“Kakak antar Adek pulang ya, sudah sore. Sudah mau tutup,” bujuk Husein. Dijawab anggukan lemah dari Aisyah. Setelah mengelap air mata yang membasahi pipi, Aisyah mengumpulkan kekuatan untuk berdiri dan berjalan bersama Husein. Selama perjalanan menuju tempat parkir tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Aisyah mau pun Husein. Hanya pikiran mereka masing-masing yang menanyakan mengapa ini terjadi. Padahal hari bahagia tinggal menunggu beberapa minggu lagi.

Saat Aisyah sudah duduk tenang di mobil milik Husein, dia mulai bersuara.

“Kak Husein.. sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan,” suara parau Aisyah menahan gejolak hatinya.

Seperti disambar petir siang bolong, Husein terkejut setengah mati.

“Tatatata.. tapi kenapa Adek?” tanya Husein terbata.

“Kita jemput kebahagian kita masing-masing.” Perih hati Aisyah mengatakan kalimat itu.

“Tapi kebahagianku hanya bersamamu… Adek.. Aisyah..” ucap Husein. Tangisnya tak dapat terbendung lagi. Ini kedua kalinya dia menangis di hadapan perempuan. Setelah yang pertama saat berpisah dengan Nadya di bandara.

“Maafkan kakak bila ada salah. Selama ini kakak jarang menemani Adek. Tapi mohon jangan tinggalkan kakak..”

Hati Aisyah semakin teriris mendengar ucapan Husein.

“Aaa.. apakah ada lelaki lain?” tanya Husein hati-hati.

Kedua bibir Aisyah bergetar menahan tangis. Tapi matanya tidak dapat membendung butiran air hangat yang mengaliri kedua pipinya yang putih bersih.

“Iya.” Lalu dialihkan pandangannya ke luar jendela.

Iya, ada perempuan lain di hatimu. Cinta pertamamukan? Kalian terlihat serasi. Kalian terlihat sangat bahagia. Adek rela melepas kakak untuk kebahagian kakak. Batin Aisyah yang semakin perih.

“Iya ada lelaki lain,” ulang Aisyah perlahan.

Rasanya langit runtuh menimpa kepala Husein. Husein tidak bisa menerima kenyataan ini.