Navigasi Web
PEMIKIRAN KHD DARI ZAMAN KOLONIAL HINGGA MILENIAL

PEMIKIRAN KHD DARI ZAMAN KOLONIAL HINGGA MILENIAL

PEMIKIRAN KHD DARI ZAMAN KOLONIAL HINGGA MILENIAL

(Intisari pemikiran Ki Hajar Dewantara)

Eka Risma Nita,

SMAN 7 Bulukumba

email: [email protected]

Kata Kunci: Pendidikan, budi pekerti

A. PENDAHULUAN

Setiap tahunnya kita memperingati hari pendidikan nasional hanya sebagai ritual semata untuk menghargai hari pendidikan tersebut. Tapi ternyata di balik hari bersejarah tersebut ada tokoh hebat yang menjadi landasan pendidikan sejak awal menuju kemerdekaan sampai saat ini di era digital yang tak terbatas. Beliau adalah Bapak Ki Hajar Dewantara beliau adalah Bapak Pendidikan Nasional. Hal itu karena beliau merupakan seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Pengabdian yang ia berikan begitu besar terhadap bangsanya.

Ki Hajar Dewantara lahir dari keluarga Keraton Yogyakarta. Pada tanggal 2 Mei 1889 sehingga tanggal 2 mei di tetapkan sebagai hari pendidikan nasional yang kita peringati setiap tahunnya. Saat lahir Ki Hajar Dewantara di beri nama oleh orang tuannya dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan sejak tahun 1922 menjadi di kenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara agar beliau lebih dekat dengan rakyat saat itu sehingga tak adalah lagi batas antara warga bangsawan dan rakya biasa.

Pendidikan di zaman kolonial sangatlah terbatas hanya anak-anak bangsawan yang bisa sekolah untuk mempersiapkan mereka menjadi tenaga ASN di kantor pemerintahan sedangkan rakyat bisa hanya dididik untuk membantu pemerintahan hindia belanda dalam perdagangan mereka hanya di didik untuk tahu membaca, menulis dan berhitung yang sangat sederhana, maka bersyukurtlah untuk kami yang hidup di masa kemerdekaan, karena bisa menikmati pendidikan yang terbaik seperti sekarang ini.

B. PEMBAHASAN

Semenjak dahulu sampai sekarang ini pemikiran beliau sangatlah relevan dengan pendidikan bahkan banyak di adopsi oleh negara-negara lain di luar sana. Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan. Beliau membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran merupakan bagian dari Pendidikan. Pengajaran adalah proses Pendidikan dalam memberi ilmu kepada anak didik kita atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Banyak hal yang sudah relevan dengan pemikiran KH Dewantara misalnya bagaimana kita mendidik anak-anak kita untuk berbudi pekerti yang luhur yang di mulai dari lingkungan keluarga, jika di keluarga di didik dengan baik maka akan membawa karakter yang baik nantinya di masyarakat, disinlah peran sekolah untuk menyiapkan lingkungan yang baik untuk mendidik anak-anak kita sesuai dengan bakat dan minat mereka, karena sesungguhnya setiap anak punya potensi yang mereka bawa sejak lahir sisa bagaimana menempatkan pada lingkungan yang baik, di didik dengan penuh kasi sayang bagaimana mengembangkan pola pikir mereka sehingga bisa mencapai kehalusan budi sehingga mampu berempati dengan sesamanya, dengan rasa itu anak didik kita bisa membangun semangat dalam dirinya untuk menghasilkan sebuah karnya nyata untuk mencapai keseimbangan dalam hidupnya demi mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Menurut Ki hajar dewantara Budi pekerti terdiri dari kata budi dak pekerti. Budi itu sendiri terdiri dari cipta ,rasa dan karsa sedangkan pekerti adalah tenaga, sehingga pendidikan yang diharapkan adalah bagaimana nantinya anak didik kita mampu pencapai pudi pekerti yang terbaik, bagaimana anak didik kita memiliki pemikiran yang tajam, perasaan yang halus dan mampu bergerak untuk menhkasilkan sebuah karya sesuai dengan makan dan minat mereka.

Selama ini kami mendidik anak-anak kita untuk mencapai target kurikulum dan mangesampingkan bakat dan kemampuan mereka, padahal anak-anak itu di didik untuk menyiapkan mereka menghadapi zaman di mana mereka berada, misalnya sekarang di zaman digital yang semakin canggil. KH Dewantara selalu menekankan didiklah anakmu sesuai dengan zamannya dan jangan perna menutup mata dengan perubahan yang ada di sekelilingnya karena kita harus selalu bergerak dan memotivasi diri untuk mengikuti zaman yang ada sekarang sehingga peran kita sebagai guru tidak akan tergantikan oleh tekhnologi.

Setelah membaca berbagai referensi ada beberapa hal yang sudah relevan dengan pemikiran bapak KH Dewantara misalnya kurikulum K13 mengenai penilaian (sikap, pengetahuan dan keterampilah), namun selama ini sebagai guru banyak berfokus paka kompetensi pengetahuan dan keterampilan saja sedangkan sikap di serahkan ke mata pelajaran tertentu. Padahal KH Dewantara sudah menekankan anak didik kita nantinya harus memiliki budi pekerti agar mampu mencapai keseimbangan alam dan kebahagian hidup yang setinggi-tingginya..

Pemikitan inilah yang membuka cakrawala kami sebagai calon guru pengerak bahwa guru itu sebagai penuntun karena anak sudah memiliki potensi sejak lahir,keluarga, sekolah dan lingkugan masyarakat secara luas akan menjadi tempat mereka utnuk di tempah di didik sehingga nantinya menjadi anak yang berbudi pekerti dan tetap berpedoman terhadap nilai-nilai budaya lokal di mana mereka berada sehingga mencapai keselarasan hidup untuk di pertanggungjawabkan di hadapan sang pencipta.

Salah satu kesalahan kami di masa lalu adalah selalu mengangap anak itu adalah kertas kosong yang baru akan di warnai, padahal setiap anak lahir dengan kodratnya masing-masing. Seorang guru atau orang tua sebagai guru di keluarga hendaklah menjadi penuntun untuk anak-anak kita. Selain sebagai penuntun KH Dewantara juga menegaskan bahwa dalam pembelajaran guru harus berhamba pada anak dengan kata lain pembelajaran itu harus berpihak kepada peserta didik bukan karna targer kurikulum bahkan pada kelengkapan admiistrasi.

Selama ini pembelajaran yang kami lalukan dulunya berpusat pada guru, dimana guru memberikan materi dan menuntut anak agar mampu menguasai materi tersebut tanpa melihat dan menggali bakat dan minat mereka masing-masing, karena setiap anak memiliki potensi yang berbeda tidak bisa kita samakan antara anak yang satu dengan yang lain.

Jadi mari kita bercermin kembali dengan filosofi bapak KH Dewantara bagaimana pemikiran beliau yang sudah sangat jauh memikirkan perkembangan dunia pendidikan yang setiap saat selalu regenerasi menjadi lebih baik.

C. PENUTUP

Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan. Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Setiap anak lahir dengan potensinya masing-masing maka yang sudah ada dalam dirinya, maka didiklah mereka sesuai dengan zamanya, jangan kita mendidik mereka sesuai dengan zaman kita duduk di bangku sekolah, seorang guru harus mampu menjadi penuntun bagi anak, menjadi contoh, memberikan semnagat dan memberikan masukan atau dorongan agar anak didik kita nantinya mempu mencapai keseimbangan dan kebahagian hidup yang setinggi-tingginya, marilah mengunah minset kita bagaiman pembelajaran itu berpusat pada anak didik kita, mengali potensi yang ada pada mereka dan saatnya untuk merdeka belajar tanpa meninggalkan nilai-nilai budata lokal sehingga keharmonisan tetap terjaga. biarlah kami jadi hamba di dunia pendidikan untuk melayani mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang di milikinya,.

Marilah kita mengucapkan kata-kata yang baik karena dari ucapan akan lahir tindakan yang baik, marilah kita memberi contoh tindakan yang baik karena dari tindakan itu akan lahir kebiasaan yang baik pula, marika menyaluarkan kebiasaan yang baik terhadap sesama karena dari kebiasaan itu akan lahir karakter yang membawa budi pelerti yang luhur, dan jagalah karakter itu agar menjadi anak didik yang punya potensi yang gemilang demi mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya

Bulukumba, 16 april 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap narasi opininya. Salam literasi. Sudah like & follow

19 Apr
Balas

subhanallah bunda. salam literasi

19 Apr
Balas



search

New Post