Ella Agustina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Udin Ingin ke Mekah, Bag-6 (Tantangan Menulis Hari ke 89)

Udin Ingin ke Mekah, Bag-6 (Tantangan Menulis Hari ke 89)

“Abah Jamal, Udin mana? Perasaan dari kemarin tidak terlihat,” tanya bu hajah.

“Ada, Bu. Udin ada di kamar, sedang kurang sehat. Mau flu sepertinya,” jawab abah.

“Innalillahi, kasian Udin, sudah dikasih obat?”

“Sudah, Bu. Sekarang sudah mendingan. Hanya bawaannya jadi ngantuk terus.”

“Alhamdulillah, bagus kalau ngantuk terus supaya bisa istirahat.”

Bu hajah Irawati pun berjalan menuju kamar Udin.

“Ibu ingin liat Udin dulu, ya?”

“Iya silakan, Bu.” Lalu abah membukakan pintu kamarnya. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.

Udin yang baru bangun langsung tersenyum saat melihat bu hajah masuk kamarnya. Dia hendak bangkit dan ingin menyalami ibu hajah, tapi bu hajah menahannya.

Sudah Udin nggak usah bangun, biar ibu yang duduk dekat Udin ya.”

Udin tersenyum setelah bu hajah duduk di kasurnya, Udin menyalami tangan bu hajah dengan penuh rasa hormat.

“Udin sakit apa? Ini tangannya masih tersa hangat,” tanya bu hajah.

“Idung Udin mampet, Bu. Tapi abah sudah kasih Udin obat. Sekarang sudah sembuh.”

“Alhamdulillah, tapi Udin masih harus istirahat ya sampai benar-benar sembuh,”

“Iya, Bu,” Udin tersenyum memperlihatkan gigi depannya yang ompong dua.

“Kalau Udin ingin ke Mekah, Udin harus sehat dan kuat. Di sana udaranya sangat panas. Jadi kalau kitanya tidak kuat nanti gampang terserang penyakit,” kata bu hajah sambil mengupas jeruk untuk Udin. lalu Udin disuapi.

“Harus banyak minum air putih, makan buah dan sayur, supaya tubuh kita sehat,”

“Udin suka makan buah dan sayur,” jawab Udin dengan polosnya.

“Iya pinter, nanti Udin cepat sehat.” Satu buah jeruk sudah habis disuapi ke mulut mungil Udin.

“Nanti kalu Udin sudah sembuh, Udin boleh ke Mekah?”

“Boleh.. makanya doain ibu dan bapak biar rezikinya lancar, biar bisa bantu Udin berangkat ke Mekah,” bu hajah mengusap kening Udin dengan penuh kasih sayang. Meski Udin anak tukang kebunnya, tapi dia dan suaminya sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

“Iya, Udin nanti doain kalau Udin sudah sembuh.”

“Kok nanti?”

“Kan Udin lagi sakit, jadi Udin izin nggak sholat dulu.”

Mendengar jawaban Udin bu haji tertawa.

“Meski sedang sakit, Udin tetap harus sholat dong. Supaya sakitnya lekas sembuh. Nanti sholatnya bisa sambil duduk atau tiduran kalau tidak kuat berdiri.”

“Oh, begitu ya..” mulut mungil Udin membentuk huruf O.

Bu hajah tersenyum melihat ekspresi Udin yang polos. Kemudian dia pamit pada Udin.

“Ibu ke luar dulu ya, sepertinya suara ponsel ibu berdering,” kata bu hajah. Lalu pergi meninggalkan Udin untuk istirahat kembali.

Di ruang tengah bu hajah sedang serius menelepon. Pak haji jadi penasaran dengan pembicaraannya. Terlihat ekspresi istrinya sangat serius, kemudian berubah bahagia. Dia bicara dengan pipi merona dan bibir yang tak berhenti tersenyum.

Setelah selesai menerima telepon, tanpa ditanya bu haji langsung menceritakan hasil pembicaraannya.

“Pah, tanah warisan mamah akan kena pembebasan proyek tol. Harga yang ditawarkan pun lumayan,” kata bu haji masih dengan ekspresi bahagianya.

“Alhamdulillah.. Tapi Mamah jangan terlalu senang dulu. Dari dulu wacana mau buat jalan tol kan sudah ada, tapi belum terealisasi sampai sekarang,”

“Sekarang beneran, Pah. Tanah kita sudah diukur. Pemilik tanah sudah dikumpulkan. Pokoknya sekarang nggak akan meleset deh,”

“Syukur kalau begitu. Jadi Mama nggak harus kecewa lagi dengan pembagian warisannya. Sekarang nilainya sama tingginya dengan warisan milik kakak yang lain,”

“Iya alhamdulillah. Rencana Tuhan memang terbaik.”

Kemudian bu hajah duduk di sofa dan meneguk segelas air putih. Tenggorokannya terasa kering setelah lama berbicara di telepon.

“Oya, Pah. Nanti kalau uangnya sudah cair, sudah dibayarkan zakatnya, kita ajak semua pergi umroh ya. Baru sebulan lebih di rumah mamah kangen terus dengan kondisi di Mekah.”

“Ide bagus. Papah juga kangen sekali. Perasaan papah masih berada di sekitar Masjidil Harom terus,” jawab pak haji dengan mata berkaca-kaca menahan rindu kembali ke Baitullah.

“Iya.. oh ya, Pah. Udin juga pasti bahagia kalau dia tahu mau diajak pergi ke Mekah,” senyum bu hajah kembali mengembang, membayangkan bagaiman ekspresi Udin nanti kalau diberitahu akan diajak pergi ke Mekah.

“Iya, semua juga pasti bahagia.”

Pasangan suami isteri ini saling tersenyum. Bahagia menyelimuti perasaan mereka. Rasanya kerinduan kembali ke Baitullah akan segera terobati. Dalam waktu dekat mereka akan kembali bersimpuh di depan Ka’bah. Tidak hanya berdua, tapi bersama anak-anaknya, serta semua orang yang tinggal dan memiliki peran penting di rumah ini, termasuk Udin.

Tamat..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rezeki siudin

17 Apr
Balas

Iya bund, hihi..

17 Apr

Mantul buk..salam literasi.

12 Jun
Balas



search

New Post