#tantangangurusiana hari ke-69

Di era tahun delapan puluhan punya kedaraan roda dua merupakan hal yang luarbiasa. Memang benar, untuk membeli sepeda motor tahun tujuh puluhan “Asbul” harus merelakan puluhan emas. Tapi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Bapak nekat untuk memiliki kendaraan. Bapak seorang pekerja bangunan, terkadang lokasi pekerjaan yang jauh jika ditempuh dengan angkutan umum membutuhkan waktu yang lama dan ongkos yang mahal, dan dilanjutkan dengan jalan kaki.

Akhirnya motor berhasil dibawa pulang Bapak dengan mahar duabelas emas. dengan harga itu, motor yang diperoleh bukan motor baru tapi motor bekas. Walaupun bekas tapi bangganya bukan main. Baru saja motor sampai dirumah, kami langsung diajak Bapak jalan jalan, sembari latihan bawa motor. Seumur hidup baru pertama kali kami naik motor. Jalanan kampung yang berlobang dan berumput tidak mengurangi semangat untuk jalan jalan walaupun mendung hitam sudah sejak siang menggantung. Benar saja hujan turun dengan deras, lobang jalan tertisi penuh air.

Setelah hujan reda kami melanjutka perjalanan pulang, melalui jalan yang berlumpur dan dipenuhi genangan air. Tidak bisa memilih, jalan terus dan sesekali masuk lobang jalan. Terkadang motornya oleng terasa mau jatuh. Setelah cukup jauh berjalan terdengar teriakan dari belakang, “Pak, Pak,” Pak, “. Bapak menghentikan motor dan menoleh kebelakang, ternyata Ibu tertinggal jauh dan bapak tidak sadar penumpangnya berkurang satu.