Sesuai janjiku kepada putraku Hendy pada Sabtu sore bahwa Minggu pagi kemarin aku bersamanya menghadiri acara atraksi aerobatik di langit Lanud Notohadinegoro Jember untuk melihat keseruan pesawat dan paralayang berakselerasi di udara. Acara itu diselenggarakan oleh pihak pemerintah kabupaten Jember dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila.

Dalam perjalanan menuju tempat aerobatik aku mengendarai sepeda motor Honda Grand tahun 96 kesayanganku. Aku membonceng adik Tata bersama ibunya, sedangkan Hendy mengendarai sepeda motor Honda Ulung hasil modifikasi membonceng mbak Intan. Kami berangkat dari Semboro sekira jam 08.00 WIB setelah melaksanakan ta'ziyah atas meninggalnya salah satu muridku. Melewati jalan Semboro - Paleran, kami melanjutkan menuju Curahmalang melewati Sukorejo. Memasuki jalan provinsi arah Balung - Rambipuji, kami ke arah utara selanjutnya belok ke arah timur menuju Nogosari. Dari Nogosari sepeda motor kami terus melaju dengan kecepatan rata-rata 40-50 km/jam melewati jalan Curah Banteng Kaliwining yang penuh persawahan menuju Ajung. Sepanjang perjalanan itu dapat dikatakan jalan tergolong baik, meski ada beberapa jalan yang sudah mulai rusak berlubang. Namun buat sepeda motor tidak menjadi masalah.

Setelah melewati Curahrejo Sukamakmur sampailah kami di jalan provinsi arah Ambulu - Mangli, kami melanjutkan perjalanan menuju Lanud Notohadinegoro melewati Klompangan ke timur. Kami mengambil jalur pintas Curah Kates dan tidak mengambil jalur kendaraan arteri karena relatif sepi dari kendaraan besar. Hanya sesekali kami berpapasan dengan minibus atau kendaraan pribadi. Selanjutnya melewati lapangan Sumuran dan polindes Klompangan, kami menyusuri jalan menuju Wirowongso.

Memasuki jalan di barat lapangan Wirowongso terlihat sudah mulai banyak orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Yah... daerah itu memang masuk kawasan utara Lanud Notohadinegoro. Ada di antara pengunjung itu menggelar tikar untuk kenyamanan. Sesampai di persimpangan lapangan Wirowongso kendaraan yang didominasi roda dua itu ada yang masuk maupun keluar area Lanud. Hendy bertambah semangat untuk segera tiba di pelataran Lanud. Sempat kena macet sebentar, sebelum akhirnya kami sampai di Lanud Notohadinegoro. Begitu banyak masyarakat yang hadir menyaksikan acara atraksi itu, sehingga menyisakan sampah di bahkan area parkir Lanud. Rupanya hal tersebut kurang mendapat perhatian dari pihak pengelola Lanud. Sayang sekali.

Kami memarkir kendaraan persis di utara bangunan utama Lanud. Kami membuka bekal untuk dimakan dan diminum. Terlihat beberapa pesawat kecil dan paralayang terparkir di pinggiran landasan pacu. Di langit ada yang sedang bermanuver akrobatik. Sungguh pemandangan yang jarang kami lihat. Bahagia sekali melihat Hendy dan adiknya bersuka cita menikmati suasana di Lanud kebanggaan wong Jember itu.

Sesaat kemudian terlihat ada seorang mbak-mbak menghampiri kami. Rupanya dia menuju ke Hendy dan ternyata dari wartawan Radar Jember yang sedang meliput acara untuk membuat reportase. Hendy diwawancarai dengan menggunakan media smartphone yang sudah terpasang earphone. Meski baru pertama mendapat kesempatan diwawancarai seorang kuli berita, akan tetapi saya melihat Hendy dapat menjawab setiap pertanyaan dengan lancar. Ya...meski sesekali tampak dari air mukanya terlihat sedikit nervous. Tapi sejauh wawancara yang berlangsung kurang lebih dua atau tiga menit itu, Hendy dapat mengendalikan emosionalnya dengan baik.

Itulah pengalaman pertama Hendy putra sulungku diwawancarai oleh media masa ternama di kotaku. Semoga itu menjadi pengalaman tersendiri buat dia agar menjadi pribadi yang penuh dengan kepercayaan diri yang tinggi dalam menghadapi hal ke depannya. Aamiin allahumma aamiin....