Penyesalan (part 12)
# tantangangurusiana hari ke 62
Aku sengaja datang agak pagi kekantor suami, biasanya setelah apel pagi karyawan maupun pimpinan masih berada di kantor. Untung saja aku tidak ketemu Bima. Aku masuk dan menuju ruang kepala, aku disambut baik oleh beliau, Ada apa Fitri? Ada yang dapat saya bantu?, dengan panjang lebar aku paparkan, lengkap tanpa ada yang tertinggal. Beliau menggeleng geleng setelah aku berhenti berbicara. “Kalau pilihan kamu sudah dipikirkan matang-matang saya akan usahakan surat mutasi Bima secepatnya. Bersabarlah agak satu bulan ini, mudah mudahan ada jalan, semua urusan administrasinya lancar.
Selama waktu pengurusan surat menyurat , aku sudah berencana rumah dan isinya aku kontrakkan, uang kontrakannya dapat digunakan untuk memulai usaha baru di Padang. Sesampainya di Padang aku akan kontrak kedai, akan aku lanjutkan seperti usaha seperti di sini. Akan aku cari lokasi dekat dengan rumah Ibu, sekaligus dapat merawat ibu. Ryan sangat bahagia sekali mendengar rencana pulang ke Padang. Setiap hari selalu bertanya, Bu, urusannya sudah beres?, Ryan sudah tidak sabar ketemu nenek, abang dan kakak.
Tiga minggu aku menunggu, belum ada kabar dari kantor. Sikap Bima biasa biasa seperti tidak ada kejadian. Aku terus berharap semoga saja surat mutasinya cepat selesai. Beberapa hari kemudian menjelang awal bulan, Bima datang dengan memmbawa amplop, Dia bilang, Aku dipindahkan ke Padang kekantor yang lama. Kita harus secepatnya melapor ke kantor. Baik,kita pulang ke Padang, rumah dan isinya kita kontrakan. Uang kontrakan dapat untuk modal usaha di Padang. Bima tidak setuju, rumah dan isinya di jual saja, tidak ada yang akan mengurus, kita jauh urusannya susah. Alasan Bima cukup masuk akal. Setelah dipertimbangkan akhirnya diputuskan untuk dijual. Rumah ini adalah Hasil tabungan yang aku kumpulkan sedikit demi sedikit untuk melunasi cicilan sekarang harus aku lepas. Tapi biarlah seandainya ini memang yang terbaik.
Sudah beberapa orang datang untuk melihat kondisi rumah dan nego harganya, belum ada yang cocok dengan harga yang kami tawarkan. Semuanya menawar jauh di bawah harga yang kami tetapkan. Ada saja kekurangan rumah dan perabotan yang mereka sampaikan. Mungkin memang begini kalau mau menjual rumah, padahal mau tapi pura-pura tidak butuh. Informasi ini sampai juga ke telinga Bapak kepala Dinas, sorenya beliau datang ke rumah dan berbincang bincang masalah harga yang kami tawarkan. “Rumah ini biar untuk saya saja”, uangnya saya kirim ke rekening kamu, jangan sampai Bima yang pegang uang, bisa habis. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih kepada beliau. Selesai urusan rumah kami bersiap siap untuk pulang ke Padang. Acara perpisahan yang berkaitan dengan kedinasan telah selesai. Haru biru perasaanku meninggalkan Kalimantan. Di tanah ini kami memulai hidup, suka dan duka akhirnya aku harus meninggalkan tanah ini untuk kembali ke kampung halaman. Semoga saja ada perubahan dalam hidup dan kehidupan kami.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat ya Bu, sudah bisa kembali berkumpul dengan keluarga besar
alhamdulilah, terimakasih Bu
Wah cerita yang menarik sukses bu
terimakasih Bu udah berkunjung
Mantap bu Elfa..salam kenal ya