Ela Rahmah Laelasari

Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Islam Assyafi'iyah 04 Pondok Gede Bekasi. Berasal dari rangkasbitung, saat ini berdomisili di Jakarta. Untuk lebih dek...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pandemi Kecemasan.  Menulis Hari Ke - 8
Gambar diambil dari : https://www.thejakartapost.com/life/2020/04/01/coronavirus-anxiety-is-a-thing-heres-how-to-handle-it.html

Pandemi Kecemasan. Menulis Hari Ke - 8

Untuk  pertamakali penyakit corona virus atau covid-19 terdeteksi   di Wuhan  Propinsi Hubei , Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Dan ditetapkan Pandemi oleh World Health Organisation (WHO) pada 11 maret 2020. Hingga 23 April 2020 telah dilaporkan 2.000.000  kasus di  210 negara dan wilayah  mengakibatkan lebih dari 195,755 orang meninggal dunia dan lebih dari 781,109 orang sembuh (Wikipedia).

Kasus covid-19 ini mulai terkuak di Indonesia ketika diumumkan oleh Presiden Indonesia pada tanggal 2 maret 2019 yaitu tejadi  pada seorang  perempuan berumur 31 tahun dan seorang ibu berumur 64 tahun yang berdomisli di Depok. Sejak diumumkannya  mitos Indonesia “kebal” Corona dipatahkan oleh kasus ini.

Setelah pengumuman itu banyak informasi-informasi mengenai perkembangan penyebaran virus corona diterima oleh masyarakat lewat berbagai media . Hal ini menimbulkan dampak positif dan negatif.  Positif dalam hal ini menjadikan kewaspadaan , sedangkan negatifnya adalah bila informasi tersebut terus menerus dipaparkan media (whatsapp, messenger, fb, dll) hal ini akan menimbulkan kecemasan. Reaksi yang ditimbulkan akibat seseorang mengalami cemas bermacam-macam. Menurut dr, Ida Rochmawati seorang Psikiater dari RSUD Wonosari,  kecemasan   terbagi beberapa macam. Reaksi cemas dapat mengakibatkan reaksi motorik seperti  ketegangan otot, tidak bisa rilek, gemetar, dan mudah merasa lelah. Selain itu cemas juga dapat mengakibatkan reaksi otonom, seperti dada berdebar-debar, pusing, mual, BAB/BAK tidak lancar. Selain itu juga bisa mengakibatkan gangguan tidur, sensitif, dan mudah lupa.

Terlebih-lebih pada situasi saat ini pemerintah menerapkan karantina mandiri sehingga membuat hampir semua orang perlu beradaptasi denga pola hidup yang “tidak biasa” yaitu social distancing dan psychal distancing (menjaga jarak dan tak bersentuhan). Bahkan WHO mengatakan bahwa kondisi pandemi Covid-19 ini membuat perubahan besar rutinitas harian manusia, seperti bekerja dari rumah dan belajar dari rumah.

Sebetulnya cemas, panik, dan takut itu adalah hal wajar namun jika hal tersebut berlangsung terus menerus dan  berlebihan, maka akan  mengganggu fungsi sehari-hari dan menimbulkan penderitaan, hal ini  membahayakan. Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia namun juga diseluruh penduduk bumi yang mengalami pandemi ini. Bila gejala-gejala tersebut diatas dialami langkah pertama adalah mendatangi seorang profesional (Psikiater).

 

Menurut informasi yang ditulis kompas bahwa para dokter di Amerika menyebutkan ada kenaikan gangguan cemas dan depresi pada pasien terutama pada pasien yang sebelumnya  sudah  memiliki gangguan kecemasan. Menurut CNN seperti yang diberitakan tanggal 24 April 2020  dalam situasi  pandemi ini  permintaan obat  anti kecemasan meningkat signifikan. Peningkatan permintaan obat tejadi pada wanita dibanding pria.

Menurut Sandi Kartasasmita (Psikiater), sebetulnya respon seseorang menyikapi pandemi ini berbeda-beda sangat dipengaruhi oleh kepribadian dan karakter setiap orang . Menurut teori Lewis Goldberg, tipe kepribadian dibagi menjadi lima dimensi, yaitu openness (terbuka terhadap hal baru), conscientiousness (berhati-hati), Extraversion (nyaman berinteraaksi dengan orang lain), Agreeableness (mudah bersepakat), dan Neuroticism (neurotisme).

Di era Covid-19 ini, terdapat 3 zona emosional, yaitu zona ketakutan, zona  belajar, dan zona bertumbuh. Dari lima dimensi itu yang rentan terhadap situasi pandemi ini adalah tipe neurotisme. Karena tipe orang ini tipe  berada dalam zona  ketakutan bila dilihat dari 3 jenis  zona emosioanl manusia. Perhatikan gambar dibawah ini.

 ( https://twitter.com/kbridenhaag/status/1246692895329062912/photo/1)

 

Orang-orang pada zona ketakutan melakukan hal-hal :

1.  Membeli stok masker, obat, dll secara berlebihan

2. Menyebarkan rasa takut dan marah

3. Sering mengeluh

4. Langsung share info apapun dari medsos

5. Mudah marah.

Untuk menghilangkan kecemasan  mari beralih dari zona ketakutan ke  zona belajar dan  perlahan akhirnya sampai ke zona bertumbuh. Untuk itu mari lakukan hal-hal berikut ini:

1.  Salurkan hobby ; menulis, menjahit, memasak, berkebun, olahraga, melukis, dsb.

2.  Berpikir positif dan tidur  yang cukup (8 jam)

3 Tingkatkan iman dan takwa, dengan cara sabar dan sholat. Karena hal ini akan menjadi penolong seseorang sebagaimana firman Allah dalm surat Al-Baqoroh ayat 153. “Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhya Allah beserta orang-orang yang sabar”

4. Tawakal. Yaitu menyerahkan segala urusan pada Allah.

Wallahu'alam bisshowaab.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Barakallah. Tulisan yang bermanfaat.

22 May
Balas

Terimakasih Bu Dwi. Salam kenal

23 May



search

New Post