Ela Rahmah Laelasari

Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Islam Assyafi'iyah 04 Pondok Gede Bekasi. Berasal dari rangkasbitung, saat ini berdomisili di Jakarta. Untuk lebih dek...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lidah Manusia Tak Segurih Lidah Sapi. Hari ke-9

Lidah Manusia Tak Segurih Lidah Sapi. Hari ke-9

“ Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, tiada sesuatu yang lebih perlu ditahan dalam waktu lama daripada menahan lidah” (Ibnu Mas’ud)

Hal tersulit selain menahan hawa nafsu adalah menahan lisan atau lidah . lidah tak bertulang tak terbatas kata-kata, sebagaimana sepenggal syair lagu yang dilantunkan oleh penyanyi era1980an. Dengan lidah kita dapat mengurai kalimat-kalimat indah; memohon ampunan, dan harapan, dengan lidah pula kita dapat melontarkan caci maki dan sumpah serapah. Disebabkan lidah pula dapat mengakibatkan berlinangnya air mata dan menghasilkan malapetaka.

Lidah adalah anggota tubuh yang kecil tetapi dapat mengakibatkan hal-hal yang besar. Karenanya dapat menimbulkan banyak faedah dapat pula menimbulkan bencana. Dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai atau mungkin diantara para pembaca menjumpai teman yang biasa berbicara celas-ceplos . Orang yang berbicara dengan gaya ini seringkali tak menyadari ulah lidahnya. Dalam peristiwa lain misalnya dalam suatu perdebatan atau kampanye politik para politikus berdebat mempetahankan pendapatnya terkadang terlontar kata-kata yang menyakitkan bagi lawan politiknya .

Berbicara mengenai lidah, dikenal dengan istilah kata “ bersilat lidah” . Bersilat lidah dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sama dengan bersilat kata. Silat mengandung arti permainan yang menyerang dan membela diri. Dalam kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) atau kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) pada Pemilu tahun 2019 lalu dapat disaksikan bahwa orang yang pandai bersilat lidah biasanya menggunakan istilah answer your question with a question atau menjawab pertanyaan dengan pertanyaan seperti yang sering disaksikan dalam Televisi. Misalnya pertanyaan kalimat “ mengapa anda bicara seperti itu“ ? pertanyaan ini akan dijawab dengan “ memangnya kenapa “?. Pada umumnya untuk menangkis lawan bicaranya para debater mempunyai tag line atau jurus ampuh dengan kata “ justru”, “semua orang setuju”, atau “sampai kapanpun” (https://www.kompasiana.com/gustaafkusno/54ff161da33311d94350f927/bersilat-lidah ).

Para “Debater” atau Juru Kampanye (Jurkam ) saling serang mempertahankan pendapat atau keyakinan diri (partainya) sehingga terlontar kata-kata yang menyakitkan bahkan saling tunjuk tangan. Hal ini menimbulkan kegeraman bagi para penonton debat. Debat seperti ini adalah debat yang tidak sehat. Ini adalah hal yang seharusnya dapat dihindari jika mengingat suatu hadits yang berbunyi “Barangsiapa tidak mau melakukan perdebatan sedang ia berbuat benar, maka dibangunkan baginya sebuah rumah di surga yang paling atas, barangsiapa tidak mau melakukan sedang ia berbuat salah, maka dibangunkan baginya sebuah rumah di surga bagian tepi” sehingga “beruntunglah orang yang menahan lisannya dari berbicara yang berlebihan..”. Biasanya dari perdebatan akan menimbulkan permusuhan yang hebat (keras) padahal kata Aisyah ra. “orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras permusuhannya”. Mendebat dalam permusuhan tanpa disertai ilmu tetap dimurkai Allah hingga berhenti.

Lidah juga bisa mencabik-cabik hati seseorang, sehingga lebih tajam dari pedang. Dalam pergaulan remaja sering terdengar lontaran dengan nada canda seperti “kasihan deh lu”, biasanya selorohan ini terucap dengan refleks terhadap teman yang sedang tertimpa sial atau kemalangan. Kalimat ini dilontarkan dengan enteng saja disebabkan si teman tersebut juga hanya tersenyum-senyum saja, padahal sebenarnya dihati kecilnya kata-kata itu menancap sakit.

Saking berbahayanya lidah, Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan kepada lidahnya seraya berkata “ Inilah yang menjerumuskan aku dalam berbagai kesalahan”. Untuk itu ada beberapa tips agar selalu dapat menahan lidah dengan cara :

· beristighfar, bila sudah salah ucap.

· lebih baik diam kalau mau selamat

· Tidak bersenda gurau berlebihan karena akan mematikan hati

Beruntunglah orang yang dapat menahan lidah dari bicara yang berlebih-lebihan. Menurut Al-Ghazali dalam Buku Menggali Mutiara Ihya Ulumuddin, bahaya lisan itu besar dan tidak bisa menyelamatkan diri dari bahaya, kecuali dengan diam. Hal ini sesuai dengan seruan Nabi SAW bahwa jika diam, maka selamat. Silence is golden.

Wallahu’alam bishoowaab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

siap pak, terimaaksih koreksinya

22 May
Balas

Jazakillah bu Ela. .. .

22 May
Balas

Afwan bu Ain

22 May

Berhati-hatilah karena lidah tak bertulang

22 May
Balas

betu buu.. Terimaksih Bu Iwi atas kunjungannya

22 May

Lidah lebih tajam dari pedang...

22 May
Balas

Jagalah lidah kita, karena suatu saat bisa menjadi harimau bagi diri kita.Terima kasih pencerahannya. Ni

22 May
Balas

Samo2 pak Yusrin

22 May



search

New Post