MENGUNJUNGI MURID YANG SAKIT
#Tagur Hari Ke-11
Saat itu aku masih mengajar di salah satu SMP swasta di Wuluhan, tepatnya di tahun 2002 yang lalu. Aku mendapat amanah menjadi wali kelas 3A dan 3B. Loh kok? Barangkali pembaca bertanya, biasanya yang namanya wali kelas itu hanya pada satu kelas saja. Tidak demikian dengan sekolah tempat aku mengajar.
Begini, rata-rata setiap penerimaan murid baru berkisar antara 64 hingga 80 siswa. Antara siswa putra dan putri kelas dipisah, jadi tidak pada satu ruang kelas yang sama. Hal tersebut dimaksudkan sebagai penanaman mu'amalah yang baik.
Ada sebuah kebiasaan yang kulakukan jika ada siswa yang sakit lebih dari dua hari, maka pada hari ketiga kulakukan home visit ke siswa yang sakit tersebut. Nah, kala itu ada siswa yang sudah dua hari tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. Rumahnya cukup jauh dari sekolah, sekitar 9 km. Namanya Reri Vigawati, dia tinggal di desa Lojejer sangat dekat dengan sungai Bedadung. Sebagai wali kelas memang kuupayakan untuk setidaknya mengetahui domisili sang murid.
Sebelum keberangkatanku ke rumah Reri, aku sampaikan perihal tersebut kepada murid-murid, bahwa besok sore akan ke rumah Reri. Maunya sih ikut semua, tapi akhirnya saya putuskan yang ikut pengurus kelas saja. Aku sampaikan juga agar nanti ijin ke orang tua.
Tibalah keesokan harinya selepas pulang sekolah seusai jamaah sholat Dhuhur di masjid sekolah rombongan kami berangkat ke rumah Reri. Dari kelas 3A yang ikut antara lain Wawan, Lutfi, Abdillah, dan Arif. Sedangkan dari kelas 3B yang ikut antara lain Rizqi, Retno, Rhiza, dan Anggi.
Dengan mengendarai sepeda motor honda 80 aku memimpin rombongan kecil itu. Murid-muridku mengendarai sepeda engkol dan mereka saling berboncengan. Kami melewati rute jalan raya Wuluhan, Ampel Sambiringik, Kepel, dan Lojejer.
Alhamdulillah perjalanan berangkat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada aral suatu apapun. Sesampai di tempat tujuan, kami disambut oleh kedua orang tua Reri. Setelah dipersilahkan duduk, aku mewakili pihak sekolah dan teman-teman Reri mengucapkan rasa empati dan simpati. Orang tua Reri menjelaskan kepada kami bahwa Reri sejak tiga hari yang lalu sakit panas. Selanjutnya Reri dipanggil oleh Ibunya agar keluar dari kamar tidur. Reri beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar, saat itu aku melihat wajah Reri masih agak pucat. Teman-temannya menyapa Reri dengan penuh kehangatan.
Untuk menyemangati dan memberi penghiburan kepada Reri yang sakit, teman-temannya ijin keluar rumah untuk bermain di halaman. Reri mengikuti di belakang. Melihat teman-temannya bermain, Reri tersenyum terus. Dan beberapa saat lamanya, tibalah saat kami harus berpamitan. Sambil memberikan amplop hasil iuran lelas 3A dan 3B, Retno dan kawan-kawan bersalaman pamit pulang. Aku juga berpamitan kepada Reri sekeluarga.
Keesokan harinya nampak Reri sudah masuk sekolah dan wajahnya sudah terlihat segar tidak pucat lagi seperti kemarin. Aku sapa dan tanya, apakah keadaannya sudah baikan? Reri tersenyum sambil mengagukkan kepala dia berkata," iya pak."
Alhamdulillah...berkat kunjungan kemarin ternyata lewat kami Allah Swt telah memberi kesembuhan kepada Reri. Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah menunjukkan kuasanya, dengan hati itu memberi rasa kebahagian kepada kami atas kesembuhan Reri. Silaturrahmi memang selalu membawa kebaikan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar