
12 Menit
Beberapa kali Pak Guru Budi memandang jarum jam dinding yang bergerak mengikuti waktu. Pikirannya masih terjebak pada situasi yang membuat hatinya gelisah. Sudah hampir pukul 12 malam anak sulungnya belum juga pulang ke rumah.
Sejam yang lalu dia mendapat pesan dari temannya yang isinya minta bantuan karena motornya mogok di jalan. Anak laki - lakinya itu sempat pamit dan mengatakan akan menjemput temannya yang motornya terbakar. Pak Budi sebenarnya enggan memberi ijin, bahkan dia melarang anaknya untuk tidak usah pergi karena malam sudah larut. Namun istrinya memberi ijin ketika si anak pamit. "Hati - hati", begitu pesan sang istri kepada anak lelakinya.
Sekarang waktu sudah semakin mendekati tengah malam, sementara tidak ada kabar apa pun dari si anak. Pak Budi menggerutu sendiri karena rasa was - was yang semakin kuat mendera hatinya. Dia sangat khawatir mengingat situasi saat ini sangat banyak terjadi tindak kejahatan. Bukan hanya tindak pencurian, perampokan, jambret, dan lainnya, bahkan perampasan sepeda motor pun kerap dilakukan oleh para penjahat. Alasan ekonomi menjad kambing hitam utama setiap kali ada pelaku diinterogasi petugas ketika tertangkap.
Pak Guru Budi kembali melihat ke arah jam dinding di sebelah kanan kursi tempat dia duduk. "Ah, pukul dua belas malam kurang dua belas menit rupanya. Kemana juga si sulung kok sampai sekarang belum juga sampai rumah?". Beberapa pertanyaan berkecamuk di hati Pak Budi. Apa perlu aku susul dia? Seperti baru mendapat ide yang cemerlang, Pak Budi segera mengambil kunci mobil di laci meja kerja. Namun, ketika dia beranjak ke pintu samar - samar telinganya menangkap suara motor anaknya di kejauhan. Udara malam membuat suara terdengar jelas meskipun dari jarak jauh.
Hati Pak Budi lega. Dia tidak jadi mengeluarkan mobil dari garasi. Dibuka pintu depan rumahnya kemudian duduk di kursi teras menunggu sang anak pulang. Dua belas menit berlalu sejak suara motor anaknya terdengar lamat - lamat tetapi sampai saat ini belum sampai ke hadapan Pak Budi juga. Padahal jarak tempuh hanya sekitar dua kilo meter. "Ada apa lagi?", bisik hatinya. Kembali hatinya dipenuhi rasa gelisah sebab takut terjadi sesuatu pada sang anak. Aku jemput saja, pikirnya.
Sesaat kemudian Pak Budi membuka pintu garasi dan memanasi mesin mobil. Dia terkejut ketika dari kaca spion matanya menangkap pemadangan yang mencurigakan. Segera dia turun dari mobil dan menajamkan mpenglihatannya ke arah jalan di depan rumah. Semakin dekat, semakin jelas tampak seseorang mendorong motor dalam gelap. Dengus nafasnya terdengar memburu. Di bawah sinar lampu jalan jelas tampak anak Pak Budi menuntun motor. Setengah berlari Pak Budi menjemput sembari bertanya;"Kenapa?" Sang anak menjawab dengan nafas tersengal:"Bensin habis, Pak"
Pak Budi membantu mendorong motor sampai di rumah yang tinggal beberapa meter. Perasaannya kembali lega, apa yang dikhawatirkan tidak terjadi pada anaknya.
(Huma di Lembah Serayu, 27 Juni 2020)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya Allah...untung dapat pulang dengan selamat. Mantap tenan pokoke.