
Disleksia, Kenali dan Waspadai ! (Tantangan Menulis Hari Ke-7)
Mungkin pembaca pernah menjumpai salah satu atau beberapa teman pada waktu duduk dibangku di kls 1 Sekolah Dasar (SD) atau ketika di kelas 2 SD mengalami kesulitan membaca. Hal ini ditunjukkan ketika ia membaca huruf atau membaca angka sering terbalik atau ada yang menghilangkan satu kata dari rangkaian beberapa kata. Huruf dan angka yang sering dibaca terbalik biasanya pada huruf “b” dibaca menjadi “d”. Contoh kata “aba” dibaca “ada”, selain terbalik membaca huruf “b” dan “d” terjadi juga kesalahan membaca pada huruf “m” dan “w”, atau misalnya angka “18” dibaca menjadi angka “81”. Individu yang sering membaca dengan terbalik entah itu huruf atau angka disebut dengan disleksia. Hal ini dapat terjadi pada setiap orang tanpa memandang status sosial. Bisa saja hal seperti ini terjadi pada keponakan, sepupu, murid anda, bahkan mungkin anda sendiri pernah mengalaminya ketika masa kecil. Dikarenakan kesulitannya ini sering lingkungan sekitarnya menyebut idividu ini dengan sebutan anak bodoh.
Disleksia , berasal dari kata dyslexia dari bahasa Yunani berarti “kesulitan membaca”. Istilah ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi neurofisiologis. Yaitu gangguan pada otak yang memroses bahasa. Bryan dan Bryan seperti yang dikutip oleh Mercer (1979:200 ) yang ditulis kembali oleh Mulyono dalam bukunya Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, mendefiniskan disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan belajar dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.
Menurut Hornby (1984:9), disleksia tidak hanya kesulitan membaca tetapi juga menulis. Karena ada keterkaitan erat antara membaca dan menulis. Pada umumnya anak berkesulitan membaca juga mengalami kesulitan belajar menulis.
Selanjutnya Mulyono menjelaskan ada empat kelompok karakteristik disleksia, yaitu berkenaan dengan :
1. Kebiasaan membaca
2. Kekeliruan mengenal kata
3. Kekeliruan pemahaman
4. Gejala-gejala serbaneka.
Kebiasaan membaca, yang diperlihatkan pengidap disleksia adalah sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Yaitu, adanya gerakan-gerakan yang penuh ketagangan seperti mengernyutkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Selain itu ditandai adanya penolakan membaca, menangis, atau mencoba melawan guru. tak jarang pada saat membaca, mereka sering kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada baris yang terlompat sehingga tidak dibaca. selain itu, dalam memegang buku bacaan, jarak antara mata dan buku bacaan kurang dari 37,5 cm.
Kekeliruan dalam mengenal kata, adalah mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak. Pada gejala penghilangan, misalnya bacaan "bunga mawar merah", dibaca "bunga merah". Penyisipan, misalnya bacaan " bapak pergi ke rumah paman", dibaca jadi "bapak dan ibu pergi ke rumah paman". Penggantian, misalnya bacaan "itu buku bapak" dibaca menjadi "itu buku kakak". Pembalikan, misalnya bacaan "ubi" dibaca "ibu". Kesalahan ucap nampak pada tulisan "namun", kekeliruan dibaca "nanum". Pada gejala pengubahan tempat pada bacaan "ibu pergi ke pasar", dibaca "ibu ke pasar pergi". Sedangkan gejala keraguan nampak pada saat anak membaca kata dalam kalimat karena tidak dapat mengucapkan kata tersebut sehingga terkesan membanya tersentak-sentak.
Kekeliruan memahami bacaan, tampak pada banyaknya kekeliruan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu mengemukakan urutan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema utama dalam satu cerita.
Gejala serbaneka, membaca kata demi kata, membaca penuh dengan ketegangan dan nada tinggi, dan membaca dengan penekanan yang tidak tepat.
Selain mengamati empat hal karakteristiknya seperti yang tertulis diatas. Sebaiknya orang tua dan guru mengetahui gejala dislexya ini sejak dini agar tidak berkelanjutan hingga dewasa. Gejala-gejala yang perlu diwaspadai sejak anak pada uisa batita (bawah tiga tahun) dan pra sekolah. Gejala-gejalanya antara lain :
0 - Batita (Bawah tiga tahun)
*Mengalami speech delayed ,atau keterlambatan bicara. Pada umumnya anak usia 9 bulan sudah dapat mengucapkan kata mama, papa, dada, namun bila sampai usia ini anak belum dapat mengatakannya, perlu diwaspadai.
*Selain itu anak berbicara dengan kata-kata yang tidak jelas.
Usia Pra Sekolah
*Kosa kata lambat berkembang
*Sering tertukar antara kanan dan kiri, sukar menentukan arah kanan dan kiri, termasuk posisi orang yang dihadapannya apakah ada diposisi kanan atau kiri.
*Senang dibacakan cerita namun tidak tertarik membaca
*Sulit konsentrasi karena tak tahan suara bising
*Jika sudah belajar calistung kesulitan memahami angka dan huruf.
Bila menemukan gejala-gejala yang tersebut diatas, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Ada banyak serangkaian tes yang dilakukan dokter, yaitu mengenai riwayat kesehatan, perkembangan dan pendidikan anak, situasi kondisi di rumah, pengisian kuesioner, pemeriksaan psikologis, dan tes akademis. Untuk itu pada anak disleksia perlu dukungan penuh dari lingkungannya. Selain pemeriksaan dokter langkah yang harus ditempuh pada penderita gangguan ini adalah terapi bahasa. Hal ini terbukti efektif meningkatkan kemampuan penderita dalam membaca.
Selain itu juga bagi guru yang memiliki anak didik disleksia ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu membina hubungan baik dengan orang tuanya agar terjadi komunikasi efektif tentang kondisi anak disleksia, menempatkan anak di bangku paling depan, memberikan perhatian khusus tehadap penugasan yang berhubungan dengan angka-angka, memberikan toleransi waktu yang lebih dalam mengerjakan soal-soal dibandingkan dengan teman-temannya, dan jangan lupa memperhatikan emosinya karena anak ini cenderung sensitif disebabkan karena gangguan yang dialaminya (https://steemit.com/sains/@mahrizal1/ciri-ciri-dan-karakteristik-disleksia-pada-anak-dan-orang-dewasa )
Lantas, apakah disleksia ini hanya terjadi pada anak-anak ? tidak !, disleksia pun terjadi pada orang dewasa hanya saja memang pada orang dewasa gangguan ini tidak terlihat dengan jelas karena mereka cenderung dapat menutupi kekuranganya terutama dalam memilih pekerjan.
Ciri-ciri disleksia pada orang dewasa antara lain : lemah dalam mengurutkan peristiwa atau percakapan, mengalami kesulitan mengemudi karena mengalami kesulitan dengan arah karena bagi penderita disleksia mengemudi menjadi hal yang sulit, memiliki sifat perfeksionis dan cenderung bereaksi berlebihan terhadap kesalahannya.
Anak disleksia disebut juga sipintar yang sulit membaca. Terbukti orang –orang penderita disleksia banyak menunjukkan kemampuan yang luar biasa, inovatif dan kreatif. Contoh para pesohor dengan gangguan disleksia, diantaranya adalah para presiden seperti George Washington, Jhon F.Kennedy, dan Woodrow Wilson, para entertainer terkenal yaitu Tom Cruise, Whoopy Goldberg, para pengusaha yaitu Walt Disney, Ted Turner, para atlet dunia yaitu, Mohamad Ali, Magic Johnson, dan banyak lagi profesi-profesi lainnya.
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum bila ia tidak merubahnya sendiri. Mengenali disleksia sejak dini dan melakukan ikhtiar perubahannya sejak dini insyaAllah hasilnya akan efektif dibandingkan tidak melakukan apapun.
Wallahu’alam Bishowaab

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Silakan bu Siti Alimah..
Ijin share ya bu. Bagus sekali