Sebuah chat saya dapat pada salah satu akun medsos. Nama seorang anak laki-laki salah seorang siswa saya di TK dan SD beberapa tahun silam.

Anak yang masih segar dalam ingatan saya, begitu ramah, supel, cerdas dan sederet label positif lain saya tempelkan untuknya. Dan saya berharap teman-teman guru juga selalu melabeli siswanya dengan label "positif" ya, untuk membangun konsep diri yang baik bagi siswa kita.

Dia menghubungi saya dalam hubungan dengan urusan kuliah. Sekitar setahun lalu kakaknya yang juga siswa saya, juga datang untuk alasan yang sama.

Dan di saat-saat seperti ini, saya merasa inilah salah satu anugrah memilih profesi sebagai guru. Lebih dari sekedar segala pemberian yang bernilai materi.

Saya merasa begitu tersanjung (bukan judul sinetron ya), karena mereka memberi saya kesempatan untuk sekali lagi memberi advice saat mereka akan memutuskan sebuah bagian penting dari kehidupannya.

Salah satu jasa yang tetap melekatkan hubungan saya dengan para siswa yang kadang sampai bertahun-tahun nggak ketemu ya medsos ini. Ini juga salah satu pembelajaran menggunakan medsos dengan bijak.

Kembali kepada dua kakak beradik ini, saya mengacungkan jempol untuk mereka dan kedua orang tuanya. Keduanya bukan anak-anak yang dibesarkan dalam gelimang harta. Tapi, justru dengan keterbatasan itu, saya melihat mereka memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi. Dan saya juga rasanya perlu ngobrol lagi sama orang tuanya, mau tahu bagaimana anak-anaknya begitu bersemangat dalam tholabul ilmi. Tak hanya ilmu dunia, lebih penting lagi karena keduanya telah selesai menempuh pendidikan di pondok pesantren. Keseimbangan begitu terlihat di sini, agama dahulu baru duniawi akan mengikuti.

Terus belajar menjadi orangtua dan guru pembelajar dan penggerak.

Love u all my student...

Tarumajaya, 27 November 2019, 13.25