... ? Meranggas ya.... ? He he....
Iya yaaa, hehe..
Hhhh...Upin dan Ipin tokoh yang sangat disuakai oleh anak-anak.Saat mbacanya, saya senyum-senyum sendiri.Keren ceritanya.
Disukai orang tua juga kayaknya, hihi.. terima kasih bunda..