Eko Hastuti

Menulis bagiku menjadi salah satu sisi kehidupan yang penting. Ibarat orang hidup yang harus bernafas, menulis sebagai oksigen yang memberi kesegaran otak dan h...

Selengkapnya
Navigasi Web
Senangnya Bermain Dakon

Senangnya Bermain Dakon

Bermain Dakon di teras sekolah juga menyenangkan. Beberapa siswa SMPN 1 Wonosobo bermain Dakon, sementara siswa lainnya bermain jenis permainan tradisional lainnya seperti; Lompat Tali, Kelereng, Engklek, dan sebagainya. Bermain dengan beberapa permainan tradisional yang dilaksanakan pada hari Kamis, 1 November 2018 tersebut untuk merayakan Hari Anak Internasional 2018.

Dakon identik dengan anak perempuan karena zaman dulu anak-anak perempuanlah yang sering bermain Dakon ini. Sekilas memang tidak terlalu banyak gerakan fisik. Anak yang bermain lebih mengandalkan kecerdasan emosi dalam menentukan biji dakon yang diletakkan di lubang-lubang dakon. Anak juga diuji kesabarannya untuk menunggu bermain dan menghargai orang lain. Jadi ada nilai karakter yang tumbuh yakni berlatih sabar dan antri untuk gantian bermain. Tentu anak yang sabar dan mau antri tidak mudah marah kepada orang lain, tapi justru rasa toleransinya tumbuh.

Alat untuk Dakon tidaklah susah dan murah harganya. Papan yang berlubang di beberapa bagian di dua sisi itu ada yang berbahan dasar kayu atau plastik. Yang terbuat dari plastik lebih murah, beserta biji untuk alat dakonnya. Bisa juga menggunakan kerikil, pecahan genting, atau biji Dakon yang diproduksi pabrik untuk dijual bersama Dakonnya. Bentuknya oval yang memanjang dengan lubang-lubang (bahasa Jawa: dhekok-dhekok) itu pun terasa khas. Dakon juga disebut Congklak.

Permainan Congklak atau Dakon ini pun sekarang sudah jarang dilakukan anak-anak. Banyak faktor mengapa permainan tradisional sudah ditinggalkan anak zaman sekarang, diantaranya adanya perkembangan teknologi yang canggih membuat anak tidak kenal. Anak lebih senang dengan game atau menggunakan medsos untuk berbagai keperluan. Orang tua juga jarang yang tetap mengenalkan dan mengkondisikan siswa bermain dengan permainan tradisional. Ada hiburan lainnya yang lebih menarik, misalnya menonton TV, menonton Youtube, menonton film, berolah raga yang dipandang lebih keren, misalnya Volli, Basket, Futsal, dan lainnya. Ada juga pergeseran nila-nilai dalam masyarakat akibat adanya perkembangan teknologi terkini. Namun, kita sebagai guru dan orang tua hendaknya tetap mengarahkan siswa agar bermain yang positif. Syukur bisa ikut melestarikan budaya daerah berupa permainan tradisional. (ekohastuti)

Wonosobo, 1 November 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi inget jaman kecil... Senang bangrt main congklak

02 Nov
Balas

Benar bu, jadi ingat masa lalu yang masih serba sederhana tapi sangat bahagia.

02 Nov

Benar bu, jadi ingat masa lalu yang masih serba sederhana tapi sangat bahagia.

02 Nov

Sy suka sy suka. Sukses selalu dan barakallah

02 Nov
Balas

Ya bu, alhamdulillah. Amin, semoga bermanfaat. Salam sehat dan sukses ya.

02 Nov



search

New Post