Eka Susanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Tak Mengenal Kasta
Cinta Sejati Tak Pernah Mengenal Kasta

Cinta Tak Mengenal Kasta

Serambi rumah sederhana yang masih beralas tanah, bangunan rumahnya pun masih bambu duduklah seorang gadis polos di balai kayu dia sedang asyik menganyam bambu untuk dijadikan kipas, untuk dijual di pasar. Lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat itu memang pendidikan tidak bisa ditempuhnya karena keadaan ekonomi yang kurang mampu, serta kurangnya motivasi dari kedua orang tuanya. Gadis itu bernama Rumi, kesibukannya tiap hari hanya membantu orang tua berjualan baju bekas di pasar serta membuat anyaman dari bambu. Raut parasnya cantik, putih bersih, polos tanpa mike up, rambutnya hitam lebat panjang lurus sebahu terurai diterpa angin sepoi-sepoi. Dia telah tamat pendidikan dasarnya untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama biaya tidak mendukungnya sehingga putus sekolah.

Lahir di tengah keluarga yang banyak anak, dia nomor dua punya kakak satu laki-laki dan tiga orang adik perempuan. Sebagai anak perempuan yang paling besar pastinya dia harus menjadi contoh dan pengayom adik-adiknya. Dari pagi hingga sore menjelang suara adzan telah terdengar Rumi mengakhiri pekerjaannya untuk sholat, ya sedikit-sedikit dia mengenal agama dan taat terhadap sang pencipta. Bergegaslah dia menuju sumur untuk mengambil air wudhu, lalu dia berlari menuju mushola yang ada di seberang jalan. Mushola tersebut memang tak begitu besar tetapi dapat menampung jamaah lumayan banyak. Seusai menjalankan sholat ashar Rumi membersihkan rumah dari sisa-sisa serpihan bambu yang halus, adiknya pun membantu. Adiknya yang paling bungsu sangat dekat dengannya dia sering dipanggil Saroh nama panjangnya Maesaroh, anak yang centil, mungil dan perhatian terhadap saudara-saudaranya, tutur katanya pun halus, tak aneh jika Maesaroh sangat diperhatikan oleh kakak-kakaknya, dia baru kelas 4 sekolah dasar tapi semangat untuk mencari uang dan membantu kakanya menganyam kipas. Tiba-tiba dia bertanya, “Kak Rumi pekerjaan kita menganyam kipas udah dapat banyak besok mau dijual di pasar jam berapa?” Kakaknya pun menjawab besok kita berangkat pagi-pagi saja, pasar masih sepi bebas untuk kita mencari tempat.” Lalu Maesaroh menganggukkan kepala, sambil menuju ke kamar mandi. Rumi pun mengikuti dari belakang.

Senja pun datang menjelang, setelah sholat magrib di mushola mereka berdua tidak beranjak untuk pulang tetapi seperti biasanya mengaji dulu dengan pak kiyai yang selalu mengajarkan baca tulis alquran tanpa ada upah seperak pun cukup diberi imbalan kue kalau mereka khatam. Sampai menjelang Isya mereka berdua mengaji, setelah selesai sholat Isya pulanglah dengan bergandengan tangan dan menyeberang jalan raya yang lumayan ramai oleh kendaraan lalu lalang. Sesampai di rumah, mereka makan di piring plastik dengan menu tiada hari tanpa tempe dan ikan asin serta krupuk. Ibunya jika tidak berjualan kain bekas ke pasar maka tidak bisa membawa pulang beras, dan lauk. Makanan sederhana mereka santap dengan begitu nikmatnya di ruang tengah keluarga.

Tantangan Menulis Hari Ke-8

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post