EGO
#Tagur Hari Ke-2
Mendengar kata ego tentu kita akan berasumsi pada sifat mementingkan diri sendiri (kelompok). Yang penting kehendak sudah terpenuhi, lalu muncul kalimat, "Yes...aku menang." Akan tetapi benarkah kata ego itu selalu berkonotasi pada hal negatif?
Sekarang mari kita buka kamus besar bahasa Indonesia.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Ego /égo/ n Psi berarti 1) aku; diri pribadi; 2) rasa sadar akan diri sendiri; 3) konsepsi individu tentang dirinya sendiri.
Dari beberapa arti atau makna kata ego tidak satupun yang berkonotasi negatif. Kalaulah kita ambil kata ego berarti rasa sadar akan diri sendiri, maka sudah barang tentu jika dikaitkan dengan pernyataan di atas yang menyebutkan sifat mementingkan diri sendiri (kelompok) tidak berkorelasi lagi.
Manusia dalam bersosial dan hidup bermasyarakat berdampingan dengan sesama memang tidak ada salahnya jika harus mempertahankan ego-nya, terutama dalam kebaikan. Hal ini sangat sesuai dengan nilai hakiki kemanusiaan itu sendiri, yaitu manusia haruslah sadar diri akan lingkungan sekitarnya. Peduli kepada sesama menjadikan hidup menjadi harmonis dan selaras.
Lain manusia tentu lain pula pola pikir dan persepsinya. Menyamakan suatu persepsi adalah sebuah keniscayaan. Tinggal bagaimana kita meletakkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Jadi, harus lebih mengutamakan kepentingan orang banyak.
Mengalah bukan berarti kalah, tatkala kalimat tersebut didudukkan pada porsi yang benar. Mengalah demi kemaslahatan bersama tentu akan lebih baik dan mulia daripada harus mempertahankan hal yang bisa merusak rasa kebersamaan. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, begitu kata peribahasa.
Nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dan berkembang di masyarakat kita, telah diwariskan oleh para leluhur dengan begitu arifnya. Budaya ketimuran sudah terlanjur melekat erat dalam sendi kehidupan bermasyarakat. Sudah seyogyanyalah nilai-nilai dan norma-norma itu terus diwariskan kepada anak cucu dan generasi penerus.
Ironi memang, jika akhir-akhir ini kita melihat terjadinya akulturasi budaya asing yang bermuara pada terjadinya degradasi moral di kalangan masyarakat. Meski masih lebih banyak orang yang baik, namun prihatin sekali rasanya sebagai orang tua melihatnya. Gempuran dan serapan budaya asing seakan-akan telah meruntuhkan tatanan hidup berbudaya yang luhur itu.
Era dimana teknologi informatika dan komunikasi belum berkembang dengan pesat seperti sekarang ini, para guru berhasil menanamkan akhlak terpuji kepada murid-muridnya. Sebagai contoh saat itu murid diwajibkan untuk membuat surat pernyataan yang ditulis tangan dan diketahui serta ditandatangani oleh orang tuanya. Surat pernyataan itu berisi tentang kewajiban seorang anak untuk berbahasa krama madya ataupun krama inggil kepada kedua orang tua dan orang yang lebih tua. Meski pada awalnya sang murid merasa keki untuk menjalaninya karena memang sudah terbiasa berbahasa ngoko, akan tetapi lama-lama menjadi terbiasa. Dari yang semula njambal, selanjutnya berubah menjadi sopan santun dan lebih beretika. Disiplin itu memang pada awalnya harus dipaksakan. Dari rasa terpaksa itu, lambat laun akan terbiasa.
Kembali kepada kata ego tadi. Di sini dapat kita simpulkan bahwa tidak selamanya ego itu berkonotasi dengan hal negatif, akan tetapi ego itu lebih berkonotasi pada hal positif. Tinggal dilihat dari sudut pandang mana dan dari kacamata siapa.
Salam santun.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah....Makasih Bunda.
Nggih Bu Titarini, makasih atas motivasinya buat sang pemula.Salam literasi.
Sama-sama Bu Ana. Berkat ke-ego-an Anda saya jadi mulai aktif menulis, terima kasih banyak.
Makasih Bu Us
Terima kasih, pak Eko. Sudah diingatkan akan penting dan tidaknya ego. Sangat menginspirasi. #SalamLiterasi
Mantap..Literat sekali ..Hebat penulis pemula sudah sangat tulisannya..
Keren p.Eko..semangat.
Siip tulisannya Pak... mantap
Maturnuwun Bu Umi
Mantab.p Budi....
Mantab.p Budi....