Eko Pramono

Ayah dari 3 anak ini bernama Eko Pramono, adalah seorang Kepala Sekolah SD di Gunungkidul. Lebih suka dipanggil pelayan masyarakat atau pelayan anak-anak keti...

Selengkapnya
Navigasi Web
Selembar Kertas Ujian

Selembar Kertas Ujian

Datangnya pagi belum begitu sempurna ketika kulangkahkan kaki menuju kampus. Dedaunan masih meringkuk dalam dinginnya udara pagi yang begitu menusuk tulang. Sang mentari pun masih malu-malu menampakkan sinarnya, karena sang awan dengan perkasanya menghalangi wajahnya. Semilir angin pagi yang sepoi seakan menambah suasana semakin terasa kaku, sunyi dan dingin, membuat manusia enggan segera beraktivitas di luar rumah.

Mungkin saat ini adalah hari yang paling berat bagiku, setelah tiga bulan mengikuti perkuliahan di Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan di sebuah universitas swasta ternama di Yogyakarta, minggu ini adalah saat-saat menegangkan, pelaksanaan Ujian Tengah Semester. Pada ujian ini para peserta program akan dilihat apakah sungguh-sungguh belajar dan mengikuti kuliah atau tidak, dengan dibuktikan perolehan nilai UTS nanti. Mahasiswa yang bersungguh-sungguh tentunya akan mendapatkan nilai yang baik, sebaliknya mahasiswa yang seenaknya tentu akan mendapatkan nilai yang mengecewakan. Membayangkan semua itu, aku menjadi gamang, gentar dan agak salah tingkah. Apalagi kedatanganku mengikuti program ini terlambat beberapa bulan, artinya beberapa perkuliahan tidak bisa kuikuti. Jangan-jangan nilaiku tidak memuaskan, jangan-jangan aku tidak dapat melewati ujian ini dengan baik ….

Pikiranku semakin kuatir ketika membayangkan bila kejadian itu menimpa saat Ujian Akhir Semester nanti. Bila itu terjadi, semuanya akan berantakan. Di mana akan kutaruh mukaku di depan istriku, keluargaku, teman-temanku? Sepanjang ujian jam pertama aku tidak dapat konsentrasi. Keringat dingin seakan tak mau berhenti mengalir.

“Ah tenang aja Pak Eko, nanti kita ambil satu soal untuk kita pelajari, supaya kalau kita her sudah ada gambaran”, kata Pak Didik, teman sebangkuku yang rupanya memperhatikan kegelisanku sejak tadi. “Usul yang menarik” pikirku, dan benar saja, ketika ujian Mata Kuliah Bahasa Indonesia, meski menjadi mata kuliah favoritku, soal-soal yang ada hampir seluruhnya tidak mampu kukerjakan dengan baik. Soal ujian yang seharuskan dikumpulkan lagi, diam-diam kumasukkan ke dalam tasku. Ujian jam ke-3 aku sedikit tenang karena membayangkan bila diriku perbaikan Bahasa Indonesia, mata kuliah yang paling manakutkan bagiku tak akan lagi ada masalah karena sudah mengantongi soal.

“Bapak/Ibu, mohon perhatiannya, setelah dihitung ternyata soal Mata Kuliah Bahasa Indonesia kurang satu. Mohon kejujurannya, siapa yang telah mengambilnya”, kata pengawas ujian mengagetkanku.

Kelas menjadi gaduh, kulihat teman-temanku saling menatap curiga, bahkan ada yang menyeletuk “Masak sih, masih ada guru yang hobinya mencuri”. Aku ragu, apakah mengaku dengan jujur ataukah diam saja. Toh mereka tidak akan tahu kalau yang mengambil soal Bahasa Indonesia adalah diriku. Daripada mendapat nilai yang tidak memuaskan lebih baik diam saja. Batinku gelisah, antara keinginan mengembalikan atau diam saja. Kembalikan…. Tidak … kembalikan … tidak.

Diam-diam aku temui staf sekretariat untuk mengakui bahwa diriku lah yang mengambil kertas ujian.

“Apa? Jadi Pak Eko yang mengambil kertas ujian? Rupanya anda orangnya curang juga ya …” kata Bu Umi dengan keras.

“Tapi soal itu sudah kukembalikan Bu”.

“Bukan masalah dikembalikan atau tidak Pak, tapi apa yang bapak katakan pada staf sekretariat tadi?”

“Saya katakan bahwa tidak ada niat untuk mencuri, hanya meminjam untuk difotocopy, saya juga minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi”

Kulihat Bu Umi masih memandangku dengan tatapan tajam penuh ketidakmengertian. Aku jadi salah tingkah dan ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Ah … yang penting aku sudah bertanggungjawab dan mengakui semuanya, hiburku. Tapi ternyata masalah itu tidak berhenti sampai di situ. Diriku dipanggil menghadap Kepala Program Studi secepatnya setelah ujian selesai.

“Saya kira, Bapak sudah tahu maksud pemanggilan ini. Kami telah merundingkan kejadian yang baru saja terjadi. Dengan berat hati, kami mengeluarkan bapak dari program ini”, kata Kepala Prodi mantap.

“Apakah hanya karena kertas ulangan itu, saya dikeluarkan dari Program ini, Pak?” jawabku penuh keheranan.

“Betul Pak, hanya karena kertas ulangan itu, sehingga bapak harus meninggalkan kampus ini”, jawab Kepala Prodi dengan mantap.

“Hanya karena masalah sepele itu?” saya belum mengerti juga dengan alasan mereka, kenapa saya harus keluar.

“Masalah sepele kata bapak? Ini bukan masalah sepele Pak, seorang guru yang mengambil tanpa izin, merupakan hal yang tidak bisa dimaafkan. Ini program sertifikasi guru, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan yang bertujuan membentuk guru yang profesional. Saya kira tidak perlu menjelaskan ciri-ciri guru profesional kepada anda. ”, penjelasan Kepala Prodi dengan panjang lebar.

“Jadi ….?” bibirku mulai gemetar tak mampu melanjutkan kata-kata.

“Ya, saya kira bapak sudah tahu, dengan sangat terpaksa anda dikeluarkan dengan tidak hormat dari program ini”

Aku tertunduk, kakiku lemas, badanku gemetar menahan gelora kekecewaan yang sangat dalam. Terbayang di pelupuk mataku, istri dan anak-anakku menatapku dengan penuh kekecewaan.

“Maaf Pak, saya kira pembicaan ini sudah jelas bagi anda, saya hanya berharap, semoga ada kesempatan ke-dua bagi anda, bagaimanapun juga anda punya potensi luar biasa”

Aku melangkah keluar ruangan Kepala Prodi, dengan dada bergelora. Rasa bersalah, menyesal, bingung, marah, kesal, bercampur jadi satu. Wajahku tak lagi dapat tegak memandang dunia ini. Dengan langkah tertatih aku harus meninggalkan kampus Program Sertifikasi, tempat bertumpunya harapanku untuk menjadi guru yang professional. Dan yang paling menyedihkan aku harus keluar sebagai pecunang. Keluar sebagai orang yang kalah.

Untuk terakhir kalinya, kutoleh dan kupandangi halaman kampus dengan nafas tersedak di kerongkongan. Tiba-tiba kulihat teman-teman sekelasku keluar dengan langkah tergesa. Ah … aku tidak dapat membayangkan kalau harus berpamitan dengan mereka. Aku tak mampu mengucapkan kata-kata perpisahan sebagai orang yang kalah ..

“Pak Eko, selamat ya …” kata Bu Umi.

Apa? Selamat? Bagai disambar petir aku mendengar kata ucapan selamat. Jadi selama ini kehadiranku memang tidak diinginkan oleh rekan-rekanku? Jangan-jangan, semua kejadian yang menimpaku adalah hasil rekayasa mereka untuk mendepakku dari program ini?

“Selamat ya Pak…” kata Pak Didik membuyarkan lamunan kebingunganku. Belum sempat aku jawab perkataan mereka, kulihat Bapak Kaprodi menghampiriku sambil mengulurkan tangannya, “Selamat Pak Eko, anda telah lulus dari ujian kami. Semua kejadian yang anda alami memang sudah kami rencanakan bersama untuk menguji kejujuran, kesabaran, dan kematangan emosi anda sebagai guru. Program Serifikasi ini memang bertujuan mencetak guru-guru profesional yang memiliki kepribadian yang mantap. Sekali lagi selamat untuk anda Pak Eko, selamat datang di kampus kami. Selamat mengembangkan potensi anda menuju guru yang benar-benar professional”.

Aku tertunduk, kuhirup nafas dalam-dalam dan kurasakan dinginnya udara pagi, perlahan-lahan terasa hangat menjalari sekujur tubuhku.

Catatan :

Cerita ini hanya rekaan imajinasi semata untuk kudedikasikan kepada Ibu Umi Fatonah, M.Pd. Peserta Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mengingatkanku tentang arti sebuah kejujuran sejati) Foto ilustrasi diambil dari http://www.zevitzone.com
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post