Sebetulnya memulai tulisan mengenai kegalauan ini merupakan tantangan besar untuk saya. Sebab sebetulnya tidak ada hal yang sedang saya galaukan. At least, karena tugas yang diberikan oleh Pak Eko dalam kegiatan Sagu Sabu MWC Karawang maka saya ingat kejadian pagi ini.

Saya berusaha bangun sepagi mungkin hari ini, karena ingat bahwa dalam dua hari ke depan saya akan meninggalkan tiga buah hati saya, yang dua diantaranya sedang dalam kondisi kurang sehat. Terutama si “Si Baby Boy” yang sudah panas sejak hari Sabtu. Untuk mengurangi rasa bersalah saya pada anak-anak, saya berusaha mempersiapkan dengan kondisi terbaik yang saya bisa.

Hal yang paling membuat saya risau adalah kejadian setelahnya, di mana saya sudah janji berangkat bersama salah seorang teman di jam 07.00. Tapi, apa yang terjadi saudara ? Begitu keluar gerbang kavlingan rumah saya jalan sudah penuh dengan air. Bukan air zam-zam tentunya, tapi air banjir akibat hujan turun luar biasa deras dan lama semalam.

Supir grab yang saya tumpangi berulang kali berusaha mencari alternatif jalan yang air banjirnya tidak terlalu tinggi. Di beberapa titik kami terhadang oleh macet . Maklum kalau hujan orang kaya pada keluar semua (baca: keluar mobilnya).

Dan akhirnya kami sampai di puncaknya! Di tempat ini kami terhalang macet sekitar satu jam. Mobil yang saya tumpangi nyaris tidak bergerak, hanya sesekali saja maju satu atau dua meter. Teman saya berulang kali mengirim pesan whatssapp menanyakan posisi. Sebetulnya saya malu sekali, karena jadi orang yang tidak on time pagi ini.

Akhirnya beliau saya minta untuk berangkat lebih dulu saja, karena saya sudah terlambat satu setengah jam. Beliau menyarankan saya untuk turun dan jalan kaki saja, tapi tempat mobil saya berhenti masih terlalu jauh dan sejujurnya saya jadi menyesali diri saya sendiri dan keterlambatan yang saya lakukan. And finally, setelah telepon terakhir deretan mobil di depan saya mulai bergerak dan saya sampai juga di tempat ini.