Teror Kampung Sukaserem, bag 13 (Tantangan Menulis Hari ke-72)
Sensus penduduk di kampung Sukaserem yang dilakukan pak Ihsan dan pak Soleh sudah selesai dilaksanakan. Bahkan rumah mbah Dirja pun tidak luput dikunjungi.
"Alhamdulillah selesai juga silaturahmi ke semua warga. Jadi sekarang ada berapa kepala keluarga, Pak?" tanya pak Ihsan. Lalu mengambil pisang goreng yang baru dibawakan oleh istrinya bersama dua gelas kopi hitam.
"Sekarang ada 77 kepala keluarga, Pak. Jadi nambah 14 kepala keluarga dari data dua tahun yang lalu," jawab pak Soleh setelah melihat data yang baru selesai ditulisnya.
"Tapi yang kita cari tidak ada ya, Pak?" lanjutnya.
"Alhamdulillah dong, berarti bukan warga kita pelakunya."
Pak Ihsan pun memberikan isyarat agar pak Soleh menyantap pisang goreng hangat dan kopi hitam yang ada di hadapan mereka. Lalu dijawab dengan senyuman menandakan dia siap menyantapnya.
"Tapi beberapa orang tidak ada di rumah saat kita data. Seperti menantu pak Jamal, suami bu Asih, atau anak bu Surti yang sudah kerja di kota. Pak Dahlan, warga baru yang datang satu bulan yang lalu, juga kemarin tidak di rumah. Dan masih banyak lagi," kata pak Soleh, kemudian menyeruput kopi hitam yang masih mengepul asapnya.
"Iya, tapi kalau dari obrolan kita dengan keluarganya, sepertinya tidak ada yang mencurigakan."
"Kalau saya malah curiga dengan pak siapa ya namanya, menantu pak Itang yang dari kota itu, Pak. Namanya pak Teten kalau tidak salah ya? Jawaban dia berbelit-belit waktu ditanya pekerjaan. Terus saya kurang suka dengan gaya dan penampilannya, seperti preman pasar gitu, Pak," jawab pak Soleh menggebu-gebu.
"Masa sih? Mungkin karena kerjaannya di jalan, jadi sering berinteraksi dengan preman di jalan," jawab pak Ihsan sekenanya.
"Iya, mungkin ya," jawab pak Soleh singkat. Dia tidak yakin dengan ucapan pa Ihsan. Di hatinya masih ada yang mengganjal. Seperti ada yang disembunyikan oleh pak Teten. Namun pak Soleh tidak memperpanjang masalahnya, karena dia belum memiliki bukti. Hanya berdasarkan instingnya saja. Mereka pun mengganti topik pembicaraan sambil menikmati kopi dan pisang goreng yang masih tersisa di piring.
***
Menjelang tengah malam, terlihat seseorang berjalan dengan terburu-buru. Sesekali pandangannya diarahkan ke kanan kiri jalan. Bahkan ke belakang. Tiba di sebuah rumah berdinding bilik, lelaki itu berhenti. Dia mengetuk-ketuk pintu rumah itu.
Tok.. tok.. tok..
Tidak ada jawaban.
Lelaki itu pun berjalan ke pinggir, diketuknya pintu jendela berulang-ulang.
Tok.. tok.. tok..
Kali ini lebih keras, tapi tetap dengan hati-hati.
"Imas.. Imas!" bisik lelaki itu sambil tetap mengetuk jendela.
Tak lama, terdengar seseorang menjawab dari balik jendela.
"Iya, Kang Mamat?" tanya perempuan dari dalam.
"Iya, cepat buka pintu!" jawab lelaki yang dipanggil Mamat itu.
Setelah pintu terbuka, Mamat segera masuk ke rumahnya.
"Lama sekali buka pintunya!" gerutu Mamat.
"Iya kan Imas sudah tidur, Kang. Lagian Akang pulang selarut ini," ucap Imas.
"Akang ga akan lama, ditunggu trayek mau kirim pasir ke daerah Cikembang. Jadi pulang lagi mungkin minggu depan."
"Kok lama, tumben?"
"Iya, lagi banyak kerjaan. Cepat siapin baju tiga pasang buat ganti!"
Imas langsung bergegas menyiapkan baju ganti untuk suaminya. Mamat menyusul Imas ke kamar. Lalu dilihatnya Saepul dan Lina yang sedang terlelap tidur. Kedua anak Mamat itu pun diselimuti dengan selimut pink bergambar hello kitty yang tadi tersingkap.
"Ini, Kang!"
Imas menyerahkan keresek hitam berisi baju.
"Akang langsung berangkat ya!" Mamat berkata sambil mengambil keresek yang disodorkan Imas. Lalu dia merogoh kantong jaketnya dan menyerahkan amplop pada istrinya. Terlihat sebuah tanda hitam di pergelangan tangannya saat amplop diserahkan pada Imas.
"Hati-hati ya, Kang!"
Imas melepas kepergian suaminya dengan berat hati. Dia takut terjadi sesuatu pada suaminya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waah seru nih ceritanya...salam
Alhamdulillah, trima ksh bunda..
Keren Bunda pandai amat bercerita.
Msh belajar bunda.. trima ksh..