Ela Rahmah Laelasari

Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Islam Assyafi'iyah 04 Pondok Gede Bekasi. Berasal dari rangkasbitung, saat ini berdomisili di Jakarta. Untuk lebih dek...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cogito ergo sum Dalam Bingkai Guru Indonesia Merdeka Berkarya

Cogito ergo sum Dalam Bingkai Guru Indonesia Merdeka Berkarya

Cogito ergo sum atau Je pense donc je suis adalah diktum populer yang dikenal dari seorang Rene Descartes seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Mengandung arti “saya berpikir maka saya ada” kalimat itu dijabarkan bahwa satu-satunya hal yang pasti didunia ini adalah keberadaan diri sendiri. Dari diktum ini terbersit sebuah pertanyaan disebut “ada” itu apakah hanya cukup berpikir saja ?. Dalam islam manusia diajarkan tidak hanya berfikir saja namun juga disuruh menggunakan akalnya. Bahwa semua manusia memiliki potensi maka setiap potensi diri perlu dikembangkan. Dalam bingkai guru, berkaitan dengan diktum ini adalah setiap guru memiliki potensi dan potensinya diwujudkan dalam karya.

Karya dalam KBBI mengandung arti pekerjaan, bisa juga buatan, hasil perbuatan, dan ciptaan. Sedangkan berkarya adalah kata kerja yang mengandung arti mencipta atau menghasilkan sesuatu. Lalu apa yang dimaksud dengan guru merdeka Berkarya?. Yaitu guru yang dapat mencipta atau menghasilkan karya yang bermanfaat sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya dengan mengolah rasa, mengolah hati, dan mengolah pikiran. Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga bagi lingkungan pendidikan.

Dari pengertian diatas, guru merdeka berkarya adalah guru bebas berkarya dengan menghasilkan sebuah produk sesuai dengan minatnya. Produknya bisa berupa pembuatan media maupun metode pembelajaran ataupun yang lainnya. Jelaslah bahwa berkarya memiliki hubungan erat dengan kerja keras. Bagi seorang muslim, kerja keras sangat dianjurkan. Disebutkan dalam dalam firman Allah surat ke-9 (At-taubah) ayat 105 dikatakan bahwa bila seseorang bekerja maka Allah, rasul, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaannya.

Dari beberapa orang yang telah menghasilkan karya pada umumnya berasal dari sebuah pelatihan. Terbukti dari pelatihan menulis yang diadakan oleh Media Guru salah satu program pelatihannya yang bertitel “Satu guru satu buku “ (Sagusabu) merupakan program yang dapat menghasilkan produk satu buku untuk setiap peserta. Pada setiap pelatihan menulis yang diselenggrakan Media Guru pesertanya selalu membludak. Dari sekian pelatihan yang telah diaksanakannya telah banyak guru Indonesia berhasil menjadi penulis. Selain itu juga Media guru kerap membuka peluang bagi guru untuk mengasah tulisan lewat lomba menulis yang dibukukan bersama guru penulis lainnya. Tak mengherankan banyak guru berprestasi di tingkat daerah maupun nasional berkat dari menulis buku.

Pelatihan lainnya yang dapat menghasilkan karya adalah dengan cara mengikuti pelatihan pengembang media pembelajaran. Banyak organisasi semacam IPTPI ( Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia ) menyelenggarakan berbagai pelatihan. Dari pelatihan ini menghasilkan peserta yang mampu mengembangkan teknologi pembelajaran baik dalam penggunaan media pembelajaran maupun metode-metode pembelajaran kekinian.

Walaupun tidak seperti Einstein dengan menemukan teori relativitasnya, Newton dengan teori gravitasinya ataupun Tsai Lun dengan penemuan kertasnya, Mentri Nadiem mengajak para guru untuk melakukan perubahan walaupun perubahan itu kecil . Karena jika setiap guru melakukan perubahan - perubahan secara serentak, kapal besar bernama Indonesia pasti akan bergerak.

Agama Islam mengajarkan bahwa nasib suatu kaum tidak akan berubah bila kaum itu tidak merubah nasibnya sendiri. Nasib itu tak perlu disesali karena tidak akan mengubah keadaan, terus berkarya dan bekerja akan membuat seseorang berharga begitulah ungkapan Gus Dur. Dengan mengikuti berbagai pelatihan maka guru akan menghasilkan banyak karya. Sehubungan dengan hal ini dorongan berkarya perlu dimunculkan dari diri guru sendiri.

Jadi cogito ergo sum dalam bingkai guru mengandung makna guru berkarya maka guru ada. Dapat disebut juga bahwa keberadaan guru itu ada karena menghasilkan karya. Bila banyak guru berkarya maka banyak manfaat yang ditebarnya untuk kemajuan dunia pendidikan. Semoga !

Profil Penulis

Ela Rahmah Laelasari, lahir di Rangkasbitung 30 Juni 1967, Kepala Sekolah SMP Islam Assyafi’iyah 04 Kota Bekasi. Alumni IKIP Jakarta Jurusan Pendidikan Khusus Prodi Terapi Edukatif dan alumni Universitas Islam Assyafi’iyah Magister Teknologi Pendidikan.

No Kontak 081806123047, email [email protected]. Menulis 8 antologi dan satu buku solo.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post