Sebuah Rahasia Yang Dititipkan Pada Hati Hamba Yang Dicintai-Nya.
Tantangan Menulis Hari Ke-13
Oleh : Ela Rahmah Laelasari
Di zaman yang serba susah ini, semua orang berlomba-lomba mencari ide untuk menghasilkan uang. Salah satu cara termudah yang tidak memerlukan modal banyak adalah menjadi pengamen. Mengamen tidak musti menggunakan media instrumen, cukup dengan tangan yang ditepuk-tepuk dan mengeluarkan suara, alhasil dapat menghasilkan rupiah. Tak jarang dijumpai pengamen ini baik perseorangan maupun berkelompok mendatangi rumah-rumah ataupun berseliweran di terminal ataupun dipasar-pasar. Motif seseorang memberikan uang recehan itu aneka macam. Ada yang memang betul-betul ingin memberi, atau bisa juga karena menginginkan pengamen itu segera berlalu dari pendenganannya karena berisik dengan suara falsnya. Perbuatan memberi dengan maksud mengusir halus seorang pengamen menurut Al-Ghazali gambaran tersebut diatas adalah perbuatan tiadanya keikhlasan.
Ikhlas dapat juga disamakan dengan” murni”. Menurut kamus Bahasa Indonesia ikhlas itu adalah rela, jujur, suci hati. Murni adalah suci, bersih sekali misalnya cinta yang murni, cinta yang tulus didasarkan kasih sayang yang tulus, emas murni adalah emas yang belum tercampur dengan benda apapun, misalnya perak, perunggu, dll. Dalam Bahasa Agama (Islam) orang yang ikhlas disebut mukhlis atau orang yang memurnikan.
Menurut Al-ghazali ikhlas memilliki hakikat yaitu sesuatu yang bersih dari campuran yang dapat mencemarinya. Menurutnya pula, Keikhlasan yang sempurna tidak bisa diilustrasikan kecuali oleh orang yang sudah larut dalam cinta kepada Allah dan mengutamakan negeri akhirat. Pernah ditanyakan kepada seorang shalih “apakah yang paling berat bagi jiwa? Ia menjawab “keikhlasan”.
Para guru dan da’i memberi nasehat kepada murid-muridnya agar ikhlas dalam bekerja dan beramal. Namun, pada kenyataannya sebagai individu sering tidak ikhlas dalam melakukan kebaikan. Kadang-kadang dalam bekerja dan beramal baik sering bukan karena Allah, tetapi karena pertimbangan lain yang lahir dari hawa nafsu, seperti mencari muka (riya’) dan mencari popularitas (sum’ah).
Dari gambaran diatas , jelaslah bahwa ikhlas merupakan perbuatan yang dilakukan tanpa pamrih hanya semata-mata ridho Allah. Dalam kacamata psikologi, ikhlas memiliki dua dimensi, yaitu transedensi dan personal (https://greatmind.id/article/ikhlas-itu-let-it-go). Transedensi merupakan suatu upaya untuk melepaskan diri dari tekanan, dengan memberi tekanan tersebut kepada Yang Maha Kuasa. Maksudnya bahwa jika sesuatu itu terjadi, diluar jangkauan dan kendali manusia. Dimensi Personal adalah bia seseorang melakukan sesuatu dengan tulus. Misalnya ; melakukan kebenaran, membela yang lemah, membantu anak yaitm piatu, dsb.
Dalam kisah diceritakan bahwa ada seorang lelaki yang berhijrah dari Mekah ke Madinah bukan maksud untuk mendapatkan keutamaan hijrah, melainkan bisa menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Lelaki itu dijuluki orang yang berhijrah kepada Ummu Qais. Al-fudhai pernah berkata: “Meninggalkan amal karena manusia itu adalah riya’ dan beramal karena manusia adalah syirik, sedang ikhlas itu ialah bila Allah membebaskannya dari kedua sifat itu”.
Ikhlas merupakan kesadaran agama yang memperlihatkan kedekatan hubungan seseorang dengan Tuhannya. Ma’rifat merupakan salah satu cara pendekatannya. Usaha manusia untuk menggapai ma’rifatullah adalah dengan ilmu. Tak heran Al-Ghazali pernah berkata:”Semua orang akan binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu pun akan binasa, kecuali mereka yang beramal. Dan yang terakhir pun binasa, kecuali mereka yang tulus dalam beramal”.
Orang yang ikhlas atau mukhlis mempunyai tanda-tanda yang bisa dikenali, antara lain; takut mendapatkan popularitas, banyak berdiam, tidak mencari pujian, tidak pelit memuji orang yang berhak mendapat pujian dan sanjungan dengan berbagai kriterianya, meluruskan amal dalam beramal, bersabar dalam menapaki jalan panjang yang sangat berat sementara pertolongan belum kunjung tiba, bergembira dengan keberhasilan lawannya atau minimal tidak marah karena hal itu. Jadi bila kebaikan seseorang ingin diketahui oleh orang lain namanya belum ikhlas. Bila mengutip istilah dari salah seorang psikolog Indonesia ( Rostiana), Ikhlas itu sama dengan let it go.
Ada beberapa tips untuk menimbulkan keikhlasan :
· Berdo’a dan memohon perlindungan kepada Allah
· Ilmu , mengetahui akan pentingnya keikhlasan,
· Kesungguhan (mujahadah),
· Berteman dengan para mukhlisin,
· Membaca biography para salaf dan para shalihin.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Allah berfirman: “ Ikhlas itu adalah salah satu rahasia-Ku yang Aku titipkan dalam hati hamba-Ku yang Aku cintai.
Wallahu’alam bisshowaab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereen
Terimakasih bu Sri, salam kenal
Wow, paparan berdaging. Mimpiku dapatkan titipan Rasulullah SAW. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Terimakasih bu vivi, selalu mampir kesini. Berkah jg untk bu vivi
Keren. Terharu
Terimakasih bu Sastri, salam kenal
Mantap..
Terimakasih bu Nur, salam.kenal
Insyallah belajar ikhlas
Semoga.. . Aamiin. Suwun jeng