TANTANGAN MENULIS HARI - 1
PERJANAN KE GUA HIRA
Penulis : Elida Sustia (Guru SMAN 39 Jakarta)
Sungguh hal yang tidak pernah terbayangkan bisa sampai ke Gua Hira tempat Nabi kita Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah Subanahu Wataala. Bagi seorang pendaki gunung mungkin tidaklah terlalu berat karena ketinggian 281 meter dengan panjang pendakian 645meter, namun bagi pendaki pemula cukuplah berat karena selain kemiringan yang terjal juga jalan yang tidak mulus karena tidak ada undakan bahkan kalau terinjak tanah yang agak rapuh kaki pun ikut longsoran tanah.
Saat saya dan suami melaksanakan ibadah haji pada tahun 2008. Ada penawaran dari ketua rombongan untuk ziarah ke Gua Hira namun pada saat itu kondisi saya kurang sehat karena batuk dan flu berat sehingga suami melarang untuk ikut, tapi saya pengin ikut, akhirnya suami mengizinkan karena motivasi dari ketua rombongan haji kalau kemauan kuat nanti sakitnya juga sembuh. Setelah diizinkan akhirnya kami berangkat sebanyak 8 orang dari total jemaah lebih kurang 40 orang. Jam 3 dini hari berangkat dari penginapan naik taxi menuju kaki bukit gua hira. Saya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan seperti jaket, air minum, penutup kepala dan balsem atau minyak gosok penghangat badan karena cuaca malam sangat dingin.
Setelah turun dari taxi mulailah kami berjalan dan mendaki bukit gua, awalnya masih lancar namun setelah setengah perjalanan suami merasa kedinginan dan seperti tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan, saya agak cemas karena kami sudah terpisah dari rombongan karena kami berjalan lambat disamping itu juga gelap karena tidak ada lampu penerangan jalan sesekali ketemu beberapa pendaki dari Negara lain. Untung saya tidak panik dan selalu berdoa semoga perjalalan ini dimudahkan. Akhirnya saya balurin balsem panas ke seluruh bagian kepala dan telinga suami dan berdoa semoga Allah memberi kekuatan sehingga kami bisa sampai ke Gua Hira. Sungguh kebesaran Allah suami pulih kembali dan kami melajutkan pendakian dengan pelan2 akhirnya sampailah kami di Gua Hira. Alhamdulillah saya yang berangkat sakit tiba2 jadi sehat dan kuat. Saya sangat haru dan meneteskan air mata setelah sampai di Gua Hira yang pintunya sangat sempit untuk masuk harus menunduk dan satu persatu. Di dalam Gua hanya muat untuk 2 orang saja. MasyaAllah dari celah gua yang menghadap ke Ka’bah Masjidil Haram terlihat gemerlap lampu di sekitar Masjidil Haram. Saya serasa tidak percaya namun itulah kebesaran Allah tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah maka kita wajib berikhtiar sehingga apa yang kita inginkan bisa tercapai.
Semoga teman-teman yang ingin Gua Hira juga bisa sampai untuk melihat betapa beratnya perjuangan Nabi kita Muhammad SAW untuk mendapatkan wahyu pertama.
Tulisan ini sengaja saya share sekedar berbagi pengalaman semoga ada manfaat bagi saudara-saudara dan sahabat-sahabat saya seiman dan semoga bisa jadi motivasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah... Serasa sedang berada di sana saya bu. Sungguh luar biasa penyampaiannya.
Masyaallah.Barakallah bu ....
Masyallah, izinkan dan kabulkanlah ya......Allah, agar aku juga dapat pergi kesana.terima kasih kisah pengalamannya Bun...
Masya Allah...
terimaksih bu yenni sudah mau membaca tulisan ya
Terimaksih Pak Ustad Wandi atas motivasinya
Terimakasih gurusiana sudah menayangkan tulisan saya