Upaya Penguatan Literasi di Era Disrupsi
“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia.
yang mengajar (manusia) dengan pena
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Ayat tersebut diatas merupakan kutipan dari surat Al alaq : 1-5 . Mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa membaca. Tak hanya membaca buku namun dapat diartikan membaca fenomena alam dan segala isinya ciptaan Tuhan.
Perintah membaca ini tetap relevan dan berlaku walaupun berada di era industri 4.0. Era yang serba digital atau era yang sudah tercerabut dari akar atau lazimnya disebut era disrupsi. Makna yang lebih luasnya yaitu adanya pergeseran fungsi manusia digantikan oleh teknologi digital. Dengan mudahnya semua keperluan manusia dapat diakses melalui gawai atau smartphone.
Dalam era disrupsi ini, tidak hanya marak dalam e-commerce dan financial technology saja., dalam bidang teknologi pembelajaranpun dikenal suatu sistem pembelajaran yang disebut dengan Online Learning, para peserta didik atau mahasiswa tak perlu lagi bertatap muka dengan gurunya atau dosennya. Mereka cukup membuka link pembelajaran yang telah disepakati bersama, yang dapat diakses melalui komputer atau gawainya masing-masing. Edmodo, Google Classroom, adalah contoh jenis aplikasi pembelajaran yang biasa digunakan para siswa dan guru atau dosen . Bahkan yang sedang trend saat ini adalah aplikasi bimbingan belajar dengan menggunakan aplikasi ruang guru. Praktis bukan ?. Namun perlu diingat bahwa semua teknologi itu dapat berdampak, baik maupun buruk. Semua itu tergantung pada manusianya sebagai pengguna teknologi.
Lantas kalau sudah seperti itu apakah peran guru masih diperlukan?. Tenang saja wahai para guru, Imam syafei; memberi beberapa syarat untuk mendapatkan ilmu: 1) harus cerdas, 2) serius, atau sungguh-sungguh, 3) sabar, 4) ada bekal atau biaya, 5) ada petunjuk guru, dan 6) ada waktunya. Dari syarat belajar tersebut peran guru masih sangat diperlukan.
Lantas bagaimana pengaruhnya era disrupsi ini terhadap literasi di Indonesia ? berdasarkan penelitian yang dilakukan UNESCO , yang dilaporkan pada hari aksara Internasioanl tanggal 21-27 oktober 2016 di Palu, menyatakan hasil penelitiannya; dari 1000 orang Indonesai hanya 1 orang yang membaca. Berarti masih sangat sedikit orang Indonesia yang menyukai membaca ( buku ). Namun sebetulnya bila diperhatikan para siswa dan mahasiswa di era ini banyak membaca informasi dari internet karena kepraktisannya, namun bila diamati informasi yang didapat dari internet, tidak selengkap dan sedetail informasi yang didapat dari buku.
Membaca, menulis, berhitung atau calistung merupakan literasi lama. Pemerintah sudah menggalakkan literasi begitu gencar. Peletakkan dasar literasi mulai diterapkan semenjak Paud hingga Pergutuan Tinggi. Melalui Gernasbaku atau Gerakan nasional membacakan buku untuk siswa Paud, hingga wajib membaca buku selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai telah diberlakukan bagi siswa SMP hingga siswa SMA .
Selain kemampuan calistung sebagai literasi lama, di era desrupsi ini, literasi baru dimunculkan. Menurut Kemenristek Dikti literasi baru ini meliputi literasi data, literasi teknologi dan literasi Sumber Daya Manusia..Yang dimaksud dengan literasi data adalah terkait dengan data dan informasi yang diperoleh, literasi teknologi terkait dengan kemampuan memahami cara kerja mesin, literasi sumber daya manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, inovatif dan kreatif.
Melalui semangat kolaborasi dari berbagai pihak dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudyaan yang saat ini digawangi oleh seorang menteri milenial, Nadiem Anwar Makarim, diharapkan memunculkan gebrakan baru dalam memajukan literasi di Indonesia. Beberapa upaya penguatan dari penulis mungkin dapat dikolaborasikan, upaya itu diantaranya :
1. Outing class ; mengajak siswa belajar diluar kelas, contoh untuk praktek berbicara dengan orang asing { wisatwan mancanegara yang berbahasa Inggris), berkunjung ke pusat sejarah..
2. Reading club.; para penggiat literasi di sekolah membentuk klub membaca, mengkaji, merangkum, membuat synopsis , dan bedah buku.
3. Berkunjung ke perpustakaan ; Tidak harus berkunjung ke perpustakaan besar, perpustakaan kecil yang ada di sekolahpun dapat dijadikan sebagai sumber belajar Atau bila ada jam kosong pada mata pelajaran tertentu, para siswa ditugaskan membaca buku dan merangkumnya.
4. Membentuk kelompok diskusi masyarakat, melalui Kelompok Kerja (POKJA Dua PKK) yang membidangi pendidikan.
5. Menggalakkan kembali lomba cerdas cermat dari tingkat SD – SMA
6. Mengadakan lomba menulis secara berkala, baik menulis cerpen, puisi,maupun karya ilmiah.
7. Pengadaan gedung perpustakaan lengkap dengan literaturnya
Dengan demikian di era disrupsi yang sudah serba canggih ini, buku tetap masih sebagai sumber utama informasi atau pengetahuan. Dan ini menjadi peluang bagi para penulis khususnya guru penulis dalam rangka mengambil bagian dalam mencerdaskan bangsa melalui tulisannya. Imam Al-ghazali mengatakan “ jika kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. jadi kesempatan untuk menjadi penulis sangat terbuka lebar asalkan ia mau. Kehadiran Media Guru salah satu mediator sekaligus promotor membawa angin segar dalam mempermudah guru dan mengasah kemampuannya dalam menulis. Tak mengherankan pada setiap pelatihan SAGUSABU (Satu guru Satu buku ) yang diselenggarakan di berbagai wilayah, banyak guru yang menyerbu pelatihan ini.. Semoga Media guru tetap jaya dan semakin bermanfaat. !
Biografi
Ela Rahmah Laelasari, kelahiran Rangkasbitung 30 Juni 1967. Pengalaman dalam kepenulisan pernah menjadi Kontributor media online Bernas pada tahun 2017. Walaupun belum menghasilkan buku tunggal namun telah menghasilkan dua buah antologi. Antologi pertama adalah Rahasia Seorang Guru, yang diterbitkan oleh Motivaksi Inspira pada tahun 2019. Antologi keduanya terbit di tahun yang sama dengan judul Produktif di Rumah, 79 Inspirasi ala seorang istri dan Ibu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih bu ain..ibu tinggal dmn..
Barokallah, kereen